Anemia Defisiensi Besi pada Kehamilan
Definisi & informasi umum
Anemia pada kehamilan didefinisikan sebagai kondisi dimana kadar hemoglobin berada di bawah 11 g/dL pada trimester ke-1 dan ke-3 atau di bawah 10,5 g/dL pada trimester ke-2. Anemia pada ibu hamil disebabkan proses fisiologis akibat peningkatan volume plasma darah yang mengakibatkan hemodilusi sehingga konsentrasi Hb menjadi lebih rendah. Sementara anemia defisiensi besi (ADB) merupakan anemia yang terjadi akibat kurangnya besi di dalam tubuh sehingga tidak terbentuk protein hemoglobin yang adekuat. Diperkirakan defisiensi besi merupakan penyebab hingga 80% angka anemia pada ibu hamil di negara berkembang. Berdasarkan data Riskesdas 2018, sebanyak 48,9% ibu hamil menderita anemia.1,2
Tanda & Gejala
Gejala anemia defisiensi besi serupa dengan anemia pada umumnya, antara lain1
- pucat
- mudah lelah
- tidak bersemangat
- napas pendek/sesak
- jantung berdebar
- nyeri dada
- sakit kepala
- pusing
Tanda anemia yang dapat ditemukan dari pemeriksaan fisik adalah kulit pucat, konjungtiva anemis, takipnea, takikardia, hingga murmur pada pemeriksaan jantung.1
Etiologi & Patogenesis
Defisiensi besi dapat disebabkan oleh banyak hal. Secara umum defisiensi besi dapat terjadi akibat asupan besi yang kurang, penyerapan besi yang tidak adekuat, atau buangan besi yang berlebih. Besi merupakan komponen penyusun heme bersama dengan porfirin. Heme bersama protein globin menyusun hemoglobin, protein penting pada sel darah merah yang berfungsi mengikat oksigen. Kekurangan besi akan menyebabkan gangguan sintesis dan produksi hemoglobin sehingga proses transpor oksigen serta eritropoesis dapat terganggu. Adapun faktor risiko ADB pada ibu hamil, antara lain
- diet rendah besi (sayur-sayuran, rendah daging)
- adanya penyakit saluran cerna
- konsumsi obat-obatan seperti antasida yang menurunkan penyerapan besi
- jarak antarkehamilan singkat
Patofisiologi
Sintesis hemoglobin yang terganggu menyebabkan transpor oksigen ke jaringan tidak adekuat. Akibatnya tubuh akan mengompensasi dengan memproduksi lebih banyak sel darah merah dan melepaskan sel darah merah muda (retikulosit) ke sirkulasi. Akhirnya,terdapat lebih banyak retikulosit dalam darah. Akan tetapi, sel darah merah ini tidak dapat mengompensasi secara maksimal gangguan fungsi transpor hemoglobin. Pada beberapa kondisi, kerja pompa jantung meningkat dan terjadi takikardia serta murmur akibat darah dipompa lebih kuat. Pernapasan pasien cenderung akan lebih cepat sebagai bentuk penyesuaian untuk mendapatkan lebih banyak oksigen. Pasien akan merasa lemas karena tidak mendapatkan cukup oksigen sebagai bahan bakar metabolisme. Pucat yang muncul terjadi akibat kurangnya hemoglobin yang memiliki pigmen heme berwarna merah.
