Amankan Tenaga Kesehatan dari Covid-19 dengan Kapsul Transpor Pasien

Minimalkan risiko transmisi virus Covid-19 dengan transportasi terisolasi

Pandemi Covid-19 masih terus menghantui masyarakat, termasuk di Indonesia. Penyebaran virus SARS-CoV-2 ini terjadi secara cepat dan luas, terutama di rumah sakit dan fasilitas kesehatan lainnya. Sudah banyak tenaga medis yang gugur akibat tertular Covid-19 dari interaksi mereka dengan pasien. Tim Mitigasi PB IDI menyebut bahwa hingga pertengahan Desember 2020, terdapat total 369 petugas medis yang wafat akibat infeksi virus ini. Salah satu faktor yang mendasari tingginya kasus infeksi dan kematian tenaga medis akibat Covid-19 di Indonesia adalah metode transportasi pasien yang masih kurang baik.

Transportasi pasien Covid-19 memerlukan manajemen yang baik dari pihak rumah sakit untuk menjamin keamanan dan kenyamanan pasien dan tenaga kesehatan yang bertugas. Idealnya, pasien yang terkonfirmasi positif Covid-19 harus selalu berada dalam isolasi untuk mencegah penularan virus ke lingkungan sekitarnya. Namun, dalam beberapa kasus seperti kegawatdaruratan, kebutuhan pasien untuk mendapat perawatan khusus di ruangan yang berbeda, maupun pemeriksaan penunjang seperti CT scan dan MRI mengharuskan pasien untuk berpindah tempat dari ruang isolasi. Selain itu, transportasi jenazah Covid-19 menuju pemakaman juga membuat pekerja kesehatan rentan terpajan virus ini. Oleh karena itu, diperlukan protokol transportasi pasien Covid-19 yang mudah dan aman digunakan bagi para tenaga medis, salah satunya ialah dengan pemanfaatan kapsul transpor.

Sebuah studi dari King Saud Medical City Riyadh telah menyatakan adanya keuntungan dari penggunaan kapsul transpor dalam mengurangi risiko pajanan SARS-CoV-2 di kalangan tenaga medis. Dalam studi ini, ditemukan bahwa dari 109 tenaga medis yang berperan dalam proses transportasi pasien Covid-19 menggunakan kapsul transpor, tidak ditemukan tenaga kesehatan yang terinfeksi Covid-19. Di sisi lain, pasien sadar juga menyebutkan adanya kenyamanan tinggi dalam penggunaan kapsul transpor ini saat pemindahan. Meski demikian, tenaga medis dan pasien tanpa kondisi khusus tetap harus menggunakan alat pelindung diri sesuai rekomendasi WHO dan mematuhi protokol kesehatan umum yang berlaku.

Beberapa negara seperti Meksiko, Korea Selatan, dan Rusia sebelumnya telah mengaplikasikan penggunaan kapsul transpor untuk mengisolasi pasien Covid-19 dalam pemindahan. Di Indonesia, penggunaan kapsul transpor ini masih tergolong baru dan belum digunakan secara luas. Desain kapsul transpor ini dapat bervariasi tergantung perusahaan yang memproduksinya, tetapi yang terpenting ialah kapsul ini dapat memenuhi fungsinya sebagai pembatas fisik antara pasien dengan lingkungan luar untuk mengurangi paparan virus. Salah satu desain kapsul yang telah dipublikasikan adalah desain oleh Universitas San Carlos, Guatemala yang telah berhasil mendesain kapsul yang mudah dibawa, ringan, anti korosi, dan mudah dibuat dengan bahan-bahan dengan harga terjangkau sehingga memungkinkan untuk dapat diproduksi secara masif.

Kapsul transpor ini menggunakan rangka aluminium yang ringan dan anti karat sebagai penyokong dan penutup dari plastik polietilen yang cukup tebal. Plastik polietilen yang digunakan dalam desain ini ialah 40-gauge clear polyethylene plastic yang memiliki sifat isolator, anti korosi, dan tidak berbau. Sebagai filter udara yang masuk dan keluar dari kapsul, digunakan filter standar medis yang sudah umum digunakan untuk Covid-19. Kapsul ini juga mudah untuk dibawa karena dapat dilipat atau portabel. Beberapa desain kapsul lainnya juga dilengkapi dengan generator tekanan positif atau negatif untuk mengatur aliran udara di dalam kapsul tanpa mengontaminasi lingkungan luar. Penggunaan kapsul ini cukup mudah, yaitu hanya dengan melekatkan kapsul portabel ke stretcher untuk ambulans atau media transportasi lainnya. Dengan penggunaan kapsul ini, diharapkan risiko infeksi tenaga kesehatan yang bertugas dalam transportasi pasien dapat berkurang.

Penulis:
Rafaella Shiene Wijaya
Stephanie Amabella Prayogo
Jessica Audrey

Share your thoughts