Abortus Spontan (Keguguran) Komplit & Inkomplit

Definisi & informasi umum

Abortus spontan, atau keguguran (miscarriage), merupakan kondisi terjadinya kematian hasil konsepsi atau product of conception (POC), atau secara umum janin, pada usia kehamilan di bawah 20 minggu. Abortus spontan dapat dikelompokkan menjadi lima: iminens (terancam), insipiens (tak terelakkan/inevitable), inkomplit, komplit, dan terlewat/missed. Studi menunjukkan 25% wanita di semua usia mengalami setidaknya sekali keguguran dalam hidupnya. Angka ini bervariasi bergantung usia ibu. Kejadian abortus lebih banyak ditemukan pada usia lanjut dibanding usia muda. Selain itu, 80% keguguran terjadi pada usia kehamilan di bawah 12 minggu.1,2

Tanda & Gejala

Tanda dan gejala yang muncul pada setiap jenis keguguran berbeda.

  • Abortus komplit

Umumnya tidak ada gejala yang dirasakan saat pasien datang. Pada anamnesis pasien biasanya melaporkan keluarnya massa berwarna keputihan dan riwayat perdarahan per vaginam berat yang sudah berangsur-angsur membaik. Pada beberapa kasus, ibu dapat menunjukkan kantung gestasi dengan janin di dalamnyasecara langsung atau tidak langsung. Pemeriksaan fisik menunjukkan serviks yang tertutup dan ukuran uterus yang lebih kecil dari perhitungan usia kehamilan.1

  • Abortus inkomplit

Pasien biasanya datang dengan keluhan nyeri abdomen bawah dan perdarahan hebat per vaginam. Pemeriksaan fisik menunjukkan serviks yang terbuka dan adanya sebagian POC yang keluar melalui jalan lahir.1,2

Etiologi & Patogenesis

Keguguran merupakan kondisi dengan etiologi multifaktor yang menghasilkan respon kontraksi uterus akibat stimulus inflamasi atau perdarahan. Pada 50-85% kasus keguguran pada trimester pertama, dapat diidentifikasi kelainan kromosom pada janin sebagai penyebab. Infeksi selama masa kehamilan juga dapat menyebabkan keguguran. Anatomi uterus yang abnormal atau pemendekan serviks berakibat pada keguguran pada beberapa kasus.

Beberapa faktor risiko diketahui meningkatkan kemungkinan terjadinya keguguran dapat dikelompokkan menjadi faktor risiko termodifikasi dan tidak termodifikasi.1,2

Faktor risiko tidak termodifikasi

  • hamil pada usia >35 tahun
  • riwayat keguguran atau perdarahan per vaginam di trimester pertama
  • riwayat komorbid: hipertensi, diabetes, gangguan tiroid, PCOS, SLE
  • trombofilia

Faktor risiko termodifikasi

  • BMI berlebih atau kurang
  • riwayat konsumsi zat berbahaya: alkohol dosis tinggi, kokain
  • penggunaan obat-obatan tertentu seperti obat jamur golongan azol, antagonis folat, retinoid

Diagnosis

Untuk menegakkan diagnosis, awalnya dokter perlu melakukan anamnesis untuk mengidentifikasi usia kehamilan, riwayat perdarahan, karakteristik nyeri, adanya riwayat pengeluaran POC, dan faktor risiko. Pemeriksaan fisik harus ditujukan untuk mengidentifikasi perdarahan per vaginam, keadaan serviks (terbuka/tertutup), adanya perbedaan ukuran uterus (tinggi fundus uteri) dengan perhitungan usia kehamilan, dan POC pada jalan lahir. Penegakan diagnosis abortus membutuhkan gabungan pemeriksaan klinis dan penunjang melalui USG transvaginal (TVUS) untuk mengidentifikasi ada atau tidaknya kantong gestasi dan POC intrakavum. Kombinasi dengan pemeriksaan beta-HCG untuk membedakan kehamilan intrauterin, kehamilan ektopik, dan keguguran diperlukan bila tidak memungkinkan visualisasi melalui TVUS.

Untuk kondisi abortus sporadis dan baru pertama kali terjadi tidak diperlukan pemeriksaan lebih lanjut untuk mengetahui penyebab keguguran. Pemeriksaan lebih lanjut seperti biopsi endometrium ataupun pemeriksaan genetik disarankan bila terjadi keguguran berulang.1,2

Tata Laksana

Pada pasien dengan abortus komplit tidak diperlukan tata laksana lanjutan, terlebih bila tidak ditemukan sisa jaringan pada uterus. Abortus inkomplit memiliki beberapa pilihan tata laksana tergantung kondisi ibu:

  • Ekspektatif (observasi) menjadi pilihan utama mengingat sebagian besar keguguran inkomplit akan menjadi komplit tanpa penggunaan obat-obatan ataupun prosedur operasi. Pemberian analgesik dan rehidrasi dapat diberikan jika ada indikasi.
  • Administrasi misoprostol dapat menstimulasi kontraksi uterus sehingga perdarahan dapat dihentikan dan terjadi ekspulsi POC. Misoprostol dapat dikombinasikan dengan mifepriston (antiprogestin) dan memberikan efek yang sama baiknya. Sebagian besar keguguran selesai (komplit) setelah 8 hari pemberian misoprostol.
  • Pada kondisi perdarahan berat dan instabilitas hemodinamik, diperlukan evakuasi POC menggunakan dilatasi dan kuret (D&C).
  • Pemberian RhoGAM pada ibu dengan rhesus negatif digunakan untuk mencegah terjadinya inkompatibilitas rhesus pada kehamilan selanjutnya.1,2

Komplikasi & Prognosis

Komplikasi yang paling mungkin terjadi pasca keguguran adalah perdarahan hebat yang mungkin mengakibatkan anemia dan syok hipovolemik. Tanda-tanda syok hipovolemik yang perlu diwaspadai antara lain terjadinya takikardi, takipnea, demam atau hipotermia, dan hipotensi atau sinkop. Komplikasi lain seperti infeksi saluran reproduksi — umumnya pelvic inflammatory disease (PID) — terjadi akibat POC yang menetap dan tidak dikeluarkan secara komplit. Gangguan psikologis terutama timbulnya perasaan bersalah kadang memerlukan pendampingan psikiater.

Tingkat mortalitas mencapai 0,7 per 100.000 kejadian keguguran pada ibu. Studi juga menemukan adanya peningkatan risiko kelahiran prematur pada pasien dengan riwayat kuret akibat keguguran. Meskipun risiko keguguran berulang meningkat seiring meningkatnya kejadian keguguran di masa lampau, angka ini tidak berbeda dengan populasi pada umumnya setelah kejadian ke-3.1

Referensi

  1. DynaMed [Internet]. Ipswich (MA): EBSCO Information Services. 1995 – . Record No. T113658, First Trimester Pregnancy Loss; [updated 2018 Nov 30, cited 2020 Oct 28]. Available from: https://www.dynamed.com/topics/dmp~AN~T113658.
  2. Redinger A, Nguyen H. Incomplete abortions. Treasure island: StatPearls Publishing; 2020.

Share your thoughts