ADB pada Kehamilan: Cepat Tangani Sebelum Terlambat!

Ketahui dosis dan metode terapi yang tepat untuk tangani ADB pada ibu hamil

Sumber: Freepik.com

Anemia merupakan kondisi di mana seseorang mengalami penurunan kadar hemoglobin (Hb) dua deviasi di bawah normal. Kondisi tersebut dapat dipicu oleh defisiensi nutrisi, perdarahan, infeksi, kelainan genetik, maupun penyebab lainnya. Meskipun begitu, defisiensi zat besi merupakan etiologi tersering dari anemia. WHO menyebutkan bahwa hampir 2 miliar populasi dunia mengalami defisiensi zat besi yang merupakan tahap awal sebelum terjadi Anemia Defisiensi Besi (ADB).

Salah satu faktor risiko terjadinya defisiensi zat besi adalah kehamilan. Hal ini disebabkan cadangan besi ibu akan digunakan untuk keperluan proses tumbuh kembang janin. Karena itulah,  para ibu hamil rentan mengalami ADB yang berdampak buruk bagi ibu dan janin. Terjadinya ADB selama kehamilan dapat meningkatkan risiko morbiditas dan mortalitas. Luaran pada ibu dan bayi nantinya pun akan dipengaruhi oleh derajat keparahan anemia.

Kondisi klinis ibu biasanya belum mengalami perubahan yang signifikan pada anemia ringan. Berbeda dengan kondisi yang lebih berat, gangguan sistem tubuh, seperti stres kardiovaskular, penurunan fungsi fisik dan mental, serta masalah imunitas tubuh, akan mulai terlihat. Anemia yang terjadi juga sering dikaitkan dengan perdarahan sebelum dan pasca-persalinan. Selain itu, ADB turut disebut sebagai faktor risiko yang meningkatkan angka kejadian preeklampsia pada ibu.

Defisiensi besi selama kehamilan dikatakan pula memiliki pengaruh besar dalam perkembangan janin. Janin yang dikandung oleh seorang ibu dengan ADB mengalami peningkatan risiko terhambatnya pertumbuhan, kematian janin intrauteri, gangguan tumbuh kembang otak, kelahiran prematur, dan berat badan lahir rendah. Tidak hanya itu, ADB maternal juga dapat memberikan efek jangka panjang bagi sang anak. Beberapa studi menyatakan bahwa anak yang lahir dari ibu dengan ADB semasa kehamilan memiliki risiko mengalami obesitas, diabetes, hipertensi, dan beberapa gangguan kardiovaskular lain.

Mengingat besarnya dampak ADB semasa kehamilan, alangkah baiknya bila dokter bisa memberikan tata laksana sesegera mungkin. Pemberian besi merupakan terapi utama yang dapat diberikan bagi ibu dengan defisiensi besi maupun ADB. Dosis yang digunakan harus disesuaikan dengan derajat anemia saat diagnosis. Jalur pemberian besi juga terkait dengan derajat anemia pasien. Pada anemia ringan pemberian besi dilakukan per oral. Sementara itu, pemberian melalui intravena (IV) dapat dilakukan bila terjadi anemia sedang.

Pada maternal dengan anemia ringan (Hb 10–10,4 g/dL), dosis pemberian besi oral adalah 80–100 mg/hari. Jika kadar Hb sudah <10 g/dL, besi diberikan lewat jalur IV dengan dosis 200 mg/hari yang diulang sebanyak 1–2 kali seminggu. Bila anemia ibu sudah berat (Hb <7 g/dL), terapi yang bisa dilakukan adalah dengan transfusi packed red cells (PRC). Terlepas dari derajat anemia yang terjadi, target terapi untuk semua ADB kehamilan di wilayah Asia Pasifik tetap sama, yaitu kadar Hb 11 g/dL dengan kadar ferritin >50 µg/L.

Preparat oral yang biasa diberikan di Indonesia adalah preparat besi garam, contohnya ferrous sulfate. Akan tetapi, perlu diperhatikan pula bahwa sediaan ini dapat menimbulkan keluhan gastrointestinal, seperti mual, muntah, nyeri epigastrium, konstipasi, dan BAB kehitaman. Pemberian besi IV bisa dilakukan pula bila pasien tidak merespons terhadap sediaan oral. Indikasi lain untuk pemberian lewat IV, selain Hb <10 g/dL, adalah adanya kondisi malabsorbsi. Selain itu, pemberian besi IV lebih dianjurkan pada trimester 3, terutama pada usia kehamilan di atas 34 minggu agar target Hb lebih mudah tercapai.

Dari uraian di atas, kita mengetahui bahwa ADB merupakan kasus anemia tersering pada kehamilan. Adanya metode dan dosis terapi yang tepat dapat membantu untuk mencegah munculnya risiko-risiko yang dapat membahayakan kondisi ibu dan janin. Dengan mengatasi ADB selama kehamilan, diharapkan kesehatan ibu dan bayi meningkat, baik pada saat kehamilan maupun setelah melahirkan.

Penulis: Nada
Editor: Amanda

Share your thoughts