Demam: Petunjuk Klinis untuk Orang Awam

Tentu Anda pernah mengalami demam walau mungkin ringan. Gejala ini merupakan salah satu penyebab utama pasien datang ke dokter. Sudahkah Anda mengenalinya?

Apa itu demam?
Demam adalah kenaikan suhu tubuh di atas batas normal. Temperatur tubuh yang normal berkisar antara ≤ 37,2° pada pagi hari dan ≤ 37,7°C pada malam hari. Fluktuasi suhu tersebut diakibatkan perbedaan aktivitas metabolisme tubuh pada siang dan malam hari sehingga suhu tubuh di malam hari cenderung lebih tinggi.

Demam dapat pula terjadi pada anak-anak. Namun, definisi demam pada anak bisa berbeda tergantung lokasi pengukuran yang Anda gunakan. Ada tiga lokasi yang efektif untuk mengukur suhu tubuh anak, yaitu di bawah lidah/di liang telinga, di ketiak, dan di rektum/anus. Di antara ketiga tempat tersebut, lokasi yang paling menggambarkan suhu inti tubuh adalah rektum/anus, disusul dengan bawah lidah/dalam liang telinga, dan ketiak. Seorang anak dapat dikatakan demam bila suhu tubuh di rektum menunjukkan angka ≥ 38°C, di mulut/telinga ≥ 37,8°C, dan di ketiak ≥ 37,2°C.

Demam sesungguhnya adalah peningkatan temperatur untuk mencapai batas (set point) yang ditentukan oleh hipotalamus, struktur di otak yang berfungsi mengatur suhu tubuh. Berbagai kondisi dapat memicu reaksi ini, misalnya adanya infeksi ataupun reaksi imunitas secara umum. Agar enzim-enzim dalam tubuh dapat bekerja optimal memerangi infeksi yang ada, suhu tubuh perlu dinaikkan dari kondisi normal. Namun, peningkatan yang terlalu tinggi juga tidak diharapkan karena dapat menyebabkan kerusakan dari sel-sel otak.

Penyebab
Peningkatan set point hipotalamus dapat disebabkan oleh banyak hal. Pertama, demam dapat disebabkan oleh infeksi, baik bakteri, virus, maupun jamur. Ketika terjadi infeksi, agen asing (bakteri, virus, atau jamur) akan dikenali oleh sistem imunitas tubuh Anda. Akibatnya, terjadi ‘perang’ antara agen asing dengan pasukan pertahanan tubuh kita. Selama perang tersebut berlangsung, sel imunitas tubuh Anda akan mengeluarkan zat-zat kimia aktif untuk memerangi agen asing tersebut. Zat-zat ini pula yang akan dipindai oleh sel-sel hipotalamus sebagai tanda bahaya dan menyebabkan peningkatan set point pada organ tersebut.

Penyebab lainnya adalah proses penyembuhan luka atau dikenal pula dengan inflamasi. Proses ini terjadi ketika seseorang mengalami luka dan penyembuhannya, memerangi sel tumor, atau kondisi autoimunitas (sel tubuh normal diserang oleh sel-sel pertahanan tubuh).

Pola demam juga dapat membantu menentukan penyebab terjadinya demam. Demam yang mendadak tinggi umumnya disebabkan oleh infeksi virus, sementara demam yang meningkat perlahan dalam waktu yang lebih lama dapat disebabkan oleh bakteri. Demam yang naik turun dengan riwayat berpergian ke daerah endemis sering ditemukan pada pasien dengan malaria, sementara demam berulang dapat ditemukan pada penyakit autoimun. Demam yang juga cukup sering ditemui adalah demam yang tidak terlalu tinggi namun tidak normal dalam waktu yang panjang (lebih dari dua minggu), sering dikenal dengan istilah sumeng di masyarakat, atau subfebris dalam dunia kedokteran. Demam seperti ini dapat Anda temukan pada kondisi akan sakit, penyakit Tuberkulosis, ataupun pada pasien dengan keganasan (kanker).

Gejala Penyerta
1. Menggigil
2. Batuk
3. Pilek
4. Tanda-tanda infeksi yang jelas, misalnya ada nanah dengan luka terbuka atau bekas gigitan ular
5. Perubahan pada kulit, misalnya timbul lenting pada kulit, bintik-bintik merah yang tidak hilang pada penekanan, maupun ruam-ruam lain
6. Demam berulang dan naik turun
7. Penurunan berat badan
8. Leher kaku, sakit di bagian belakang leher, dan sakit kepala berat

