Covid-19

Definisi

Sebuah penyaakit yang disebabkan oleh coronavirus novel yang saat ini disebut dengan SARS-CoV-2 (sebelumnya 2019-nCoV) yang berawal pada epidemi di Wuhan, China. Pada akhir Januari, WHO menyatakan bahwa Covid-19 sudah menjadi pandemi global.1

Sinonim: Covid-19, coronavirus disease-19

Gejala Klinis

Gejala utama:

  • demam, batuk kering, sesak napas2

Gejala lain:

  • sakit tenggorokan
  • hidung tersumbat
  • batuk berdahak
  • mual dan muntah
  • sakit kepala
  • pusing
  • bersin
  • anosmia
  • Nyeri perut
  • kemerahan pada kulit
  • Konjungtivitis
  • Pada kondisi yang berat, dapat menyebabkan penurunan kesadaran dan delirium

Sama halnya dengan virus SARS lainnya, Covid-19 memiliki gejala klinis yang luas dan tidak spesifik. Berbagai gejala yang tidak selalu ditemukan—seperti diare (20%)—masih dalam penelusuran lebih lanjut.3,4

Etiologi & Patogenesis

SARS-CoV-2, penyebab Covid-19, merupakan sebuah virus yang permukaannya dilapisi oleh spikes glikoprotein yang berbentuk seperti mahkota (corona; crown). Virus ini membawa RNA 29.9 kb untai tunggal yang memiliki banyak nukleokapsid heliks sebagai materi genetiknya.4 Virus ini diketahui memiliki kesamaan sebanyak 88% dengan virus yang bat-SL-CoVZC45 dan bat-SL-CoVXC21 serta sebnayak 96,2% dengan virus CoV RaTG13 yang berasal dari kelelawar.3

Gambar 1. Ilustrasi virus SARS-CoV 2.A5

Metode transmisi utama dari virus ini adalah melalui kontak langsung (droplet atau kontak individu satu dengan yang lain) dan melalui kontak tidak langsung (benda terkontaminasi dan airborne). Penyebaran secara kontak langsung disebabkan melalui droplet dari sistem pernapasan seperti batuk, bersin, atau berbicara yang dapat bergerak sepanjang 2 meter dan dapat terahan di udara selama hampir 3 jam.3

Virus ini masuk ke dalam tubuh manusia utamanya melalui hidung, mulut, dan mata. Dengan fase prodromal sepanjang 2—14 hari, selama itu pula pasien tidak menunjukan gejala. Pada akhir fase tersebut, mulai muncul gejala batuk kering yang diikuti dengan kesulitan pernafas dan dapat berprogresi menjadi acute respiratory distress syndrome (ARDS).3

Pada inangnya, virus ini berikatan dengan protein reseptor Angiotensin-Converting Enzyme 2 (ACE2) untuk masuk kepalam sel, yang diketahui serupa dengan virus SARS-CoV. Inilah dasar yang menyebabkan terapi untuk penanganan Covid-19 menggunakan cara penanganan yang serupa seperti SARS-CoV dan MERS-CoV.3

Patofisiologi

Interaksi virus dengan reseptor ACE2 dapat menurunkan regulasi fungsi anti-inflasi dan meningkatkan efek angiotensin 2 pada pasien yang terinfeksi. Invasi dari virus pada sel paru, serta pada sel myosit dan endotel dari sistem vaskular menyeybabkan terjadinya proses inflamasi yang menyebabkan edema, degenerasi, dan perubahan nekrotik.6

Proses inflamasi yang memberat dapat menyebabkan cidera paru, ARDS, hipoksia, respon imun tubuh berlebih, kerusakan sel myokardial, serta perubahan sistem pencernaan dan kardiopulmoner (berlanjut menjadi kegagalan multi-organ).6

Diagnosis

Berikut merupakan standar untuk mendiagnosis pasien yang mengalami Covid-19.

