PD3I: Bayang-Bayang Wabah Baru di Tengah Pandemi Covid-19

imunisasi anak

PD3I yang menghantui masa depan anak kian diperburuk oleh pandemi yang mengancam suksesi program imunisasi rutin lengkap

Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I) merupakan kelompok penyakit menular yang terdiri dari campak, difteri, infeksi haemophilus influenzae tipe B, hepatitis B, pertusis, polio, dan tetanus. Penyakit tersebut berpotensi menimbulkan kejadian luar biasa (KLB) akibat penularan yang cepat. Bukan hanya itu saja, dampak PD3I secara individual dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan dan perkembangan, kecacatan, bahkan kematian pada anak serta dalam jangka panjang dengan cakupan yang lebih luas dapat menjadi beban komunitas akibat penurunan produktivitas dan peningkatan biaya kesehatan publik.

Sesuai dengan istilah yang digunakan, PD3I yang memang berakibat fatal pada anak namun masih dapat ditangkal melalui peningkatan kekebalan komunitas lewat program imunisasi rutin lengkap. Walaupun program imunisasi rutin lengkap telah membebaskan akses berupa vaksin gratis di fasilitas kesehatan primer milik pemerintah, pandemi Covid-19 seolah memperkeruh ancaman PD3I yang ditunjukan oleh penurunan angka cakupan imunisasi yang kian menurun. Menilik laporan data WHO dan UNICEF, peningkatan terbesar dari gangguan imunisasi yang terlewat paling berdampak di wilayah Asia Tenggara dan Mediterania Timur sebagai akibat terbatasnya akses layanan kesehatan dan jangkauan imunisasi selama pandemi. 

Secara global, sebanyak 23 juta anak dilaporkan tidak mendapatkan vaksin dasar melalui imunisasi rutin pada tahun 2020 yang mana jumlah ini  tertinggi sejak 2009 serta lebih banyak 3,7 juta dari tahun 2019. Bila dibandingkan dengan data tahun 2019, sebanyak 3,5 juta anak melewatkan dosis pertama vaksin difteri, tetanus, dan pertusis (DTP-1) sementara lebih dari 3 juta anak melewatkan dosis pertama vaksin campak. Tiga negara teratas yang mengalami peningkatan terbesar dari terlewatnya vaksin DTP-1 adalah India, Pakistan, dan Indonesia. Sebagai urutan ke-3 teratas, Indonesia memiliki jumlah kasus sebesar 797.000 pada tahun 2020 (sebelumnya 472.000 pada tahun 2019).  

Masalah cakupan imunisasi rutin lengkap masih menjadi masalah yang menahun dalam beberapa tahun terakhir. Bahkan sebelum pandemi, tingkat cakupan vaksinasi global terhadap PD3I masih berada di angka 86% yang mana masih jauh dari rekomendasi WHO sebesar 95%. Sumber daya logistik dan manusia yang diprioritaskan dalam upaya menangani pandmei Covid-19 serta kerentanan infeksi Covid-19 di fasilitas kesehatan sebagai sumber infeksi semakin menyempurnakan “badai buruk” dari PD3I yang selama ini kian menghantui kualitas hidup dari generasi masa depan.

Penurunan angka cakupan imunisasi dasar ini harus dimaknai sebagai peringatan. Dampak lanjutan dari pandemi Covid-19 yang membangkitkan wabah baru dari campak, polio atau penyakit PD3I lainnya harus menjadi perhatian dari berbagai pihak termasuk regulator, klinisi, dan komunitas. Dilansir dari laman UNICEF dalam rilisan publik, rekomendasi yang harus dilakukan dalam upaya menguatkan sistem regulasi. 

Pertama, pemulihan layanan dan kampanye imunisasi rutin lewat peningkatan bantuan petugas kesehatan dan tokoh publik dalam komunikasi pentingnya imunisasi. Kedua, perbaikan kesenjangan dalam cakupan komunitas lewat surveilans yang diikuti dengan penyediaan pasokan dan pengiriman vaksin dengan anggaran khusus imunisasi. Ketiga, perencanaan dan pelaksanaan regulasi yang mencegah dan menggapai ancaman PD3I sebagai bagian dari upaya pemulihan pasca pandemi Covid-19. Kolaborasi multisektoral kian menjadi penting demi menjaga anak dari PD3I sebagai akibat pandemi Covid-19 sehingga terwujudnya generasi emas di masa bonus demografi yang akan datang.rejoel

 

Referensi

Penulis: Rejoel Mangasa Siagian
Editor: Izzati Diyanah

Share your thoughts