Dermatitis Atopik

Definisi & Informasi Umum

Dermatitis atopik (DA) merupakan peradangan kulit yang bersifat kronis berulang, disertai rasa gatal, timbul pada bagian tubuh tertentu, dan berhubungan dengan penyakit alergi lainnya (rinitis alergi dan asma bronkial). Predileksi (tempat utama kemunculan) DA adalah wajah (pada bayi) dan bagian fleksural ekstremitas (pada anak).1,2

DA merupakan penyakit peradangan kronik pada kulit yang paling umum dijumpai, terutama pada bayi dan anak. Sebanyak 45% dari kasus DA terjadi pada 6 bulan pertama kehidupan.1 DA dijumpai pada 10—30% dari anak kecil dan 2—10% dari orang dewasa pada negara maju. Prevalensi ini pun telah meningkat 2—3 kali lipat dalam dekade terakhir. Diketahui bahwa DA memiliki insidensi yang lebih tinggi pada daerah dataran tinggi, hal yang mungkin terkait dengan paparan pada matahari yang lebih sedikit dan tingkat kelembapan yang lebih rendah.3

Di Indonesia sendiri, belum ada data nasional mengenai prevalensi dermatitis atopik.

Sinonim: prurigo Besnier, eczema

Tanda dan Gejala

Manifestasi DA dan tempat predileksinya berbeda pada bayi, anak, dan dewasa. Dibandingkan dengan dermatitis lainnya, DA terasa lebih gatal. Rasa gatal dan garukan yang terus menerus akan mengakibatkan kerusakan sawar kulit sehingga memudahkan masuknya alergen dan iritan. Hal inilah yang menyebabkan DA bersifat kronik-berulang. Berikut fase-fase DA:2

  • DA fase infantil/bayi (2 bulan—2 tahun):
    • Gambaran klinis pada fase ini menyerupai dermatitis akut lainnya (Dermatitis Alergi, Iritan, Numular), yakni kulit kemerahan basah disertai erosi dan ekskoriasi
    • Predileksi: wajah (utama) dan kedua pipi, tersebar simetris. Dapat meluas hingga ke daerah kulit kepala, telinga, leher, pergelangan tangan, dahi, dan tungkai
    • Dengan bertambahnya usia, lesi kulit umumnya ditemukan pada bagian ekstensor karena anak mulai belajar merangkak dan berjalan
  • DA fase anak (2—10 tahun):
    • Lesi cenderung menjadi kronis dengan gambaran hiperpigmentasi, hiperkeratosis, ekskoriasi, erosi, krusta, dan skuama.
    • Predileksi: fossa kubiti (lipat siku) dan poplitea (lipat paha), fleksor pergelangan tangan, kelopak mata dan leher. Tersebar secara simetris.
  • DA fase remaja (>13 tahun)
    • Manifestasi bersifat kronis, berupa plak hiperkeratosis, hiperpigmentasi, likenifikasi, ekskoriasi, dan skuamasi
    • Predileksi: mirip dengan fase anak, namun dapat meluas mengenai kedua pergelangan tangan, telapak tangan, jari-jari, bibir, puting susu, dan leher bagian anterior
    • Fase ini berlangsung berulang dalam jangka waktu lama hingga usia 30 tahun keatas

Predileksi Dermatitis Atopik

Gambar 1. Distribusi dermatitis atopik pada fase infantil (kiri), anak-anak (tengah), dan dewasa (kanan). Perhatikan bahwa lesi yang awalnya ditemukan pada wajah mulai lebih banyak ditemukan di bagian lipatan dan leher.4

DA pada Infantil

Gambar 2. Dermatitis atopik pada fase infantil. Perhatikan kulit pada pipi yang berwarna kemerahan, mirip dengan gambaran Dermatitis Kontak Alergi dan Dermatitis Kontak Iritan.4

DA pada anak

Gambar 3. Dermatitis atopik pada fase anak dengan gambaran plak eksematosa generalisata dengan pruritus berat.4

DA pada dewasa

Gambar 4. Dermatitis atopik pada fase dewasa dengan gambaran likenifikasi (penebalan kulit) dan hiperpigmentasi (kulit menjadi gelap) akibat peradangan berulang.4

Etiologi dan Patogenesis

Dermatitis atopik memiliki penyebab yang kompleks dan multifaktorial, meliputi faktor lingkungan dan genetik yang berujung pada kelainan sistem imun dan epidermis.2,3

  • Faktor genetik: beberapa kaitan genetik dengan DA adalah:
    • Apabila seseorang mengalami gejala atopik, terdapat >50% kemungkinan bahwa anaknya akan mengalami gejala atopik
    • Apabila kedua orang tua mengalami gejala atopik, terdapat ~80% kemungkinan bahwa anaknya akan mengalami gejala atopik
    • Mutasi pada gen pengekspresi protein filaggrin (Filament aggregating protein) dijumpai pada hampir 30% kasus DA. Protein ini merupakan protein epidermis yang merupakan prekursor dari faktor kelembapan alami kulit.
  • Faktor lingkungan:
    • Hipersensitivitas terhadap makanan dapat menyebabkan atau memperburuk DA pada 10–30% pasien DA.
    • 90% dari reaksi tersebut disebabkan oleh makanan, kacang-kacangan, kedelai, gandum, dan susu
    • Riset belakangan ini mengindikasikan adanya hubungan antaranya merokok dan DA dengan awitan dewasa.

