Gejala Rheumatoid Arthritis
Rheumatoid Arthritis (RA) adalah penyakit autoimun yang terutama menyerang sendi-sendi kecil. Antigen dan penyebab pasti yang memulai patogenesis RA belum diketahui dengan pasti namun faktor gen diperkirakan menjadi salah satu penyebab RA. Selain faktor genetik, protein tersitrulinisasi dan kolagen diperkirakan menjadi antigen penyebab RA. Patogenesis utama RA sebenarnya adalah inflamasi dengan melibatkan berbagai sitokin sehingga menghasilkan beberapa patofisiologi khas RA.
Mekanisme Terjadinya Rheumatoid Arthritis
Sama seperti penyakit autoimun lain, RA dimulai dari presentasi antigen oleh antigen presenting cells (APC). Jenis APC yang berperan utama di sini adalah sel dendritik, makrofag, dan sel B matur. APC tersebut mempresentasikan antigen ke sel T sehingga sel T akan berdiferensiasi menjadi sel Th1 dan Th17.
Th1 bisa mengaktifkan makrofag secara langsung dengan mensekresikan IFN-γ atau melalui kostimulasi dengan sel B. Setelah kostimulasi, sel B akan berdiferensiasi menjadi sel plasma kemudian mensekresikan antibodi dan membentuk kompleks imun dengan antigen. Kompleks imun inilah yang akan ditangkap oleh makrofag sebagai sinyal aktivasinya. Sejalan dengan Th1, sel Th17 juga membantu rekrutmen leukosit, terutama makrofag dan neutrofil, untuk membantu proses inflamasi. Dari makrofag inilah kemudian muncul sitokin-sitokin proinflamasi seperti TNF-α, IL-1, dan IL-6 yang berperan sangat penting dalam patogenesis RA.
Di antara ketiga sitokin proinflamasi di atas, IL-6 merupakan sitokin banyak menarik perhatian karena ia dapat memicu sel target yang bahkan jauh dari tempat sekresinya. Sinoviosit dan sel endotel yang berperan pada patogenesis RA pada dasarnya tidak dapat terpicu oleh IL-6 karena mereka mengekspresikan glikoprotein 130 (gp130) dan tidak mengekspresikan IL-6R. Sel dengan ekspresi gp130 biasanya tidak responsif terhadap IL-6. Akan tetapi rupanya terjadi trans-signaling pada RA sehingga jenis interleukin yang dominan adalah sIL-6R. Proses trans-signaling itulah yang membuat sinoviosit dan sel endotel menjadi responsif dan berperan penting dalam proses inflamasi RA.
Gejala Rheumatoid Arthritis: Pannus
Pannus sebenarnya berasal dari membran sinovial yang telah mengalami inflamasi. Pannus berisi vili sinovial yang hipertrofi dan digantikan oleh jaringan ikat. Bila dilihat secara mikroskopik, ada berbagai jenis sel dalam pannus seperti makrofag, sel plasma, sel sinoviosit, dan sel T CD4+. Seperti cerita patogenesis di atas, sel-sel tersebut menghasilkan TNF-α, IL-1, dan IL-6. Sitokin-sitokin itu ternyata berperan dalam pembentukan pannus. Mereka memicu sinoviosit dan kondrosit untuk menghasilkan matrix metalloproteinase (MMP) yang akan merusak protein penyusun jaringan di sendi sehingga sel-sel proinflamasi akan bisa menginvasi bagian lebih dalam sendi. Selain itu, mereka juga meningkatkan produksi VEGF untuk memicu angiogenesis dan vaskulogenesis guna menunjang hipertrofi sel dalam pannus. Semakin besar pannus ini maka akan memicu erosi tulang yang lebih besar pula.
Perbandingan sendi normal (kiri) dan sendi dengan RA (kanan)Sendi yang terlibat pada RA sebagian besar merupakan sendi-sendi kecil, misalnya yang paling banyak ditemukan adalah pada sendi metakarpofalangeal, metatarsofalangeal, dan interfalanges proksimal. Makin besar pannus maka tonjolan pada sendi-sendi tersebut makin terlihat nyata dan akan terjadi deviasi ulnar (jari dan pergelangan tangan bengkok ke arah ulna).
Gejala Rheumatoid Arthritis: Osteoporosis
TNF-α, IL-1, dan IL-6 ternyata tidak hanya berperan dalam inflamasi. Sitokin-sitokin tersebut bersama dengan IL-17 meningkatkan ekspresi RANKL yang merupakan ligan dari RANK. Interaksi antara RANK dan RANKL akan memicu aktivasi osteoklas sehingga menyebabkan penurunan massa tulang. Selain dari proses inflamasi, osteoporosis diperparah dengan stress oksidatif akibat metabolisme berlebihan pada sinioviosit dan inflamasi kronis. Keberadaan stress oksidatif ini didukung dengan penelitian yang menunjukkan kenaikan kadar MDA pada pasien RA dibandingkan orang normal. Oleh karena itu, ditambah dengan erosi tulang oleh pannus di atas, bukan merupakan hal yang mengherankan lagi jika RA sering disertai dengan osteoporosis.
Gejala Rheumatoid Arthritis: Depresi dan Kelelahan
Depresi dan kelelahan adalah salah satu gejala sistemik penderita RA. Hal tersebut ternyata masih berkaitan dengan keberadaan TNF-α, IL-1, dan IL-6. Ketiga sitokin itu menyebabkan disregulasi hypothalamic-pituitary-adrenal axis (HPA axis) sehingga muncullah gejala depresi dan kelelahan.
Penelitian lebih lanjut untuk mengetahui patogenesis RA secara lengkap memang masih diperlukan. Setelah mempelajari patogenesis RA, kita akan makin memahami mekanisme terjadinya gejala RA dan dapat mencari celah intervensi pengobatan untuk RA.