Diabetes Melitus
Definisi
Diabetes melitus (DM) adalah sekelompok gangguan metabolik yang memiliki ciri tingginya kadar gula darah (hiperglikemia) yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau keduanya. Gangguan metabolik akibat DM menyebabkan berbagai perubahan pada organ-organ tubuh yang menjadi beban berat bagi penderita DM dan sistem pelayanan kesehatan.
Sinonim: DM, diabetes, kencing manis
Gejala Klinis1
Keluhan umum pada diabetes dikenal sebagai Keluhan klasik (4P), antara lain:
- Poliuria (peningkatan frekuensi berkemih)
- Polidipsia (rasa haus meningkat – akibat poliuria)
- Polifagia (nafsu makan meningkat)
- Penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan penyebabnya
Gejala lain yang dapat ditemukan berkaitan dengan komplikasi dari diabetes mellitus:
- Badan lemas, akibat penurunan penyerapan glukosa dalam jaringan
- Kesemutan, akibat neuropati perifer
- Gatal pada kulit, Disfungsi ereksi (pria), atau pruritus vulva (wanita), akibat neuropati perifer pada sistem saraf autonom yang menyebabkan kulit kering dan gangguan ereksi
- Mata kabur – akibat katarak atau retinopati yang dipicu diabetes.
Etiologi & Patogenesis1
Gambar 1. Homeostasis glukosa.
Proses terjadinya DM sangat berkaitan dengan homeostasis glukosa yang terdiri atas asupan energi dari makanan, produksi gula hepatik (glukoneogenesis), dan pengambilan dan pemakaian glukosa pada jaringan perifer. Insulin, hormon yang dihasilkan oleh sel β pankreas, menjadi regulator utama dalam keseimbangan metabolik ini (Gambar 1). Kadar glukosa > 70 mg/dl menstimulasi sintesis insulin. Insulin yang dilepaskan ke dalam darah akan bekerja pada reseptor target di berbagai jaringan yang kerja utamanya adalah memfasilitasi masuknya glukosa ke dalam jaringan. Gangguan pada homeostasis glukosa inilah yang menyebabkan kadar gula darah tidak terkontrol pada penderita DM.
DM dapat diklasifikasikan berdasarkan proses hiperglikemianya sebagai berikut:
- Diabetes tipe 1 (akibat proses autoimun yang menghancurkan sel β pankreas, biasanya menyebabkan defisiensi insulin absolut). Umumnya, DM tipe 1 muncul sebelum usia 20 tahun. Penghancuran sel β pankreas menyebabkan produksi insulin yang menjadi sangat rendah
- Diabetes tipe 2 (dapat bervariasi dari resistensi insulin dengan defisiensi insulin relatif hingga gangguan sekresi insulin dominan dengan resistensi insulin)
- Diabetes gestasional (terdiagnosis pada trimester kedua atau ketiga kehamilan pada ibu yang sebelumnya tidak menderita diabetes)
- Diabetes akibat etiologi spesifik (contoh: maturity-onset diabetes of the young/MODY, penyakit eksokrin pankreas, dsb.)
Selain gangguan pada insulin, banyak organ lain juga terlibat pada patogenesis DM. Pada DM tipe 2, terdapat 11 organ (egregious eleven) yang berperan penting dalam terjadinya hiperglikemia (Gambar 2).
Gambar 2. The Egregious Eleven
Patofisiologi
Resistensi insulin dan kurangnya sekresi insulin menyebabkan penurunan kerja insulin pada target jaringan. Akibatnya, terjadi metabolisme karbohidrat, protein, dan lemak yang abnormal sehingga menghasilkan hiperglikemia. Keadaan hiperglikemia akut dapat menyebabkan kegawatdaruratan seperti ketoasidosis diabetik (KAD) dan hyperosmolar hyperglycemic state (HHS). Gejala khas DM (4P) juga disebabkan oleh keadaan hiperglikemia. Jika dibiarkan, hiperglikemia kronik dapat menyebabkan berbagai komplikasi vaskular, seperti nefropati, retinopati, dan penyakit kardiovaskular.
Diagnosis1
Jika gejala-gejala khas DM (4P) ditemukan, dapat dilakukan pemeriksaan gula darah. DM didiagnosis berdasarkan pemeriksaan kadar glukosa darah dari plasma darah vena. Kriteria diagnosis DM dapat dilihat dalam Tabel 1.
