Covid-19 Mereda: Akankah Indonesia Menanggalkan Status Pandemi?
status pandemi status pandemi
Berbondong-bondong negara Eropa melepas restriksi pandemi, akankah Indonesia segera menyusul?
Awal tahun 2022 dikejutkan dengan berita pengangkatan restriksi pandemi di beberapa negara, seperti Swedia, Norwegia, dan Inggris. Padahal, pada saat itu Indonesia sedang berperang menghadapi peningkatan kasus Covid-19 varian Omicron di berbagai daerah. Kontrasnya kedua hal tersebut menimbulkan berbagai pertanyaan. Mengapa status pandemi di negara lain dapat diangkat, sedangkan Indonesia masih harus kembali mempererat protokol kesehatan dengan maraknya varian baru? Kapan Indonesia dapat menjalankan pelonggaran-pelonggaran serupa?
Pelonggaran Restriksi = Status Endemi?
Meskipun pembatasan-pembatasan pandemi sudah diangkat, kondisi Covid-19 di negara-negara Barat yang melakukannya ternyata belum memenuhi kriteria endemi. “Sebenarnya banyak negara Eropa itu juga tidak memenuhi kriteria endemi, tetapi mereka melakukan pelonggaran-pelonggaran. Ya kalaupun mereka mengatakan, ‘Oh kita sudah gak pandemi,’ tapi mereka juga tidak punya indikator-indikator,” ungkap Dr. dr. Erlina Burhan, SpP(K), MSc, staf Divisi Infeksi Departemen Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi FKUI. Pelepasan restriksi di negara-negara tersebut juga dilakukan untuk menunjang kebutuhan-kebutuhan negara, salah satunya adalah pelaksanaan pemilu.
Epidemiolog dari FKM UI, dr. Pandu Riono, MPH, Ph.D, sepakat bahwa pengangkatan restriksi pandemi tidak otomatis berarti pengubahan status pandemi menjadi endemi. “Setiap negara boleh saja menyatakan bahwa mereka melakukan pelonggaran. Tapi bukan berarti statusnya berubah menjadi endemi,” tegas Pandu.
Jika pelonggaran protokol kesehatan tidak identik dengan status endemi, lantas apa yang dimaksud dengan endemi? “Endemi itu adalah kondisi jika sebuah penyakit itu menjadi suatu penyakit biasa dan tidak menjadi masalah yang seperti yang kita alami sekarang. Contohnya adalah flu,” terang Erlina. Demi mencapai status endemi, diperlukan tingkat imunitas masyarakat yang tinggi sehingga cakupan vaksinasi menjadi hal yang penting untuk dipenuhi. Jika angka vaksinasi di setiap negara cukup tinggi dan sama, titik terang akhir pandemi dapat terlihat jelas.
Indonesia, Siap Menyambut Endemi?
Di berbagai daerah di Indonesia, cakupan vaksinasi telah menyentuh angka 90% untuk dosis pertama dan 70% untuk dosis kedua. “Saya kira ini dapat menjadi awal tanda dapat dilakukannya pelonggaran secara bertahap,” ucap Pandu dengan penuh harap. Indonesia juga tidak cepat berpuas diri dengan terus menggencarkan vaksinasi bahkan ada kemungkinan vaksinasi Covid-19 nantinya akan menjadi imunisasi rutin yang perlu dilakukan. Dengan menggenjot pogram vaksinasi, diharapkan pandemi akan terkendali dalam jangka panjang dan lama-lama menghilang.
Untuk meningkatkan animo masyarakat terhadap vaksinasi, pemerintah disarankan untuk memberlakukan insentif seperti mensyaratkan vaksinasi lengkap untuk memasuki berbagai fasilitas umum. Dengan begitu, masyarakat akan tergerak untuk memenuhi vaksinasi dosis satu, dua, hingga booster. “Pemberian reward dengan syarat memasuki tempat umum berupa pemenuhan vaksinasi sebagai akan disambut lebih baik oleh masyarakat daripada pemaksaan tanpa apresiasi,” saran Pandu.
