Cegah Kanker Serviks Sedari Awal

Dapat mengancam nyawa, lantas bagaimana pencegahan kanker serviks pada wanita?

 

Pertanyaan oleh dr. J:

“Apakah vaksin HPV saat ini dapat mencegah infeksi semua jenis HPV? Lalu, kapan saja waktu pemberiannya dan apakah ada jangka waktu untuk pemberian booster vaksin HPV?”

 

Kanker serviks merupakan penyakit keganasan sel yang berasal dari serviks atau leher rahim wanita. Penyebab utama dari kanker ini terkait dengan infeksi HPV (Human Papillomavirus) yang bersifat onkogenik. Jenis HPV yang paling sering menyebabkan kanker serviks, yaitu HPV tipe 16 dan 18. Kanker ini dapat diklasifikasikan menjadi beberapa stadium berdasarkan tingkat keparahannya, yaitu stadium 0, 1, 2, 3, dan 4. Stadium 0 disebut sebagai fase prakanker, dimana perubahan selnya masih terbatas pada sel serviks sedangkan stadium berikutnya sudah mengenai beberapa struktur terdekat dengan serviks dan organ lainnya.

 

Di Indonesia, masih belum ada data angka kejadian pasti terkait kasus kanker serviks. Akan tetapi, WHO (World Health Organization) mengestimasikan bahwa insidensi kanker serviks di Indonesia tergolong cukup tinggi, yaitu sekitar 27 kasus per 100.000 wanita. Berdasarkan data terakhir dari WHO tahun 2019, angka kematian akibat kanker serviks di Indonesia mencapai 19.300 kematian per tahunnya dan angka cakupan untuk deteksi kanker serviks hanya sekitar 9% dari populasi wanita yang berusia 30-49 tahun.

 

Tingginya angka kematian akibat kanker serviks memicu pemerintah untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap bahaya kanker serviks, yaitu melalui tindakan pencegahan dini. Pencegahan dini kanker serviks terbagi menjadi 2, yaitu pencegahan primer melalui vaksinasi HPV dan pencegahan sekunder berupa skrining menggunakan pap smear dan IVA (Inspeksi Visual dengan Asam Asetat).

 

Vaksinasi HPV dapat diberikan pada wanita yang  berusia 9 hingga 45 tahun. Terdapat 2 jenis vaksin HPV yang beredar di Indonesia saat ini, yaitu vaksin bivalen dan kuadrivalen. Vaksin bivalen dapat memberikan proteksi terhadap infeksi 2 jenis HPV, yaitu HPV 16 dan 18 sedangkan vaksin kuadrivalen memberikan perlindungan terhadap 4 jenis HPV, yakni HPV 16 dan 18 yang bersifat onkogenik serta HPV 6 dan 11 yang tidak dapat menyebabkan kanker serviks tetapi terkait dengan kondiloma akuminata atau kutil kelamin. Kedua jenis vaksin tersebut harus diberikan sebanyak 3 kali dengan interval waktu tertentu.

 

Interval waktu pemberian vaksin bivalen, yaitu pada bulan ke-0, 1, dan 6. Artinya dosis kedua diberikan 1 bulan setelah dosis pertama dan dosis ketiga diberikan 6 bulan setelah dosis pertama. Vaksin kuadrivalen dapat diberikan sebanyak 3 kali, dengan interval waktu pemberian pada bulan ke-0, 2, dan 6. Untuk anak-anak yang berusia di bawah 13 tahun dan belum pernah kontak seksual, vaksin diberikan sebanyak 2 kali dengan interval waktu pemberian antara dosis pertama dan kedua selama 6 bulan. Hasil penelitian menyebutkan bahwa dosis lanjutan (booster dose) tidak diperlukan jika penerima vaksin sudah menerima satu paket lengkap vaksin HPV.

 

Di luar negeri, sudah ada vaksin untuk 9 jenis HPV yang disebut juga dengan vaksin nanovalen. Meskipun vaksin tersebut dapat memberikan proteksi terhadap lebih banyak virus, pemberian vaksin bivalen saja dapat dikatakan sangat cukup karena memang penyebab utama kanker serviks adalah HPV tipe 16 dan 18. Vaksin bivalen dapat melindungi wanita terhadap 70% kemungkinan terkena kanker serviks.

 

Meskipun pencegahan primer berupa vaksinasi telah dilakukan, perlu deteksi dini kanker serviks pada wanita yang pernah melakukan kontak seksual. Adapun kontak seksual yang dimaksud tidak hanya sebatas hubungan kelamin, tetapi juga bisa menggunakan tangan atau alat yang memungkinkan mikroorganisme seperti HPV masuk melalui vagina dan mengenai serviks.

 

Umumnya, pasien yang datang dengan kecurigaan kanker serviks mengalami keputihan atau perdarahan saat kontak seksual. Keluhan tersebut menandakan sudah terbentuknya kanker serviks dan kemungkinan masih bisa disembuhkan melalui tindakan operasi. Dokter yang menemukan pasien dengan keluhan keputihan sebaiknya melakukan pemeriksaan inspekulo untuk mengidentifikasi serviks pasien dan bisa dirujuk ke dokter spesialis apabila ditemukan kecurigaan.

 

Untuk mencegah terjadinya kanker serviks, dokter dapat mengedukasi dan meyakinkan pasien untuk melakukan pencegahan berupa vaksinasi HPV serta skrining seperti pap smear, IVA, dan tes HPV, khususnya bagi wanita yang telah melakukan kontak seksual.

prof dr dwiana ocviyanti memberikan saran tentang kanker serviks

Prof. Dr. dr. Dwiana Ocviyanti, SpOG(K), MPH

Jabatan:

  • Guru Besar Obstetri dan Ginekologi FKUI
  • Staf KSM Obstetri dan Ginekologi RSCM
  • Wakil Dekan 1 FKUI
  • Wakil Ketua Kolegium Obstetri dan Ginekologi Indonesia

Email        :  dwiana.ocviyanti@ui.ac.id

Alamat    : Puri Sriwedari Cibubur, blok A no.9, Jalan terusan Alternatif Cibubur, Cimanggis, Depok 16454, Jawa Barat

Penulis: Dwi

Editor: Amanda

Share your thoughts