Tabel 1. Kriteria diagnosis DM.
Pemeriksaan gula darah puasa ≥ 126 mg/dl (puasa adalah keadaan tidak ada asupan kalori setidaknya 8 jam) atau Pemeriksaan gula darah ≥ 200 mg/dl 2 jam setelah tes toleransi glukosa oral (TTGO) dengan glukosa 75 gram atau Pemeriksaan gula darah sewaktu ≥ 200 mg/dl disertai keluhan klasik (Keluhan 4P) atau Pemeriksaan HbA1c ≥ 6,5% menggunakan metode yang terstandardisasi oleh National Glycohemoglobin Standardization Program INGSP). |
Hasil lain yang tidak memenuhi kriteria DM digolongkan menjadi kelompok pradiabetes yang meliputi toleransi glukosa terganggu (TGT) dan glukosa darah puasa terganggu (GDPT) yang bisa dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Kadar tes darah untuk diabetes dan pradiabetes
HbA1c (%) | Gula darah puasa (mg/dl) | Gula darah 2 jam setelah TTGO (mg/dl) | |
Diabetes | ≥ 6,5 | ≥ 126 | ≥ 200 |
Pradiabetes | 5,7 – 6,4 | 100 – 125 | 140 – 199 |
Normal | < 5,7 | 70 – 99 | 70 – 139 |
Tata Laksana1
Beberapa langkah penatalaksanaan yang diperlukan pada pasien DM tipe 2 adalah:
- Edukasi, terutama promosi hidup sehat, perjalanan penyakit DM, nutrisi, dan perawatan yang dapat dilakukan pasien
- Latihan fisik teratur 3 – 5 hari seminggu dengan durasi 30 – 45 menit.
- Terapi farmakologis berupa obat oral dan bentuk suntikan
Tata Laksana Farmakologis
Profil obat antihiperglikemia oral yang tersedia saat ini dapat dilihat pada Tabel 3. Selain itu, terdapat pula antihiperglikemia dalam bentuk suntik, yaitu insulin, agonis GLP-1, dan kombinasi keduanya. Algoritma terapi injeksi pada pasien DM dapat dilihat pada Gambar 3. Untuk algoritma tata laksana pasien DM tipe 2 secara keseluruhan dapat dilihat pada Gambar 4.
Tabel 3. Profil obat antihiperglikemia oral yang tersedia di Indonesia
Gambar 3. Algoritma intensifikasi terapi dengan injeksi agonis GLP-1.1
Gambar 4. Algoritma tata laksana DM tipe 2.
Komplikasi1
Komplikasi DM terdiri atas komplikasi akut dan komplikasi kronik. Komplikasi akut antara lain:
- Krisis hiperglikemia, terdiri atas :
- Ketoasidosis diabetik (KAD), ditandai dengan kadar gula darah tinggi (300 – 600 mg/dl) disertai asidosis, ketosis, dan osmolaritas plasma meningkat (300 – 320 mOs/ml)
- Status hiperglikemia hiperosmolar (SHH), ditandai dengan peningkatan gula darah yang sangat tinggi (600 – 1200 mg/dl) dan osmolaritas plasma yang sangat tinggi (330 – 380 mOs/ml)
- Hipoglikemia (kadar glukosa darah < 70 mg/dl), paling sering disebabkan oleh penggunaan sulfonilurea dan insulin.
Komplikasi kronik DM antara lain:
- Makroangiopati, dapat berupa:
- Penyakit jantung koroner
- Penyakit arteri perifer
- Stroke iskemik atau strok hemoragik
- Mikroangiopati, dapat berupa:
- Retinopati diabetik
- Nefropati diabetik
- Neuropati diabetik
- Kardiomiopati
Referensi
- Perkumpulan Endokrinologi Indonesia. Pedoman pengelolaan dan pencegahan diabetes melitus tipe 2 dewasa di Indonesia. Jakarta: PB Perkeni; 2019.
- Kasper DL, Hauser SL, Jameson JL, Fauci AS, Longo DL, Loscalzo J. Harrison’s principles of internal medicine. 20th ed. New York: McGraw-Hill Education; 2018.
- American Diabetes Association. Diagnosis and classification of diabetes mellitus. Diabetes Care. 2014 Jan;37 Suppl 1:S81-90