Angina Pektoris

Definisi

Angina pektoris adalah sindroma klinik yang disebabkan oleh ketidakseimbangan antara kebutuhan (demand) dan suplai aliran arteri koroner. Angina pektoris termasuk dalam penyakit jantung iskemik dimana merupakan penyebab banyak kematian pada orang dewasa. Terdapat klasifikasi angina sesuai dengan derajatnya :

  • Kelas 1 (angina saat aktivitas berat yang lama)
  • Kelas 2 (angina saat aktivitas lebih berat dari aktivitas sehari-hari)
  • Kelas 3 (angina saat aktivitas sehari-hari)
  • Kelas 4 (angina saat istirahat)

Angina pektoris dapat berupa angina pektoris stabil atau tidak stabil. Namun, istilah angina pektoris di sini merujuk pada angina pektoris stabil. Angina pektoris tidak stabil digolongkan menjadi Sindrom Koroner Akut (SKA) bersama dengan Infark Miokard dengan elevasi segmen ST (STEMI) dan Infark Miokard tanpa elevasi segmen ST (NSTEMI). Angina pektoris stabil timbul selama beberapa menit sampai kurang dari 20 menit. Apabila >20 menit dan berat maka disebut dengan angina pektoris tidak stabil.1,2

Sinonim : Angina pektoris stabil

Gejala Klinis

Gejala angina adalah nyeri dada yang dapat menjalar ke lengan kiri, punggung, rahang, dan ulu hati. Nyeri dada dapat disertai dengan sesak napas, mual, muntah, terkadang keringat dingin. Nyeri dada pada angina pektoris tidak stabil terasa lebih berat daripada angina pektoris stabil.1,2

Patogenesis dan Patofisiologi

Etiologi pasti dari angina stabil tidak dapat dipaparkan secara jelas. Namun, faktor risiko terjadinya angina adalah diabetes melitus, kolesterol, hipertensi, dan keturunan.1,2

Angina terjadi akibat pasokan dan kebutuhan aliran ke jantung yang tidak seimbang, yang terjadi akibat penyempitan pada satu atau lebih arteri koroner. Penyempitan ini disebabkan oleh beberapa hal, yakni:

  • Ruptur plak lemak pada dinding pembuluh darah
  • Pembentukan gumpalan darah
  • Vasospasme (otot pembuluh darah berkontraksi sehingga pembuluh darah menyempit)

Diagnosis

Pada pemeriksaan fisik umumnya dalam batas normal, kecuali ada komplikasi dan/atau komorbiditas. Pemeriksaan penunjang dilakukan berdasarkan derajat angina.

  • Angina pektoris kelas 1-2 dapat dilakukan ischemic stress test – membuat jantung kekurangan oksigen dengan meningkatkan beban kerja jantung, seperti treadmill test (EKG pada pasien yang sedang melakukan treadmill), echocardiography stress test (USG jantung pada pasien dengan memberikan beban aktivitas), atau MRI.
  • Angina pektoris kelas 3-4 atau ada riwayat infark miokard lama maka diperlukan pemeriksaan angiogafi koroner.

Pemeriksaan laboratorium juga dapat dilakukan yaitu pemeriksaan troponin T atau I dan CK-MB. Nilai troponin T atau I positif selama 24 jam merupakan tanda mionekrosis. Sementara itu, nilai CK-MB kurang spesifik untuk diagnosis karena juga ditemukan di otot skeletal. Namun, nilai ini berguna untuk diagnosis akut.

Pemeriksaan EKG dapat dikerjakan apabila angina belum dapat dipastikan penyebab non kardiak. Kelainan EKG yang khas ditemukan perubahan segmen ST yang sesuai dengan iskemia miokardium. 1,2

Tata Laksana

  • Farmakologi1

Rekomendasi dari PERKI (Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia) :

Obat
Anti iskemia ·         Beta blocker : bisoprolol 1×5-10 mg atau Carvedilol 2×25 mg atau Metoprokol 2×50 mg atau Ivabradine 2×5 mg

·         Isosorbid dinitrat 3×5-20 mg atau Isosorbid mononitrat 2x 20 mg

Anti platelet ·         Aspirin (lebih baik yang dapat dikunyah) 1×80-160mg
Anti kolesterol ·         Simvastatin 1×20-40 mg, A

·         Atorvastatin 1×20-40 mg atau Rosuvastatin 1×10-20 mg

 

  • PCI (Intervensi Koroner Perkutan) dan CABG (operasi bypass)
    • Dilakukan jika ditemukan bukti iskemik pada pemeriksaan penunjang disertasi penyempitan signifikan berdasarkan pemeriksaan angiografi koroner
    • Indikasi CABG : penyempitan > 2 pembuluh koroner1
  • Modifikasi gaya hidup
    • Penurunan berat badan
    • Berhenti merokok
    • Penyesuaian diet
    • Olahraga teratur
    • Kontrol hipertensi1,2

Pada pasien angina tidak stabil, pemilihan tindakan invasif didasarkan pada risiko pasien seperti angina terus menerus, adanya depresi segmen ST pada EKG, kadar troponin yang meningkat, dan gangguan irama jantung.

Komplikasi dan Prognosis

Komplikasi angina pektoris dapat berupa angina pektoris tidak stabil, infark miokard, dan kematian. Prognosis untuk pasien dengan angina pektoris bervariasi. Prognosis ini dipengaruhi oleh fungsi sistolik ventrikel kiri, luasnya penyakit arteri koroner, durasi olahraga, kondisi morbiditas, dan terapi yang adekuat.4

Referensi

  1. Angina pektoris. In : Panduan praktik klinis dan clinical pathway penyakit jantung dan pembuluh darah. 1st ed. PERKI;2016. p.6-7.
  2. Rahman AN. Angina pektoris stabil. In : Ilmu penyakit dalam. 6th ed, jilid III. Jakarta : Interna Publishing; 2014. p.1626-8.
  3. Berry C, Corcoran D, Ford TJ. Stable coronary syndromes : patophysiology, diagnostic advances, and therapeutic need [Internet]. 2017. Cited 2017 Feb 14. Available from : https://heart.bmj.com/content/heartjnl/early/2017/10/13/heartjnl-2017-311446.full.pdf
  4. Rousan T, Thadani U. Stable Angina Medical Therapy Management Guidelines: A Critical Review of Guidelines from the European Society of Cardiology and National Institute for Health and Care Excellence. European Cardiology Review. 2019;14(1):18.

Share your thoughts