Bronkiolitis
Daftar Isi
Definisi
Bronkiolitis merupakan sebuah infeksi paru-paru yang umum ditemukan pada usia muda. Disebabkan oleh virus respiratory syncytial (RSV) dan dapat menyenabkan distress pernapasan ringan hingga berat.1
Gejala Klinis
Umumnya, penyakit ini terjadi pada bayi. Berikut tanda-tanda yang dialami apabila bayi terjangkit bronkiolitis:
Gejala utama:
- kesulitan dalam pernapasan
Gejala lain:
- bayi rewel dan gelisah
- sulit untuk diberi makan
- demam
- rasa tersumbat pada hidung
- suara napas mengi (ngik-ngik)
Pada kasus berat, pasien dengan bronkiolitis menunjukan ciri-ciri kekurangan oksigen dalam darah karena pasien mengalami kesulitan bernapas.2
Etiologi & Patogenesis
Sebanyak 72% pasien dengan bronkiolitis terinfeksi oleh virus Respiratory Syncytial (RSV). Penemuan terkini menemukan meningkatnya bronkiolitis akibat virus dan disertai dengan adanya infeksi yang disebabkan oleh virus lain. Sebuah penelitian multicenter pada bronkiolitis menunjukan bahwa 30% anak terinfeksi lebih dari 1 virus. Hal ini dibuktikan dengan adanya 26% kasus terinfensi dengan Human Rhinovirus (HRV).3
Patofisiologi
Bronkiolitis terjadi sebagai hasil dari inflamasi lapisan terluar dari sel epitel pada percabangan saluran udara kecil di paru. Lantas, terjadilah peningkatan produksi mukus, edema, inflamasi dan nekrosis sel-sel epitel paru. Sitokin akan dilepaskan dan inflamasi terjadi pada sel tersebut dapat menghambat saluran udara. Pasien akan berusaha lebih keras untuk bernapas dan menghasilkan suara mengi (wheezing).1,4
Diagnosis
Bronkiolitis adalah sebuah diagnosis klinis berdasarkan adanya riwayat dan pemeriksaan fisik. Penyakit ini dapat menunjukan lingkup gejala dan keparahan yang beragam, mulai dari infeksi saluran napas akut ringan hingga gagal napas. Bronkiolitis umumnya ditunjukan dengan adanya suara wheezing sebelum umur 12 bulan. Kejadian akut ini berlangsung selama 2 sampai 3 hari dengan tingkat keparahan yang beragam.5
Tanda-tanda dari distress pernapasan diantaranya sesak disertai suara mendengkur (grunting), pergerakan cuping hidung, atau penggunaan otot bantu napas lainnya.5
Tanda-tanda dari bronkiolitis akibat virus
- Laju napas meningkat
- Retraksi interkostal atau subkostal
- Penggunaan otot bantu napas
- Penggunaan cuping hidung
- Mendengkur
- Perubahan warna (sianosis) atau apnea
- Suara mengi (wheezing) atau ronkhi basah kasar (crackles)
- Saturasi O2 rendah5
Banyak anak-anak mengalami wheezing sekitar November dan April karena bronkiolitis, dokter harus memikirkan berbagai diagnosis pembanding, terutama pada pasien dengan tampilan tidak umum seperti pernapasan distres berat tanpa adanya infeksi saluran napas atas dan/atau rekurensi bronkiolitis.5
Hasil Radiografi Dada
Umumnya, pasien diduga mengalami bronkiolitis diperiksa menggunakan pencitraan foto polos dada. Namun, beberapa panduan tidak menyarankan penggunaan metode tersebut karena paparan terhadap radiasi dan biaya yang tinggi. Karena hasil pemeriksaan dengan foto polos umumnya dapat didapatkan pada pemeriksaan fisik, maka penggunaan pemeriksaan ini baiknya tidak perlu digunakan jika gejala klinis pasien sudah jelas.3
Pemeriksaan Virus
Peran dari beberapa pemeriksaan virus pada praktik klinis sangat sedikit. Pemeriksaan virus sangat disarankan pada berbagai penelitian uji klinis. Pemeriksaan penggunaan rapid test dapat menunjukan hasil negatif palsu, sehingga diperlukan pengambilan spesimen swab nasal untuk pemeriksaan.3
Pemeriksaan Tanda Infeksi
Beberapa bayi dengan bronkiolitis mengalami demam, sehingga pemeriksaan laboratorium perlu dilakukan untuk mengetahui adanya infeksi bakteri berat. Kemungkinan terjadinya bakteremia atau menungitis pada bayi dengan bronkiolitis sangat rendah, sehingga pemeriksaan darah dan caitan cerebrospinal mendapatkan hasil negatif.3
