Berbagai Mitos Seputar Vaksin COVID-19

Mitos vaksin covid

Pandemi Covid-19 telah berlangsung selama 1 tahun. Sejak kasus pertama terkonfirmasi di Indonesia pada Maret 2020, jumlah kasus Covid-19 telah mencapai 1,2 juta dan kematian mendekati 33 ribu. Angka ini sangat tinggi terutama bila dibandingkan dengan negara-negara ASEAN, Indonesia menempati posisi pertama dengan jumlah kasus terbanyak.

 

Pemerintah sejak awal berkomitmen untuk mendatangkan vaksin sebagai upaya untuk menghentikan peningkatan jumlah kasus Covid-19. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan no. HK 01.07/MENKES/9860/2020, vaksin yang akan diproduksi dan didatangkan oleh pemerintah berasal dari enam perusahaan. Perusahaan-perusahaan tersebut antara lain PT Bio Farma (Persero), AstraZeneca, Sinopharm, Moderna, Pfizer Inc, dan Sinovac Biotech Ltd. Vaksin tersebut harus melalui uji klinis tahap ketiga dan mendapat izin edar pada masa darurat oleh BPOM.

 

Salah satu vaksin yang telah mendapat izin edar pada masa darurat dan sudah digunakan adalah vaksin Sinovac Biotech Ltd. Vaksin ini pertama kali diberikan kepada Presiden Joko Widodo pada 13 Januari 2021 dan pemberiannya terus berlangsung hingga hari ini. Di tengah masyarakat, program vaksinasi Covid-19 menimbulkan berbagai pro dan kontra serta mitos-mitos seputar vaksin tersebut. Apa sajakah mitos-mitos tersebut?

 

  • Vaksin Corona Tidak Untuk Orang Alergi

Faktanya: Menurut rekomendasi PAPDI (Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia), terkait pemberian vaksin Covid-19, hanya orang dengan alergi berat terhadap vaksin saja yang tidak boleh diberikan vaksin. Orang dengan alergi obat, alergi makanan, rinitis alergi, urtikaria, asma yang terkontrol, dan dermatitis atopi layak untuk diberikan vaksin.

  • Vaksin Corona Berbahaya

Faktanya: Sebelum digunakan, vaksin Covid-19 harus melalui tiga tahapan uji klinis. Dalam setiap fase tersebut, akan benar-benar diamati efek samping apa saja yang muncul dan apakah ada kejadian yang berbahaya atau tidak terkait pemberian vaksin. Oleh karena itu, vaksin yang telah lulus seluruh uji klinis sudah dipastikan keamanannya.

  • Vaksin Corona Menurunkan Kerja Sistem Imun

Faktanya: Vaksin Covid-19 dari Sinovac mengandung virus yang dimatikan. Adanya virus yang dimatikan ini justru memicu tubuh untuk merangsang sistem imun agar aktif bekerja untuk menangkal virus SARS-CoV-2 sehingga gejala Covid-19 yang parah dapat dicegah.

  • Vaksin Corona Menyebabkan Seseorang Autis

Faktanya: Pernyataan ini adalah asumsi yang tidak berdasar. Belum ada studi apapun yang menyatakan bahwa vaksin Covid-19 dapat menyebabkan autis.

  • Terdapat Microchip Pada Vaksin yang Diberikan

Faktanya: Tidak ada microchip yang terpasang pada vaksin yang diberikan. Isu ini hanya teori konspirasi belaka. Jelaslah terlihat bahwa yang vaksin yang disuntikkan merupakan cairan dan tidak mungkin microchip dapat berbentuk cairan.

  • Pasien dengan Riwayat Covid-19 Tidak Perlu Divaksin

Faktanya: Saat ini menurut rekomendasi PAPDI dan setelah mendapat persetujuan BPOM, pasien Covid-19 yang telah sembuh > 3 bulan perlu untuk diberikan vaksin.

 

Pandemi Covid-19 memang telah melahirkan “infodemik”. Banyak sekali informasi beredar yang sebagian besar sulit dipastikan kebenarannya. Sebagai masyarakat, kita sepatutnya dapat memilah informasi dengan bijak dan membedakan mana yang benar dan mana yang salah. Jangan langsung menelan mentah-mentah informasi yang diterima agar tidak berujung sesat. Salam Sehat!

 

Penulis: Mochammad Izzatullah
Editor: Prajnadiyan Catrawardhana

Share your thoughts