Benarkah Ekstrak Nanas dapat Menjadi “Obat Alami” untuk COVID-19?
Klaim bahwa ekstrak nanas dapat menyembuhkan pasien COVID-19 beredar luas di media sosial Facebook. Unggahan yang disertai foto minuman nanas dan foto seorang laki-laki mengenakan baju laboratorium berwarna putih tersebut menyatakan bahwa klaim tersebut berasal dari Profesor David Morris, seorang peneliti asal Australia. Apakah klaim unggahan tersebut dapat dipastikan kebenarannya?
Melihat nama seorang profesor, apalagi yang berasal dari negara lain, disebut dalam suatu unggahan dapat membuat orang menjadi yakin bahwa informasi yang diberikan adalah benar adanya. Apalagi, unggahan di atas menyertai foto orang yang mengenakan jas laboratorium yang semakin meyakinkan orang akan keabsahan informasi tersebut. Namun, nyatanya Profesor David Morris, yang namanya disebut dalam unggahan di atas, menyatakan bahwa klaim tersebut tidak benar.
Faktanya, Morris melakukan suatu penelitian yang menggabungkan bromelain, sekelompok enzim yang berasal dari buah dan batang tanaman nanas, dengan suatu zat kimia bernama asetilsistein. Kedua zat tersebut selanjutnya diolah menjadi obat kombinasi yang dinamai BromAc. Obat tersebut mampu menurunkan kemampuan virus SARS-CoV-2 yang sudah bermutasi untuk menginfeksi sel. Akan tetapi, tidak disebutkan bahwa konsumsi bromelain saja dapat bekerja secara efektif. Pun sebaliknya, penggunaan asetilsistein tanpa bromelain juga tidak dikatakan dapat bekerja secara efektif menghambat infeksi SARS-CoV-2.
Selain terkait COVID-19, bromelain sendiri banyak digunakan sebagai suplemen makanan untuk mengurangi rasa sakit dan bengkak, terutama pada hidung dan sinus, gusi, dan bagian tubuh lain setelah cedera atau operasi. Selain itu, senyawa ini juga banyak digunakan untuk osteoarthritis, kanker, masalah pencernaan, dan nyeri otot. Efek samping dari bromelain yang paling sering dilaporkan adalah sakit perut dan diare. Reaksi alergi saat mengonsumsi bromelain dapat terjadi pada individu yang sensitif atau alergi terhadap nanas atau memiliki alergi lain.
Di belahan dunia yang lain, penelitian serupa juga dilakukan oleh tim peneliti dari University of Nebraska Medical Center dan FDA’s Center for Biologics Evaluation and Research (CBER) di Silver Spring, Amerika Serikat. Mereka meneliti tentang efektivitas penggunaan bromelain untuk pasien Covid-19. Dari penelitian tersebut, diketahui bahwa bromelain dapat mengurangi infeksi SARS-CoV-2 dengan berbagai mekanisme interaksi sel. Namun, studi ini baru dilakukan pada sel tertentu, belum dilakukan pada hewan, apalagi manusia. Oleh karena itu, masih diperlukan uji praklinik dan klinik lebih lanjut untuk mengetahui profil efikasi dan keamanan dari penggunaan bromelain jangka pendek maupun jangka panjang.
Dari penelitian yang ada saat ini, masih belum dapat dibuat kesimpulan bahwa konsumsi ekstrak nanas dapat menyembuhkan pasien COVID-19. Studi mengenai bromelain yang diekstrak dari nanas memang menunjukkan bahwa senyawa ini berpotensi menjadi antivirus bagi SARS-CoV-2, tetapi masih terbatas pada sel laboratorium, bukan pada hewan ataupun manusia. Oleh karena itu, informasi mengenai ekstrak nanas yang dapat menyembuhkan pasien COVID-19 dapat dikatakan tidak tepat.
Referensi:
- Akhter,J.;Quéromès,G.; Pillai, K.; Kepenekian, V.; Badar, S.; Mekkawy, A.H.; Frobert, E.; Valle, S.J.; Morris, D.L. The Combination of Bromelain and Acetylcysteine (BromAc) Synergistically Inactivates SARS-CoV-2. Viruses 2021, 13, 425. https://doi.org/10.3390/v13030425
- de Souza GM, Fernandes IA, Dos Santos CRR, et al. Is bromelain effective in controlling the inflammatory parameters of pain, edema, and trismus after lower third molar surgery? A systematic review and meta-analysis. Phytotherapy Research. 2019;33(3):473-481.
- Sagar, S. et al. (2020). Bromelain Inhibits SARS-CoV-2 Infection in VeroE6 Cells. bioRxiv. https://doi.org/10.1101/2020.09.16.297366.
Penulis: Bunga Cecilia Sinaga
Editor: Alexander Rafael Satyadharma