Tata Laksana
Kunci dari penanganan anak dengan bronkiolitis adalah pengobatan pada gejala yang ada. Sehingga, semua anak yang didiagnosis dengan bronkiolitis harus dinilai tingkat hidrasi, pernapasan distres dan kondisi hipoksia.1
Anak-anak dengan gejala ringan hingga sedang dapat diatasi dengan berbagai cara seperti pemberian normal saline untuk cuci hidung, antipiretik, dan cool-mist humidifier. Sedangkan, anak-anak dengan gejala berat, hipoksia, dan/atau dehidrasi membutuhkan penanganan yang lebih berat dan dimonitor. Anak dengan kondisi ini membutuhkan hidrasi yang cukup. Namun, penggunaan agonis beta-adrenergik seperti epineftin dan albutetol, atau steroid tidak cukup efektif pada anak dengan bronkiolitis. Tetapi oksigen dibutuhkan untuk menjaga saturasi diatas 90%.1
Anak-anak yang memiliki tanda dari pernapasan distress berar dapat berprogres menjadi gagal napas. Anak-anak dapat menerima pelayanan intensif untuk pernapasan mekanikam atau bantuan non-invasif. Penggunaan kanula nasal dengan aliran tinggi dapat menjadi modalitas untuk pelayanan non-invasif.1
Untuk imunitas, dapat digunakan imunisasi untuk RSV yakni palivuzumab kepada orang yang ngalami sakit berat. Dibutuhkan banyak suntikan pada masa RSV. Namun, metode ini cukup mahal dan tidak praktis untuk anak-anak.1
Rekomendasi oleh American Academy of Pediatric mendukung penggunaan palivizumab pada tahun pertama kehidupan untuk bayi dengan usia gestasi kurang dari 29 minggu, penyakit jantung bawaan simtomatik, penyakit paru prematur kronik, gangguan neuromuskular sehingga sulit untuk membersihkan saluran nafas, abnormalitas pernapasan, dan imunodefisiensi. Penggunaan profilaksis dapat dilanjutkan pada tahun kedua kehidupan untuk anak yang membutunkan tata laksana untuk penyakit paru prematur kronik atau imunosupresi.1
Prognosis
Kebanyakan anak-anak dapat mendapatkan luaran yang baik setelah mengalami hidtasi. Namun, bebetapa anak lainnya membutuhkan antipitetik dan cool-mist humidifier. Sekitar 1-3% anak dengan bronkiolitis membutuhkan lebih banyak bantuan pernapasan.
Kunci dari penanganan bronkiokitis terdapat pada caregiver. Dokter, petugas farmasi, ners harus mengedukasi pasien untuk
- Memosisikan bayi dengan nyaman
- Mengatur suhu ideal di rumah
- Menjaga hidrasi oral
- Menghindari paparan asap rokok
- Rajin mencuci tangan
- Penggunaan obat-obatan dengan tepat
Ketika anak sakit, caregiver harus diedukasi untuk membawanya ke rumah sakit. Follow-up merupakan salah satu kunci perawatan pasien bronkiolitis.
Bronkiolitis akan memiliki luaran yang baik apabila berhasil didiagnosis dan ditangani dengan sempurna. Kebanyakan anak-anak sembuh tanpa mengalami komplikasi apapun. Penelitian pada masa lampau menyatakan bahwa pasien dengan bronkiolitis berat akan memiliki suara napas wheezing di masa depan.1
Referensi
- Justice NA, Le JK. Bronchiolitis. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing: 2020 Jan.
- Mara NF, Steele RW. Bronchiolitis [internet]. New York: Medscape.com; [updated: 2019 Mar 25]. Available from: https://emedicine.medscape.com/article/961963-overview
- Schroeder AR, Mansbach JM. Recent evidence on the management of bronchiolitis. Curr Opin Pediatr. 2014 Jun; 26 (3): 3288-33.
- Erickson EN, Bhakta RT, Mendez MD. Pediatric Bronchiolitis. Treasure Islane (FL): StatPearls Publishing; 2020 Jan.
- Friedman JN, Rieder MJ, Walton JM, Canadian Paediatric Society, Acute Care Committee, Drug Therapy and Hazardous Substances Committee. Bronchiolitis: recommendations for diagnosis, monitoring and management of children one to 24 months of age. Peadiatr Child Health. 2014 Nov; 19(9): 485-91.