Patofisiologi

Pasien DA memiliki sawar kulit yang lemah, sehingga rentan mengalami kulit kering dan mudahnya zat iritan lingkungan maupun alergen dapat masuk ke dalam kulit. Sawar kulit ini berfungsi untuk menjaga air tidak menguap (agar kulit tetap lembab) dan melindungi zat iritan/alergen untuk masuk ke kulit. Hal ini akan menyebabkan inflamasi melalui respons imun. 3 

Diagnosis

Diagnosis DA dapat ditegakkan secara klinis. Dalam praktik sehari-hari, kriteria William digunakan untuk menetapkan diagnosis DA karena sederhana, praktis, dan cepat. Kriteria ini mencakup:2

  • Harus ada: kulit yang gatal (ataupun tanda garukan pada pasien anak kecil)
  • Disertai >=3  dari tanda berikut:
    • Riwayat kulit kering sepanjang akhir tahun
    • Dermatitis fleksural (dahi, pipi, dan paha bagian lateral pada anak <4 tahun)
    • Riwayat asma atau hay fever pada anak (riwayat atopi pada anak <4 tahun pada generasi-1 dalam keluarga
    • Riwayat perubahan kulit/kering di fossa poplitea, fossa cubiti, bagian anterior dorsum pedis, ataupun seputar leher (termasuk kedua pipi pada anak usia <10 tahun)
    • Awitan di bawah usia 2 tahun (tidak dinyatakan pada anak <4 tahun)

Tata Laksana

Tata laksana DA perlu mempertimbangkan berbagai macam hal dikarenakan masalah pada DA sangatlah kompleks. Kongres Konsensus lntemasional Dermatitis Atopik ke II (International Consensus Conference on Atopic Dermatitis II /ICCAD II) di New Orleans, 2002, telah menyepakati pedoman terbaru terapi DA, dengan memperhatikan:2

  1. Efektivitas terapi sistemik yang aman (berupa obat minum), bertujuan untuk mengurangi reaksi alergi dan inflamasi serta rasa gatal. Sebagai terapi sistemik, dapat diberikan:
    • antihistamin: generasi sedatif/nonsedatif diberikan sesuai kebutuhan. Contoh obat yang diberikan berupa Cetirizine atau Loratadine.
    • kortikosteroid: umumnya tidak diberikan secara sistemik kecuali untuk kasus berat
  2. Jenis terapi topikal, berupa:
    • pelembap (untuk mengatasi gangguan sawar kulit – berupa vaselin)
    • kortikosteroid (tergantung derajat keparahan, berupa krim/salap mometason, hidrokortison, betametason)
  3. Kualitas tumbuh kembang dan kehidupan anak. Apabila rasa gatal mengganggu performa anak dalam bermain dan belajar, maka kekuatan obat perlu diubah.

Secara umum, tatalaksana dapat diberikan berdasarkan algoritma di bawah ini.

Tabel 1. Algoritma penatalaksaan dermatitis atopik menurut ACCAD II.2

Komplikasi & prognosis

Secara umum, DA memiliki prognosis ad vitam & functionam yang baik, karena tidak mengancam nyawa secara langsung, dan fungsi kulit dapat kembali seperti semula setelah pengobatan. Namun, DA memiliki quo ad sanationam yang dubia ad malam karena merupakan kelainan kulit yang bersifat kronis berulang. Walau demikian, hal ini tergantung dari penatalaksaan yang diberikan untuk mencegah kekambuhan.1

Komplikasi yang dapat timbul pada DA adalah:1-3

  • Infeksi sekunder dan impetigo: kolonisasi S. aureus terlihat pada 90% pasien DA, hal ini disebabkan akibat berkurangnya peptida antimikrobial pada epidermis pasien DA
  • Eritroderma: akibat lesi DA yang mengalami perluasan
  • Atrofi kulit (striae atroficans): dapat terjadi akibat pemberian kortikosteroid jangka panjang.

Referensi

  1. Dermatitis atopik. In : Panduan praktik klinis bagi dokter spesialis kulit dan kelamin di Indonesia. PERDOSKI;2017.
  2. Menaldi SL, Bramono K, Indriatmi W. Ilmu penyakit kulit dan kelamin. 7th ed. Jakarta:Badan penerbit FKUI;2014.
  3. Kolb L. Atopic dermatitis. Treasure Island: StatPearls Publishing; 2019. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK482197/
  4. Simpson EL, Leung DY, Eichenfield LF, Boguniewicz M. Atopic dermatitis. In : Fitzpatricks dermatology in general medicine. 8th ed. Mc-Graw Hill;2012. p.363-73.

Share your thoughts