Selain angka vaksinasi yang cukup tinggi, varian Covid-19 Omicron yang beredar juga menimbulkan gejala yang lebih ringan dan kematian yang lebih sedikit. Meskipun demikian, Erlina berpendapat bahwa hal tersebut tetap tidak dapat dianggap remeh. Ketidakpastian akan akhir dari pandemi masih menetap mengingat wacana pelepasan status pandemi sudah beredar sejak September 2021 lalu sebelum varian Omicron menyerang. “Sangat banyak ketidakpastian. Orang berkata ini akan masih mungkin lho, ada varian-varian selanjutnya. Kenapa? Karena kalau penularan tidak bisa kita hentikan, penularan dari orang ke orang itu kena. Artinya terus terjadi replikasi dari virus,” tegas Erlina.
Oleh karena itu, protokol kesehatan memang tetap perlu dilakukan untuk mencegah transmisi dan replikasi virus setelah dilakukan pelonggaran nantinya. Pencegahan ini dapat meminimalisasi munculnya varian-varian baru Covid-19 yang dapat memperpanjang atau memperburuk pandemi.
Saat ini, Indonesia sedang melakukan transisi untuk mengendalikan pandemi. “Penularannya harus rendah dan angka yang masuk rumah sakit dan yang meninggal juga menurun drastis,” Pandu menjelaskan indikator pandemi terkendali. Melihat jumlah kasus harian dan angka kematian, kemungkinan munculnya akhir pandemi di Indonesia terlihat menjadi lebih besar.
Pelan-pelan, tetapi Pasti
Tren kasus Covid-19 yang kian melandai di seluruh provinsi Indonesia memberikan secercah harapan akan berakhirnya situasi pandemi ini. Pemerintah sudah mengatakan bahwa mereka tengah menyiapkan transisi menuju endemi. Namun, melihat tingkat kepositifan (positivity rate) di Indonesia yang masih di atas 5% dan tingkat vaksinasi lengkap yang belum mencapai 70%, masih banyak hal yang menjadi “pekerjaan rumah” bagi pemerintah.
Pemerintah mengaku tidak tergesa-gesa dalam menyatakan periode transisi menuju endemi. Berbagai upaya terus dilakukan untuk mendorong proses terpenuhinya indikator-indikator endemi. Salah satunya adalah mengejar angka vaksinasi. “Kami memperkirakan target 70% untuk cakupan vaksinasi 2 dosis dapat tercapai pada akhir April 2022,” ucap Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 Kemenkes dr. Siti Nadia Tarmizi, M.Epid. pada Konferensi Pers: Perkembangan Covid-19 di Indonesia (15/3).
Selanjutnya, dengan tren pergerakan indikator-indikator endemi menuju lebih baik, pemerintah menurunkan level PPKM dan juga melonggarkan beberapa protokol kesehatan, terkhususnya untuk perjalanan baik dalam negeri maupun luar negeri. Salah satunya adalah tidak diperlukannya skrining untuk perjalanan dalam negeri. Pelonggaran tersebut dikhususkan bagi para warga yang sudah menerima vaksin setidaknya dua kali.
Namun, pelonggaran tersebut mendatangkan sikap skeptis oleh sebagian masyarakat. Pasalnya, hal tersebut memungkinkan masyarakat yang tidak bertanggung jawab untuk tetap bepergian walaupun terkonfirmasi positif ataupun seseorang yang tidak tahu dirinya terjangkit Covid-19 berkeliaran. Hal tersebut dapat menyebabkan penyebaran virus dan memperburuk angka kasus Covid-19.
Kendati demikian, Siti mengatakan bahwa pemeriksaan untuk diagnosis lebih berpengaruh terhadap pengukuran laju penularan dibandingkan dengan skrining. Selain untuk mempermudah mobilitas masyarakat, Pandu meyakini bahwa pelonggaran bersyarat tersebut dapat menjadi dorongan bagi masyarakat untuk divaksin sehingga target vaksinasi dapat segera terpenuhi.
Hingga saat ini, nampaknya manusia memang masih harus hidup berdampingan dengan Covid-19. Selagi pemerintah terus mengupayakan agar indikator endemi tercapai, masyarakat sebaiknya secara penuh mendukung proses transisi ini dengan menaati protokol kesehatan dan mengikuti vaksinasi. Tentunya, seluruh masyarakat Indonesia berharap agar pandemi ini segera usai. Tidak ada harapan yang lebih baik melainkan Indonesia yang sehat dan selamat.
Penulis: Alifa, Yuri
Editor: Ryan, Ansell, Amanda
status pandemi status pandemi