  1. Pemeriksaan Laboratorium

Hasil pemeriksaan laboratorium pada pasien yang mengalami gejala klinis Covid-19 diantaranya adalah limfositopenia, trombositopenia, peningkatan enzim liver transminase, peningkatan proten C-reaktif dan rerata sedimentasi eritrosit, peningkatan serum laktat dehidrogenase, dan penurunan serum albumin.6

Selain itu, peningkatan serum troponin-T juga dapat ditemukan karena tak jarang diantaranya pasien Covid-19 memiliki komplikasi berupa cidera myokardial. Namun, perlu diperhatikan bahwa pemeriksaan laboratorium tersebut bukanlah standar diagnosis definitif dari Covid-19.6

  1. Polymerase Chain Reaction (viral testing)

Untuk mendeteksi keberadaan virus di dalam sistem pernapasan pasien, diperlukan pemeriksaan polymerase chain reaction (PCR) untuk mendeteksi adanya materi genetik dari SARS-CoV-2. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan melakukan swab nasal, nasofaringeal, orofaringeal, atau sputum. Selain itu, sampel dari bilasan saluran pernapasan juag dapat digunakan.6

Hasil positif menunjukan adanya keberadaan dari RNA virus tersebut, yang mana dapat mengindikasikan penegakan diagnosis dari Covid-19. Saat ini, PCR merupakan satu-satunya cara untuk menentukan diagnosis definitif dari penyakit ini.6

  1. Serologi

Pemeriksaan serologi untuk SARS-CoV-2 menggunakan anti body IgM dan IgG anti-SARS-CoV-2 pada serum, plasma, dan darah manusia.6  Teknik ini merupakan metode pendeteksi Covid-19 yang umum digunakan di Indonesia yang disebut sebagai rapid test.

  1. Rapid antigen testing

Metode ini mendeteksi menggunakan antibodi monoklonal terhadap protein nukleokapsid SARS-CoV-2 (N). Protein ini umumnya diekspresikan pada sel yang terinfeksi. Antibodi monoklonal dapat berikatan secara spesifik terhadap protein yang dituju dan dengan menggunakan enzyme-linked immunosorbent assay, metode inid apat mendeteksi adnaya virus tersebut. Test ini memiliki tingkat sensititivitas sebesar 84,1% dan spesifisitas sebesar 98,5%.6

  1. Pencitraan

Pasien Covid-19 memiliki citraan CT-scan yang khas, yakni adanya bilateral multilobar pada ketiga segmen paru dengan tampak ground-glass opacification (GGO) pada persebaran periffer atau posterior. Pada individu lansia, opak akan terlihat lebih terkonsolidasi.7

Gambar 2. CT scan dari ground-glass opacity.1

Temuan lain yang jarang ditemukan adalah adanya penebalan septal, bronkiektasis, penebalan plerua, dan perlibatan subpleura.7

Tata Laksana

Sampai saat ini, belum ditemukan pengobatan spesifik dan vaksin untuk menangani Covid-19, maka dari itu terapi suportif perlu dimaksimalkan dalam menangani pasien ini.

Non Farmakologi

  1. Koreksi konsentrasi oksigen

Akibat kerusakan jaringan epitel paru dan adanya ARDS, pasien umumnya akn mengalami penurunan konsentrasi oksigen dalam darah. Apabila konsentrasi SpO2 < 93-94% (apabila COPD <88-90%) atau frekuensi napas > 28-30 kali per menit atau dispnea, berikan oksigen 40% dengan venturi mask. Lakukan asesmen setelah 5 sampai 10 kemudian hingga 6 jam berikutnya.7

Berikan high-flow nasal oxygen apabila sulit untuk menjaga konsentrasi oksigen lebih dari 92% dan tidak menunjukan perbaikan. Berikan dalam setting 30-40 L/min dan FiO2 50-60%. HFNO dikontraindikasikan pada pasien hiperkapnea.7

Farmakologi

  1. Kortikosteroid

Walaupun pemberikan kortikosteroid tidak direkomendasi untuk penanganan viral pneumonia atau ARDS, metilprenisolon 1 mg/kg/hari digunakan pada pasien dengan kasus berat. Pasien Covid-19 dapat diberikan deksametason sebanyak 6 mg/hari untuk 10 hari.7

  1. Agen antiviral

Pasien Covid-19 umumnya diberikan lopinavir/ritonavir (400/100 mg secara oral setiap 12 jam). Walaupun begitu, penelitian mengatakan bahwa tidak ditemukan keuntungan dari pemberian obat tersebut. Contoh obat lain yang umum digunakan adalah remdesivir dan favipiravir.7