Kapan harus ke dokter?
Demam tentu tidak boleh Anda anggap ringan. Bila Anda menemui gejala-gejala berikut, segeralah datang ke dokter Anda.
1. Suhu >40°C pada dewasa, atau >39°C pada anak
2. Disertai dengan kejang, pada anak maupun dewasa
3. Penurunan kesadaran atau tidak berespons terhadap panggilan
4. Sesak napas
5. Jantung berdebar
6. Terdapat riwayat pergi ke daerah endemis malaria dalam beberapa minggu/bulan terakhir
7. Tinggal di lingkungan padat dan ada keluarga/tetangga dengan riwayat keluhan serupa
8. Baru saja menjalani kemoterapi untuk kanker yang dialami pasien
9. Sulit makan maupun minum, disertai mual dan muntah sehingga semakin lemas
10. Pada anak: disertai dengan gejala menangis yang tidak berhenti, demam terus menerus selama lebih dari dua hari, tidak mau makan dan minum, tampak lesu dan tidak berespons dan sulit dibangunkan, tampak biru terutama di daerah bibir, lidah, dan kuku, mengalami nyeri berkemih, terdapat riwayat imunisasi dalam waktu dekat, memiliki riwayat kejang berulang (epilepsi).

Bila Anda menemui salah satu atau lebih gejala-gejala di atas, segera bawa pasien ke dokter/rumah sakit terdekat untuk diberikan penanganan yang sesuai.

Pertolongan yang Dapat Anda Lakukan
Bila Anda mendapati keluarga, kerabat, maupun teman Anda mengalami demam, ada beberapa hal mudah yang dapat Anda lakukan bagi orang tersebut
1. Ukur secara berkala suhu tubuh pasien dengan menggunakan termometer raksa maupun digital. Jangan gunakan tangan Anda karena hasilnya tidak akurat. Pengukuran ini dapat membantu Anda mengetahui pola demam dan apakah pasien perlu dibawa ke dokter/rumah sakit.
2. Berikan obat penurun suhu tubuh, dapat berupa parasetamol, ibuprofen, ataupun asetosal. Gunakan sesuai dosis yang dianjurkan pada kemasan obat yang Anda gunakan. Bila demam tidak membaik dalam tiga hari, cobalah untuk berkonsultasi dengan dokter.
3. Kompres hangat untuk membantu menurunkan suhu tubuh. Bila Anda menggunakan air dingin, tubuh akan mengenali bahwa suhu tubuh masih kurang tinggi sehingga set point hipotalamus akan kembali dinaikkan. Namun, bila Anda menggunakan air hangat, tubuh akan menanggap bahwa suhu tidak perlu lagi dinaikkan, malah perlahan menurun. Selain itu, air hangat akan membantu pelebaran pembuluh darah sehingga panas dapat dilepaskan. Lakukan pengompresan pada bagian-bagian luas atau berpembuluh darah besar seperti dahi, leher, dada, ketiak, dan seluruh tubuh pada anak.
4. Gunakan pakaian yang tipis dan longgar untuk mencegah penumpukan panas di dalam baju Anda. Hindari juga menggunakan selimut berlebih agar panas tidak tertahan di dalam tubuh Anda.
5. Minum banyak air untuk membantu menurunkan suhu tubuh dan mencegah terjadinya dehidrasi pada tubuh Anda.

Frequently Asked Questions
1. Dapatkah demam tinggi menyebabkan kerusakan otak?
Demam sangat jarang menyebabkan kerusakan otak. Demam yang dihasilkan tubuh sebagai mekanisme pertahanan biasanya tidak bersifat merusak jaringan tubuh. Namun, pada kasus tertentu memang dapat menyebabkan kerusakan otak, yaitu ketika demam yang terjadi mencapai suhu ≥42°C, baik pada bayi, anak, maupun dewasa.
2. Apakah demam itu penyakit?
Demam bukanlah penyakit. Demam merupakan mekanisme kompensasi tubuh terhadap berbagai kondisi yang terjadi pada tubuh, misalnya infeksi atau proses radang hebat di tubuh. Hal ini adalah tanda/gejala bahwa terjadi sesuatu yang tidak sesuai dengan kondisi normal di tubuh Anda, biasanya disebabkan oleh penyakit lain.
3. Saya merasa demam tidak tinggi selama sekitar tiga minggu terakhir ini, tetapi saya sudah periksa kesehatan namun tidak diketahui apa penyebabnya. Sebenarnya apa yang terjadi pada Saya?
Anda mungkin mengalami yang dikenal dengan istilah Fever of Unknown Origin (FUO). Tipe ini biasanya berlangsung selama sekitar tiga minggu, tidak terlalu tinggi namun dapat mencapai >38,3°C, dan tidak ditemukan penyebab langsung yang mengakibatkan timbulnya demam tersebut. Di antara penyebab-penyebab FUO ini, 30 – 40% merupakan infeksi, 20 – 30% kanker, 10 – 20% merupakan penyakit kolagen vaskular, dan sisanya adalah berbagai penyakit lain yang tidak masuk dalam tiga golongan tersebut. FUO dapat bersifat jinak, atau tidak berbahaya, namun dapat pula merupakan tanda bahaya suatu penyakit, terutama bila disertai dengan penurunan berat badan yang drastis dan adanya penyakit kronis yang menyertai. Bila Anda mengalami demam tipe ini, segeralah berkunjung ke dokter terdekat untuk melakukan konsultasi tentang kondisi Anda.

Share your thoughts