Tungkai Bengkak? Atasi dengan Furosemid
Mengupas tuntas salah satu obat diuretik sebagai solusi penanganan edema
Telah digunakan selama bertahun-tahun, furosemid dikenal sebagai obat untuk mengatasi edema yang antara lain dapat disebabkan oleh penyakit jantung, ginjal, dan hati. Kegunaan dari furosemid telah diakui baik oleh The Food and Drug Administration (FDA) maupun Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). Obat ini termasuk dalam golongan obat diuretik, yaitu obat-obatan yang berperan dalam meningkatkan produksi dan volume urine melalui regulasi cairan di tubulus ginjal. Furosemid umumnya ditemukan dalam bentuk sediaan oral berupa tablet serta sediaan injeksi intravena. Potensi obat ini lebih tinggi dua kali lipat bila diberikan secara intravena dibandingkan secara oral.
Mekanisme kerja dari furosemid melibatkan proses penghambatan sistem kotranspor natrium-kalium-klorida (Na+-K+-2Cl–), yaitu transporter NKCC2, yang terdapat pada thick ascending limb di lengkung Henle glomerulus. Penghambatan ini berakibat pada penurunan reabsorpsi NaCl sehingga terjadi peningkatan jumlah NaCl yang dikeluarkan melalui urine. Akibatnya, terjadi peningkatan volume urine. Selain itu, penghambatan transporter NKCC2 juga mengurangi potensial positif di dalam lumen tubulus, sehingga menginduksipeningkatan ekskresi magnesium dan kalsium. Dengan demikian, penggunaan furosemid pada pasien dapat menyebabkan peningkatan ekskresi natrium, klorida, kalsium, dan magnesium melalui urine.
Bioavailabilitas furosemid cukup bervariasi dan berkisar dari 10—90%. Pemberian furosemid sebelum makan dapat meningkatkan bioavailabilitasnya. Sebagai golongan obat diuretik kuat, furosemid mengalami absorpsi yang cepat dalam tubuh, namun tergolong lebih lambat bila dibandingkan dengan torasemid, obat golongan diuretik lainnya. Eliminasi obat ini terjadi melalui filtrasi oleh glomerulus dan sekresi oleh tubulus di ginjal. Lama efek kerja furosemid dalam tubuh seseorang berkisar 2 hingga 3 jam, relatif singkat bila dibandingkan dengan efek torasemid yang dapat berlangsung sekitar 4 hingga 6 jam. Sementara itu, sekresi dari furosemid dapat berkurang bila diberikan secara bersamaan dengan probenesid atau obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS). Hal ini dikarenakan obat-obatan tersebut saling “bersaing” untuk disekresikan melalui transporter asam lemah di tubulus proksimal ginjal.
Furosemid dapat diberikan pada pasien dengan indikasi khusus, utamanya kondisi edema seperti edema pulmoner akut. Fungsinya sebagai diuretik yang mengatasi kondisi akumulasi cairan membuatnya turut digunakan sebagai obat antihipertensi. Selain itu, furosemid juga dapat diresepkan pada pasien dengan indikasi gangguan elektrolit seperti hiperkalsemia dan hiperkalemia, overdosis anion, serta gagal ginjal akut.
Di samping manfaatnya dalam mengatasi edema, hipertensi, dan gangguan elektrolit, terdapat beberapa kondisi yang menjadi kontraindikasi pemberian furosemid sebagai agen diuretik kuat. Furosemid tidak direkomendasikan pada pasien dengan alergi terhadap obat ini, gagal ginjal yang disertai dengan anuria, hipovolemia, serta defisiensi elektrolit.
Hal lain yang perlu diperhatikan adalah efek samping yang dapat timbul akibat penggunaan furosemid. Terdapat tiga efek samping utama yang sering ditemukan, yakni gangguan keseimbangan elektrolit, hipersensitivitas, dan ototoksisitas. Gangguan keseimbangan elektrolit yang dapat terjadi antara lain seperti hipokalemia, hipokalsemia, hiponatremia, hipomagnesemia, dan hiperurisemia. Sebagai salah satu obat turunan sulfonamid, furosemid dapat memicu terjadinya reaksi alergi seperti nefritis interstisial akut. Sementara itu, ototoksisitas yang dapat terjadi akibat administrasi furosemid bersifat reversibel. Selain itu, sebagian orang mungkin akan mengalami efek samping mual, muntah, diare, dan demam. Pada segelintir kasus—meskipun sangat jarang terjadi—dapat juga timbul efek samping serius seperti pankreatitis akut, anemia hemolitik, dan kolestasis intrahepatik.
Walaupun memiliki manfaat yang besar dalam mengatasi edema, administrasi furosemid tetap perlu dilakukan dengan hati-hati. Sebagai diuretik yang poten, kejadian seperti dehidrasi dengan disertai deplesi elektrolit dapat terjadi. Oleh karena itu, penggunaan obat ini sebaiknya dikonsultasikan kepada dokter terlebih dahulu.
Referensi:
- Badan Pengawas Obat dan Makanan. Furosemid [Internet]. Jakarta: BPOM; 2015 [cited 2021 Jul 21]. Available from: http://pionas.pom.go.id/monografi/furosemid
- Katzung BG. Basic & clinical pharmacology. 14th ed. New York: McGraw-Hill Education; 2018.
- Oh SW, Han SY. Loop diuretics in clinical practice. Electrolyte Blood Press. 2015 Jun; 13(1): 17-21.
- Khan TM, Patel R, Siddiqui AH. Furosemide. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2021 Jan [cited 2021 Jul 21]. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK499921/
Penulis: Alessandrina Janisha Parinding
Editor: Izzati Diyanah