Anak Demam dan Kejang? Jangan Panik, Ketahui Penyebabnya

Demam adalah salah satu keluhan tersering pada anak. Terkadang, keluhan demam ini disertai kejang. Keadaan demam dan kejang sering kali menyebabkan kepanikan pada orangtua yang berujung pada kunjungan ke rumah sakit. Sebagai seorang dokter, penting untuk mencari tahu etiologi dari demam dan kejang yang dialami oleh seorang anak. Kondisi demam dan kejang dapat disebabkan oleh infeksi ekstrakranial, suatu kondisi yang dikenal dengan istilah kejang demam yang tidak mengancam nyawa. Namun, di sisi lain, infeksi sistem saraf pusat juga dapat menyebabkan demam dan kejang. Infeksi sistem saraf pusat ini berpotensi untuk membahayakan nyawa anak. Updates on Pediatric Infections 2022 mengajarkan cara membedakan kedua etiologi tersebut dalam webinar “CNS Infections in Children: How to Differentiate from Febrile Seizure” yang dibawakan oleh dr. Amanda Soebadi, SpA(K) pada hari Minggu, 6 Februari 2022.

Gambar 1. Evaluasi Diagnostik

Untuk mendiagnosis, perlu dilakukan anamnesis, pemeriksaan fisik – neurologis, serta pemeriksaan penunjang. Dalam anamnesis, informasi mengenai demam pasien, penurunan kesadaran, kejang, dan gejala neurologis lain perlu didapatkan. Selain itu, tanyakan pula mengenai kontak TB dan gejala nonneurologis yang mendahului gejala neurologisnya. Misalnya seperti nyeri tenggorokan dan otitis media yang dapat menjadi petunjuk meningitis bakterialis atau pilek dan diare yang mengindikasikan viral syndrome

Gambar 2. Anamnesis

Berikut ini adalah hal-hal yang perlu diperiksa dalam pemeriksaan fisik umum dan neurologis.

Gambar 3. Pemeriksaan Fisik Umum dan Neurologis

Pemeriksaan penunjang hanya dilakukan berdasarkan indikasi. Misalnya, pemeriksaan elektrolit dan kimia darah pada pasien dengan diare atau muntah-muntah. Pemeriksaan darah perifer lengkap juga dapat memberikan beberapa informasi. Temuan leukositosis dengan hitung jenis segmenter bergeser ke kiri mengindikasikan infeksi bakteri. Pungsi lumbal harus dilakukan pada pasien dengan kecurigaan infeksi SSP, kecuali terdapat kontraindikasi, seperti kenaikan tekanan intrakranial karena space occupying lesion, gangguan koagulasi, serta infeksi pada area sekitar prosedur. Cairan serebrospinal dari pungsi lumbal kemudian akan dianalisis secara makroskopik (warna dan kejernihan), mikroskopik (hitung sel, hitung jenis PMN/ MN), serta kimia (glukosa dan protein). Pencitraan otak hanya dilakukan atas indikasi defisit neurologis yang jelas dan curiga abses otak. 

Amanda menambahkan, bahwa terdapat beberapa penyakit infeksi SSP yang dialami anak, seperti meningitis bakterialis, ensefalitis virus, ensefalitis herpes simpleks, dan meningoensefalitis tuberkulosa. Untuk mendiagnosis infeksi SSP ini, demam dan penurunan kesadaran perlu ditemukan.

Gambar 4. Diagnosis Infeksi SSP

Untuk mendiagnosis secara lebih rinci, berikut adalah informasi lebih lanjut mengenai meningitis bakterialis, ensefalitis virus, ensefalitis herpes simpleks, dan meningoensefalitis tuberkulosa.

Gambar 5. Meningitis bakterialis

Gambar 6. Meningoensefalitis tuberkulosis

Gambar 7. Ensefalitis virus

Gambar 8. Ensefalitis herpes simpleks

Sebagian besar ensefalitis virus hanya ditatalaksana secara suportif. Namun, ensefalitis herpes simpleks, yang merupakan salah satu ensefalitis virus, dapat ditatalaksana berdasarkan agen etiologinya. Oleh karena itu, penting untuk membedakan ensefalitis herpes simpleks dengan ensefalitis virus lainnya. Tampilan klinis ensefalitis herpes simpleks sering kali subakut. Selain itu, pemeriksaan EEG menunjukkan asimetri dan adanya periodic lateralizing epileptiform discharges (PLEDs).

Sementara itu, untuk mendiagnosis kejang demam, usia anak biasanya 6 bulan-5 tahun. Suhu anak >38 derajat dan hal tersebut tidak disebabkan oleh proses intrakranial. Kejang terjadi tanpa riwayat kejang tanpa demam sebelumnya, serta bukan karena gangguan elektrolit atau metabolik. Kejang demam ini sangatlah jarang pada usia <6 bulan dan tidak pernah ditegakkan pada neonatus. 

Gambar 9. Klasifikasi Kejang Demam

Pasien dengan kejang demam kemudian harus diberikan pengobatan. Terkait pengobatan kejang sendiri, ada pengobatan profilaksis dan rumatan yang dapat diberikan.

Gambar 10 dan 11. Tatalaksana

Kejang demam pada anak kejang demam pada anak

Share your thoughts