Saksama Tangani Diare pada Anak
Diare adalah salah satu penyebab tertinggi kematian anak di Indonesia. Jangan sampai Anda gagal menanganinya!
Pada bayi yang menyusui, frekuensi BAB sehari dapat mencapai 6-8 kali sehari. Oleh karena itu, pada bayi, dapat dianggap diare ketika frekuensi BAB meningkat dari biasanya dan konsistensinya semakin cair. Sementara pada anak yang lebih besar, dapat digunakan definisi diare yang lebih umum yakni frekuensi BAB > 3x sehari dengan konsistensi cair. Diare yang menyebabkan dehidrasi berlebihan dapat menyebabkan anak mengalami berbagai komplikasi yang berpotensi fatal, seperti syok hipovolemik dan asidosis metabolik. Guna mencegah hal-hal tersebut, anak dengan diare akut perlu mendapatkan penanganan yang tepat.
Tata laksana diare pada anak secara umum terdiri dari pemberian larutan rehidrasi, asupan makanan, antibiotik sesuai indikasi (contohnya disentri dan kolera), suplemen seng, dan edukasi. Langkah awal terpenting dalam menatalaksana diare adalah menentukan melihat tanda kegawatdaruratan dan tingkat dehidrasi anak karena penanganan awal ditentukan berdasarkan kedua hal tersebut.
Pada anak dengan dehidrasi berat, rehidrasi dilakukan melalui akses intravena. Jika anak datang dengan klinis syok, dapat diberikan bolus IV ringer laktat (RL) 20 ml/kg dalam 5-10 menit. Selanjutnya, larutan rehidrasi yang idealnya diberikan adalah KaEN3B sebanyak 100 ml/kg; larutan RL atau NaCl 0,9% boleh diberikan tergantung ketersediaan. Rehidrasi pada dehidrasi berat dilakukan dalam dua tahap. Pada tahap pertama, diberikan larutan sebanyak 30 ml/kg dalam waktu 1 jam untuk anak usia di bawah 12 bulan atau 30 menit untuk anak di atas 12 bulan. Sisa cairan 70 ml/kg diberikan dalam waktu 5 jam untuk anak usia di bawah 12 bulan dan 2,5 jam untuk anak berusia di atas 12 bulan.
Sementara itu, anak dengan dehidrasi ringan-sedang dapat diberikan larutan rehidrasi oral setiap 3 jam dengan volume sekitar 75 ml/kg. Anak yang belum bisa minum dari gelas dapat diberikan larutan rehidrasi dengan menggunakan sendok teh tiap 1-2 menit. Jika anak muntah, pemberian larutan boleh dihentikan sementara selama 5-10 menit, lalu dilanjutkan kembali dengan frekuensi yang lebih lambat. Selama melakukan rehidrasi oral, anak boleh diberikan ASI, sedangkan makanan dihentikan sementara hingga rehidrasi diberikan selama 2 jam atau 4 jam pada bayi.
Anak yang tidak mengalami dehidrasi diperbolehkan untuk pulang ke rumah dengan diberikan larutan rehidrasi oral. Larutan tersebut harus diminum sejumlah 10 ml/kgBB setiap anak BAB atau 5 ml/kgBB tiap anak muntah. Orang tua juga perlu diedukasi untuk tetap memberi makanan seperti biasa atau ASI apabila anak masih menyusu. Tata laksana untuk anak tanpa dehidrasi ini juga diberikan kepada anak yang sebelumnya mengalami dehidrasi, tetapi status hidrasinya telah membaik.
Hal terakhir yang tidak boleh dilupakan adalah suplementasi seng. Seng berguna untuk mengurangi durasi dan keparahan dari diare. Suplemen seng diberikan selama 10-14 hari dengan dosis 20 mg per hari bagi anak > 6 bulan atau 10 mg bagi anak < 6 bulan.
Penanganan awal diare tidak membutuhkan peralatan atau teknik yang rumit. Meskipun sering ditemukan, diare tidak boleh disepelekan. Penanganan yang sederhana dan tepat dapat menyelamatkan pasien dari komplikasi dan kematian. taris
Referensi:
- https://apps.who.int/iris/bitstream/handle/10665/43209/9241593180.pdf;sequence=1
- https://www.aap.org/en-us/Documents/Module_6_Eng_FINAL_10182016.pdf
- http://pionas.pom.go.id/ioni/bab-1-sistem-saluran-cerna-0/14-diare-akut/141-larutan-rehidrasi-oral
Penulis: Taris Zahratul Afifah
Editor: Kareen Tayuwijaya