Diagnosis
Anamnesis dan pemeriksaan fisik dilakukan untuk menemukan gejala, tanda, dan faktor risiko. Pemeriksaan antenatal menjadi penting sebagai media penapisan dan diagnosis dini ADB pada ibu hamil. Pada fase awal, ADB termasuk ke dalam kelompok anemia normositik. Akan tetapi, pada fase lanjut penampilan sel darah merah akan menjadi mikrositik hipokromik. Pemeriksaan darah perifer lengkap menjadi tahap awal untuk diagnosis. Kadar Hb di bawah batas: 11g/dL pada trimester pertama dan ketiga atau 10,5g/dL pada trimester kedua menunjukkan kondisi anemia. Pada ADB terjadi mekanisme kompensasi tubuh untuk memproduksi lebih banyak sel darah merah sehingga hitung retikulosit dan reticulocyte distribution width (RDW) akan meningkat (>2%). Nilai MCV dapat normal atau rendah sesuai lamanya kondisi. Pemeriksaan apus darah tepi dapat menunjukkan sel darah merah normositik maupun mikrositik hipokromik pada fase kronis. Gambaran lain seperti sel pensil juga dapat terlihat. 1-3
Pemeriksaan lanjutan seperti kadar besi serum, ferritin serum, saturasi stransferin, atau total iron binding capacity(TIBC) dapat dilakukan. Umumnya diagnosis ADB ditegakkan berdasarkan kadar serum ferritin yang rendah (<15 mcg/dL). Bila kadar serum ferritin normal, dilakukan pemeriksaan kadar serum besi, TIBC, atau saturasi transferin. Serum besi yang rendah (<30 mcg/dL), saturasi transferin rendah (<16-20%), dan TIBC meningkat (>68mmol/L) menandakan ADB. Serum ferritin akan meningkat pada anemia akibat penyakit kronis.1,2
Tata Laksana
Ibu dengan anemia defisiensi besi diberikan tablet tambah darah (TTD) yang mengandung besi elemental 60 mg dan asam folat 250 mcg sebanyak tiga kali sehari. Beberapa pilihan sediaan suplementasi besi beserta kandungan besi elementalnya disajikan pada Tabel 1. Pemberian TTD dievaluasi setelah 90 hari dan jika terdapat perbaikan (Hb normal) dilanjutkan hingga 42 hari pasca persalinan. Jika tidak terdapat perbaikan, dapat dilakukan rujukan untuk mencari penyebab anemia.2 Konsumsi tablet suplementasi besi menimbulkan beberapa efek samping ,seperti mual muntah, diare, konstipasi, nyeri epigastrium, dan rasa besi pada lidah.1 Pasien juga disarankan untuk mengonsumsi makanan yang mengandung besi, seperti hati ayam atau daging merah.1 Transfusi diindikasikan pada pasien dengan Hb <7g/dL atau kadar hematokrit <20% atau pada pasien dengan kadar Hb >7g/dL tetapi memiliki gejala pusing, mata berkunang-kunang, dan takikardia.2
Tabel 1. Sediaan suplementasi besi beserta kandungannya2
Jenis sediaan | Dosis sediaan | Kandungan besi elemental |
Fero glukonat | 325 | 39 |
Sulfas ferosus | 325 | 65 |
Fero fumarat | 325 | 107 |
Besi polisakarida | 150 | 150 |
Komplikasi & Prognosis
Pada kehamilan ADB berhubungan dengan peningkatan morbiditas dan mortalitas ibu. Selain itu beberapa komplikasi yang dapat terjadi, antara lain1
- Ibu mudah lelah
- Rentan infeksi
- Penurunan energi dan kemampuan untuk beraktivitas
- Peningkatan risiko perdarahan pasca persalinan
- Stres kardiovaskular
- Peningkatan risiko ADB pada neonatus
- Peningkatan risiko kelahiran preterm dan berat bayi lahir rendah
- Gangguan perkembangan neurologis pada bayi
- Sepsis pada masa nifas
Referensi
- DynaMed [Internet]. Ipswich (MA): EBSCO Information Services. 1995 – . Record No. T115986, Iron Deficiency Anemia in Adults; [updated 2018 Nov 30, cited place cited date here]. Available from https://www.dynamed.com/topics/dmp~AN~T115986.
- Buku saku pelayanan kesehatan ibu di fasilitas kesehatan dasar dan rujukan. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia; 2013.
- Breymann C. Iron Deficiency Anemia in Pregnancy. Semin Hematol. 2015 Oct;52(4):339-47. doi: 10.1053/j.seminhematol.2015.07.003. Epub 2015 Jul 10. PMID: 26404445.
anemia defisiensi besi pada kehamilan
anemia defisiensi besi pada kehamilan