Badminton yang Membuat Hidup Tidak Monoton

dr riyan badminton

Cerita tentang seorang dokter dan hobinya bermain badminton

 

Olahraga merupakan hobi yang tidak jarang dimiliki oleh seorang dokter, seperti dr. Riyan Apriantoni, Sp.Onk.Rad yang menjalani hobi badmintonnya sejak di bangku sekolah hingga menjadi seorang dokter spesialis. Riyan mulai sering bermain badminton di masa SMA, terutama di akhir pekan bersama teman-teman yang berada di asrama yang sama dengannya. Ia pun mulai menyukai hobinya dan berkeputusan untuk tetap melanjutkan bermain badminton di masa perkuliahannya.

 

Seiring dengan perjalanan pendidikannya, permainan badmintonnya pun berkembang. Riyan beberapa kali mengikuti berbagai turnamen, salah satunya mencapai tingkat daerah, dan meskipun tidak menang tetap menjadi pengalaman yang berharga. Tidak hanya dari segi  kemampuan, orang-orang yang ia kenal pun bertambah karena Riyan mengikuti berbagai kelompok bermain, baik dengan teman-teman seangkatannya, senior-seniornya saat di pendidikan dokter spesialis, maupun pasien di rumah sakit yang ia kunjungi. Waktu bermain badminton tidak hanya dijadikan sebagai pelepas penat, tetapi juga sebagai wadah untuk saling bertemu, berkumpul, dan berbagi pengalaman.

 

Namun, kesibukannya  sebagai dokter yang menuntutnya untuk fleksibel, termasuk berpindah-pindah rumah sakit dan jadwal yang cukup padat mengharuskan Riyan untuk terbuka dalam memilih komunitas bermainnya. Hal tersebut, ungkapnya, merupakan sesuatu yang membutuhkan adaptasi. “Berpindah-pindah terus berarti menjalin hubungan interpersonal baru, yang mungkin agak tricky,” ujar dokter yang lulus dari pendidikan dokter spesialis Radiologi Onkologi pada tahun 2022 yang lalu. Akan tetapi, tidak jarang menjalin hubungan baru itu tidak serumit seperti yang dibayangkan. Riyan mengungkapkan bahwa seringkali komunitas baru yang ia ikuti menerima dirinya dengan baik dan akhirnya ia pun dapat kembali bermain tanpa masalah. Ia juga perlu menyesuaikan level bermainnya dengan orang-orang yang ada di sekitarnya. “Saya pernah bermain dengan rombongan yang serius, pernah juga dengan ibu-ibu, ada juga dengan pasien dan pedagang yang ternyata kenal saya. Akhirnya kadang berujung saya ke lapangan badminton lebih untuk bersosialisasi,” tambahnya.

 

Bermain badminton ternyata juga berpengaruh positif terhadap pekerjaan Riyan sebagai seorang dokter. Ia mengungkapkan bahwa dengan badminton dan aktivitas fisik lain yang ia jalani, seperti latihan kardio dan beban membuatnya mampu berkonsentrasi dan berpikir lebih positif. Dokter yang sekarang menjadi project officer dari Kajian Paliatif WHO Indonesia ini juga menyampaikan bahwa gejala COVID yang ia alami lebih ringan dibandingkan dengan sejawatnya yang jarang berolahraga. Selain itu, koneksi yang ia dapatkan juga mampu membantunya menemukan berbagai orang-orang yang bekerja lintas sektoral yang kompetensinya sedang dibutuhkan.

 

Kepada mahasiswa kedokteran lain yang juga menjalani aktivitas olahraga serupa, Riyan mengungkapkan bahwa selama ada niat, hobi dapat diseimbangkan dengan pendidikan kedokteran. “Kita tidak dapat mengikuti jadwal yang fixed, pasti ada dadakan, emergensi, tetapi kita tetap sadari bahwa kita mencintai dan membutuhkan olahraga. Kita tidak membatasi pada komunitas lingkup kecil,” tukasnya . “Kedokteran bukanlah sesuatu yang ringan, tidak sedikit yang gagal menyelesaikan dan mengalami gangguan kejiwaan. Mungkin berolahraga dapat menjadi salah satu cara jalan keluar dari gangguan tersebut,” tutup Riyan.  – yosafat

 

Riyan Apriyantoni, Sp.Onk.Rad

Jabatan: Project Officer Kajian Paliatif WHO Indonesia

Alamat: Matraman raya no 32 A

E-mail: riyan.apriantoni@gmail.com

 

Penulis: Yosafat

Editor: Dwi

Share your thoughts