Darah Ditemukan pada Urine: Berbahayakah?

Darah pada urin

Urinalisis merupakan salah satu pemeriksaan penunjang yang esensial untuk menegakkan diagnosis. Pada keadaan patologis, dapat ditemukan darah, leukosit, dan silinder dalam urin. Keadaan tersebut menggambarkan adanya gangguan pada parenkim ginjal. Keadaan ditemukannya eritrosit dalam urin disebut dengan hematuria.

Terdapat dua jenis hematuria, yaitu hematuria mikroskopik dan hematuria makroskopik. Hematuria makroskopik terjadi bila terdapat minimal 1 ml darah per liter urin sehingga dapat terlihat secara kasat mata. Hematuria mikroskopik dapat ditemukan pada pemeriksaan mikroskopik urin dengan syarat minimal 3 eritrosit per lapang pandang besar pada tiga spesimen urin yang disentrifugasi.

Hematuria disebabkan karena adanya gangguan integritas dari pembuluh darah sehingga memungkinkan eritrosit untuk keluar dari pembuluh darah. Gangguan tersebut dapat terjadi pada nefron ataupun saluran kemih. Eritrosit yang keluar ke tubulus dapat berikatan dengan protein Tamm-Horsfall membentuk silinder eritrosit. Jika ditemukan silinder eritrosit dalam urin, maka dipastikan bahwa pasien mengalami penyakit ginjal kronik.

Hematuria dapat bersifat transien atau persisten. Untuk menelusuri hal tersebut diperlukan pemeriksaan urin beberapa hari. Berdasarkan lokasi kelainan yang menyebabkan hematuria, hematuria dibedakan menjadi hematuria glomerular dan hematuria ekstraglomerular. Penampakan eritrosit pada pemeriksaan mikroskopik akan terlihat berbeda pada kedua kasus tersebut. Dengan demikian, jenis hematuria dapat memberi petujuk perkiraan tempat terjadinya lesi.

Apabila dalam pemeriksaan mikroskopik urin eritrosit terlihat dismorfik, maka dapat dipastikan bahwa eritrosit yang keluar ke tubulus berasal dari nefron. Artinya lesi terjadi pada glomerulus atau tubulointerstisial. Apabila terdapat juga proteinuria, maka lesi terjadi pada glomerulus. Eritrosit yang keluar dari nefron ginjal menjadi dismorfik karena perjalanan dari tempat terjadinya lesi hingga menuju vesica urinaria ataupun urethra begitu panjang sehingga eritrosit rusak.

Apabila dalam pemeriksaan makroskopik urin ditemukan banyak eritrosit yang isomorfik, maka kemungkinan keluarnya eritrosit berasal dari saluran kemih bawah. Hal ini disebabkan karena perjalanan eritrosit dari tempat terjadinya lesi hingga keluar bersama urin lebih dekat sehingga morfologi eritrosit normal masih dapat dipertahankan. Dengan demikian, sampel dengan profil hematuria seperti ini digolongkan sebagai hematuria ekstraglomerular. Lesi dapat disebabkan karena trauma ataupun infeksi/inflamasi.

Berbagai hal yang dapat memiliki manifestasi berupa hematuria diantaranya adalah kelainan vaskular, kelainan glomerular (glomerulonefritis), gangguan pada interstisial dan uroepitelium, serta penyebab lainnya seperti hiperkalsiuria, hiperurikosuria, dan sickle cell anemia.

Penyakit vaskular yang menyebabkan hematuria diantaranya adalah gangguan koagulasi, kelebihan obat antikoagulan, trombosis atau emboliarterial, malformasi atau fistulas arteri-vena, serta nutcracker syndrome. Gangguan pada interstisial yang dapat menyebabkan hematuria adalah interstisial nefritis alergi, nefropati analgesik, penyakit ginjal polikistik, pielonefritis akut, tuberkulosis ginjal, dan rejeksi ginjal alograf. Gangguan pada uroepitelium penyebab hematuria adalah keganasan ginjal dan saluran kemih, latihan yang berlebihan, trauma, nekrosis papillaris, infeksi saluran kemih, schistosomiasis, serta nefrolitiasis.

Jadi, ditemukannya darah pada urin dapat menggambarkan adanya perlukaan pada saluran kemih dan ginjal. Akan tetapi, pada keadaan setelah olahraga berat dapat juga ditemukannya sel darah merah pada urin. Selain itu, urin yang berwarna merah tidak selalu merupakan darah. Oleh karena itu, pemeriksaan mikroskopik tetap harus dilakukan untuk mengonfirmasi hematuria. Semoga artikel ini dapat memberi manfaat.

Referensi:

  1. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S, Sukandar E, et al. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid 1. 6th ed. Jakarta: Pusat Penerbitan Penyakit Dalam FKUI/RSCM; 2014. p.519-20.
  2. McPherson RA, Pincus MR. Henry’s Clinical Diagnosis and Management by Laboratory Methods. 23th ed. Philadelphia: Elsevier Saunders; 2016. p.453-4.

Share your thoughts