Apakah Posisi Saat dan Setelah Berhubungan Badan Memengaruhi Jenis Kelamin Bayi?
Baring kanan, baring kiri, demi memilih jenis kelamin buah hati
Kedatangan buah hati tentunya dinanti-nanti oleh calon orang tua. Tak jarang orang tua menginginkan buah hati dengan jenis kelamin tertentu. Lantas, muncullah beberapa tips dan trik yang konon bisa membantu menentukan jenis kelamin bayi, salah satunya adalah berbaring dengan posisi tertentu saat atau setelah berhubungan badan. Apakah memang begitu?
Hal ini tentu saja hanyalah mitos semata. Tidak ada bukti ilmiah yang dapat mendukung kepercayaan ini. Jenis kelamin bayi ditentukan pada saat konsepsi atau pembuahan secara acak. Pada awalnya, zigot yang terbentuk pada saat pembuahan belum terlihat memiliki diferensiasi jenis kelamin sampai pada usia enam minggu. Meskipun demikian, zigot sudah memiliki kromosom yang nantinya akan menentukan jenis kelamin, yaitu kromosom XX untuk perempuan atau XY untuk laki-laki. Kromosom ini masing-masing didapatkan dari ibu dan ayah; ibu memberikan kromosom X dan ayah dapat memberikan kromosom X atau kromosom Y. Kromosom dari ayah dan ibu ini bergabung menjadi kromosom XX atau XY.
Embrio atau janin memiliki struktur tubuh yang dapat berkembang menjadi perempuan atau laki-laki. Apabila tidak ada hal yang memengaruhinya, semua janin akan berjenis kelamin perempuan karena tidak terjadi proses maskulinisasi. Dalam hal ini, dua kromosom X pada perempuan menentukan pembentukan ovarium yang normal. Namun, jika janin mewarisi kromosom Y, embrio akan mengalami maskulinisasi karena adanya gen yang mengatur pembentukan testis pada kromosom Y. Selain itu, adanya gangguan kromosom saat pembuahan dapat menyebabkan kelainan-kelainan tertentu seperti Sindrom Klinefelter (kromosom XXY), Sindrom Jacob (kromosom XYY), atau Sindrom Turner (kromosom X).
Dengan kemajuan teknologi, terdapat beberapa inovasi yang dapat membantu calon orang tua untuk mendapatkan bayi dengan jenis kelamin yang diinginkan. Cara yang paling sering dilakukan adalah in vitro fertilization (IVF), atau yang lebih dikenal dengan istilah bayi tabung, dengan preimplantation genetic testing (PGT). Pada metode ini, sel-sel embrio yang didapatkan dari proses IVF akan dibiopsi dan diperiksa kromosomnya untuk mengetahui jenis kelaminnya. Sambil menunggu hasil pemeriksaan, maka embrio akan dibekukan. Ketika sudah terdapat hasil pemeriksaan, maka calon orang tua dapat memilih embrio dengan jenis kelamin yang diharapkan. Embrio kemudian akan “dicairkan” dan kemudian dilakukan transfer embrio ke rahim ibu.
Jadi, hingga saat ini, masih belum diketahui korelasi antara posisi saat atau setelah berhubungan badan dengan jenis kelamin bayi. Apabila calon orang tua menginginkan buah hati dengan jenis kelamin tertentu, cara yang dapat ditempuh adalah IVF dengan PGT.
Penulis: Regine