Atasi Nyeri Punggung Bawah dengan Terapi Kiropraktik

Dapatkah kiropraktik menjadi solusi keluhan nyeri punggung bawah di masa pandemi?

kiropraktik

Pandemi Covid-19 telah mengubah perilaku hidup menjadi lebih sedenter dan terpaku dalam posisi duduk yang berlangsung lama. Tidak jarang, sebagian besar orang mengalami keluhan nyeri pada daerah punggung bawah usai seharian duduk saat belajar ataupun bekerja secara daring. Nyeri punggung bawah (NPB) merupakan keluhan otot dan tulang yang umum terjadi pada orang dewasa. Gejala NPB dapat berasal dari beberapa sumber, seperti akar saraf, otot, tulang, sendi, atau bantalan otot tulang belakang. 

Pasien yang mengalami keluhan NPB disarankan untuk tetap aktif bergerak dan menghindari tirah baring dengan maksud meningkatkan fungsi dan mencegah keparahan keluhan. Pada kasus nyeri punggung bawah yang bersifat menahun, terapi fisik yang dapat menjadi pilihan berupa latihan fisik, yoga, relaksasi, pijat, serta terapi manual. Namun, belum ada bukti ilmiah yang mendukung bahwa salah satu di antara terapi fisik tersebut lebih efektif dibandingkan terapi yang lain. Metode pengobatan yang relatif pasif seperti istirahat dan konsumsi obat-obatan tidak direkomendasikan dan cenderung memperparah gejala. Dengan demikian, salah satu penanganan yang dapat diambil untuk memulihkan keluhan nyeri ini adalah terapi kiropraktik.

Terapi kiropraktik merupakan metode manipulasi tulang belakang sebagai bentuk penanganan umum dari keluhan nyeri pada area punggung bawah. Terapi yang dilakukan oleh kiropraktor bertujuan untuk mengurangi gangguan posisi tulang belakang atau gangguan tulang belakang yang memiliki pola gerakan abnormal. Selain itu, terapi ini juga bermanfaat untuk meningkatkan jangkauan gerak, mengurangi iritabilitas saraf, serta meningkatkan fungsi gerak. Sebuah bukti ilmiah yaitu studi oleh Goertz, dkk. pada tahun 2018 dalam JAMA Network Open melaporkan bahwa terapi kiropraktik yang dikombinasikan dengan perawatan medis umum telah terbukti efektif secara klinis meningkatkan perbaikan tingkat keparahan dan keterbatasan yang disebabkan oleh nyeri punggung.

Umumnya, pasien yang memerlukan kiropraktik mengeluhkan rasa nyeri pada daerah punggung bawah, leher, dan sakit kepala. Terapi ini juga tidak lepas dari risiko terjadinya perburukan penyakit, seperti pada penderita penonjolan bantalan tulang belakang akibat penekanan saraf ataupun kejadian jenis stroke tertentu akibat prosedur medis pada leher. Sebaliknya, terapi kiropraktik tidak direkomendasikan pada beberapa kondisi, yaitu osteoporosis berat, kanker tulang belakang, kelainan pada leher bagian atas, kelainan sistem persarafan, serta kehilangan kekuatan otot lengan dan kaki.

Pada awal kunjungan terapi, kiropraktor selaku terapis akan menanyakan riwayat kesehatan dan melakukan pemeriksaan fisik pada tulang belakang pasien. Kiropraktor juga menyarankan pasien untuk melakukan pemeriksaan radiografi atau rontgen untuk memastikan permasalahan tulang yang dialami pasien. Pasien yang dinilai layak untuk diberi terapi akan ditempatkan pada posisi berbaring telungkup pada alas atau meja kiropraktik. 

Kemudian, kiropraktor akan menggunakan tangannya untuk memberikan tekanan atau dorongan yang terkontrol dan tiba-tiba pada sendi. Dorongan yang diberikan dapat melampaui rentang gerak sendi biasanya sehingga terdengar suara seperti letupan atau retakan. Setelah terapi, umumnya pasien akan merasakan beberapa efek samping ringan seperti kelelahan, sakit kepala, dan nyeri pada bagian tubuh yang diterapi. 

Beberapa teknik yang digunakan dalam terapi kiropraktik, meliputi teknik long-lever, short-lever, high-velocity, dan low-amplitude. Umumnya, kiropraktor menggunakan teknik high-velocity dan low-amplitude untuk mengembalikan rentang pergerakan pada sendi. Dorongan atau tekanan yang terlalu kuat saat terapi kiropraktik dapat berisiko robeknya pembuluh darah karotis dan vertebra. Tidak hanya itu, kejadian tidak diinginkan yang lainnya juga berpotensi terjadi dan biasanya tergantung kondisi medis yang sebelumnya dialami pasien. 

Pada dasarnya, terapi ini aman dan efektif untuk mengatasi permasalahan tulang belakang apabila dilakukan oleh tenaga ahli yang kompeten dan dilakukan sesuai kebutuhan ataupun keluhan medis. Penting untuk memperhatikan indikasi, kontraindikasi, serta keabsahan lisensi terapis sebelum merencanakan perawatan. Dengan demikian, manfaat terapi ini dapat dirasakan secara optimal serta risiko efek samping dapat diminimalisir.

Referensi:

Penulis: Dwi Oktavianto Makdasari dan Rejoel Mangasa Siagian
Editor: Izzati Diyanah

Share your thoughts