  1. Seroterapi

Pemberian antibodi dari darah individu yang sudah pulih dari Covid-19 dapat menjadi pilihan terapi menurut beberapa studi. Untuk melawan virus dari seorang pasien, diperkirakan dibutuhkan sekiatr 3 individu yang memiliki antibodi terhadap Covid-19.7

Untuk terbebas dari bahaya Covid-19, berikut adalah cara-cara untuk terhindar dari penyakit tersebut menurut WHO:7

  • Hindari berkontak dekat dengan seseorang yang diketahui memiliki gejala Covid-19
  • Cuci tangan secara rutin, terutama setelah berkontak dengan orang lain atau lingkungan luar
  • Hindari melakukan kontak tidak terproteksi dengan hewan liar
  • Jaga jarak dengan individud engan gejala infeksi pernapasan, tutup mulut dan hidung ketika bersin dengan tisu atau baju.
  • Hindari tempat publik bagi individu yang memiliki imun terkompromisasi

Komplikasi

Komplikasi dari Covid-19 terjadi pada sistem peredaran darah dan pernapasan. Proses peradangan yang memberat dapat menyebabkan gawat napas (Acute Respiratory Distress Syndrome) yang menjadi penyebab utama kematian pada pasien dengan Covid-19

Komplikasi lain yang dapat terjadi berupa infeksi bakteri yang mengikuti, infeksi yang memberat diikuti sepsis yang menyebabkan gagal jantung, hingga penurunan perfusi darah ke otak yang menyebabkan kematian.

Gambar 3. Komplikasi klinis dari Covid-19.9

Referensi

  1. Cennimo DJ. Coronavirus Disease 2019 [internet]. New York: MedScape; [updated: 2020 Nov 10; cited: 2020 Nov 16]. Available from: https://emedicine.medscape.com/article/2500114-overview#a1
  2. Hui DS, I Azhar E, Madani TA, Ntoumi F, Kock R, Dar O, et al. The continuing 2019-nCoV epidemic threat of novel coronaviruses to global health—The latest 2019 novel coronavirus outbreak in Wuhan, China. International Journal of Infectious Diseases. 2020;91:264-6.
  3. Lotfi M, Hamblin MR, Rezaei N. COVID-19: Transmission, prevention, and potential therapeutic opportunities. Clin Chim Acta. 2020 Sep; 508: 254–266. doi: 10.1016/j.cca.2020.05.044
  4. Hodgens A, Gupta V. Severe Acute Respiratory Syndrome [internet]. StatPearls [internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2020 Jan.Hodgens A, Gupta V. Severe Acute Respiratory Syndrome [internet]. StatPearls [internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2020 Jan.
  5. Esakandari H, Nabi-Afjadi M, Fakkari-Afjadi J, Farahmandian N, Miresmaeili SY, Bahreini E. A comperehnsive review of COVID-19 characteristics. Biol Proced Online. 2020; 22: 19. doi: 10.1186/s12575-020-00128-2
  6. Azer SA. COVID-19: pathophysiology, diagnosis, complications and investigational therapeutics. New Microbes New Infect. 2020 Sep; 37: 100738. doi: 10.1016/j.nmni.2020.100738.
  7. Das KS. The Pathophysiology, Diagnosis, and Treatment of Corona Virus Disease 2019 (COVID-19). Indian J Clin Biochem. 2020 Oct; 35(4): 385–396. doi: 10.1007/s12291-020-00919-0
  8. Gautret P, Lagier JC, Parola P, Hoang VT, Meddeb L, Mailhe M, Doudier B, Courjon J, Giordanengo V, Vieira VE, Tissot Dupont H, Honoré S, Colson P, Chabrière E, La Scola B, Rolain JM, Brouqui P, Raoult D. Hydroxychloroquine and azithromycin as a treatment of COVID-19: results of an open-label non-randomized clinical trial. Int J Antimicrob Agents. 2020 Jul;56(1):105949.
  9. Kordzadeh-Kermani E, Khalili H, Karimzadeh I. Pathogenesis, clinical manifestations, and complications of coronavirus disease 2019 (COVID-19). Future Microbiol. 2020 Aug : 10.2217/fmb-2020-0110. doi: 10.2217/fmb-2020-0110

Share your thoughts