Diagnosis Tepat dan Cermat Sindrom Mata Kering

Sindrom Mata Kering

Sindrom mata kering adalah salah satu penyakit mata tersering di Indonesia. Bagaimana cara mendiagnosisnya?

 

Sindrom mata kering (SMK) adalah gangguan pada permukaan mata yang disebabkan oleh tidak stabilnya produksi dan fungsi lapisan air mata. Gangguan ini menimbulkan ketidaknyamanan dan dapat mengganggu kegiatan sehari-hari. SMK adalah salah satu penyakit mata yang paling umum di dunia dengan prevalensi yang berkisar antara 5-50%. Berdasarkan salah satu penelitian, prevalensi dari sindrom mata kering mencapai 27,5%di Indonesia.

SMK dapat diklasifikasikan berdasarkan penyebabnya yaitu defisiensi air mata, peningkatan evaporasi air mata, atau kombinasi dari keduanya. Selain itu, SMK juga dapat diklasifikasikan berdasarkan tingkat keparahannya, yaitu ringan, sedang, dan berat, dinilai dari gejala dan tanda yang dialami oleh pasien. Namun, klasifikasi ini masih dianggap belum tepat karena karakteristik antar kelompoknya masih tumpang tindih. Oleh karena itu, pengenalan tanda dan gejala SMK sangat penting untuk menegakkan diagnosis.

 

Anamnesis

Diagnosis SMK diawali dengan mengenali tanda dan gejala yang dialami oleh pasien. Tanda dan gejala yang dapat terjadi pada SMK adalah iritasi, rasa terbakar, menyengat, sensasi benda asing, gatal ringan, fotofobia, penglihatan kabur, intoleransi lensa kontak, kemerahan, frekuensi berkedip yang meningkat, mata lelah, dan air mata yang berlebihan. 

Beberapa penyebab dari SMK adalah kondisi lingkungan yang kering, berasap, berangin, dan kebiasaan terlalu lama menatap layar komputer, membaca, atau aktivitas lainnya yang mengurangi frekuensi berkedip mata. Oleh karena itu, penting untuk menanyakan bagaimana kondisi lingkungan dan kebiasaan pasien. 

Informasi lainnya yang perlu digali adalah kebiasaan pasien dalam penggunaan lensa kontak, riwayat operasi mata, dan obat yang dikonsumsi atau digunakan oleh pasien. Obat-obatan yang dapat menjadi penyebab dari sindrom mata kering adalah air mata buatan, antihistamin, obat-obatan glaukoma, vasokonstriktor, kortikosteroid, dan obat-obatan herbal. Selain itu, kondisi lainnya yang perlu ditanyakan adalah kebiasaan merokok, menopause, kelelahan, mulut kering, infeksi virus, riwayat penyakit dan inflamasi sistemik (Sindrom Sjögren, graft versus host disease, rheumathoid arthritis, lupus, dan skleroderma).

 

Pemeriksaan Fisik

Seluruh pasien dengan dugaan SMK harus mendapatkan pemeriksaan fisik yang komprehensif. Pemeriksaan fisik terdiri dari pemeriksaan fisik eksternal dan pemeriksaan mata menggunakan slit-lamp biomicroscopy. Pada pasien, dapat ditemukan  malposisi atau tidak sempurnanya penutupan kelopak mata, entropion, ektropion, pembesaran kelenjar lakrimal, ekskresi air mata yang berlebihan, dan proptosis. Selain hal-hal tersebut, deformitas sendi yang menjadi ciri khas dari penyakit rheumatoid arthritis dan adanya disfungsi saraf trigeminal juga mungkin ditemukan pada pasien.

Sementara itu, evaluasi slit-lamp biomicroscopy harus berfokus pada hal-hal berikut: panjang meniscus, debris, peningkatan viskositas, untaian lendir dan busa pada lapisan air mata; adanya trikiasis, distikiasis, madarosis, dan endapan pada bulu mata; abnormalitas pada kelenjar meibom, sekresi dari kelenjar meibom, keratinisasi, dan luka pada tepi anterior dan posterior kelopak mata; dan kelainan konjungtiva dan kornea.

 

Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan kepada pasien dengan SMK akibat defisiensi produksi air mata adalah uji tear break-up time untuk menilai stabilitas air mata, pewarnaan permukaan bola mata menggunakan zat pewarna rose bengal, fluorescein, atau lissamine green, dan uji Schirmer. Uji Schirmer dilakukan dengan menggunakan kertas saring yang diselipkan pada kelopak mata untuk menilai produksi air mata. Pemeriksaaan tersebut harus dilakukan secara berurutan karena uji Schirmer dapat mengganggu stabilitas lapisan air mata.

Selain pemeriksaan penunjang di atas, pemeriksaan penunjang lain juga harus dilakukan apabila pasien diduga mengalami penyakit lainnya seperti sindrom Sjögren, penyakit mata tiroid, dan sarkoidosis. 

 

Sindrom mata kering adalah salah satu penyakit mata yang umum ditemukan di Indonesia. Oleh karena itu, diagnosis yang tepat dan cermat perlu dilakukan agar gangguan ini dapat diatasi sebelum terlambat. Raisa

 

Referensi:

  1. Klinik Mata Nusantara. Pengobatan mata kering di kmn eyecare [internet]. Jakarta:Klinik Mata Nusantara; [cited 29 Jul 2020]. Available from: https://www.klinikmatanusantara.com/id/tindakan-dan-biaya/mata-kering/#:~:text=Sindrom%20mata%20kering%20adalah%20gangguan,yang%20datang%20ke%20KMN%20EyeCare.
  2. Boyd K. What is dry eye [internet]. American Academy of Ophthalmology; 2020  Sep 22. Available from: https://www.aao.org/eye-health/diseases/what-is-dry-eye 
  3. Al-Rajhi, A, Ambrus A, Lastra R, Lum FC, Mizuiri D. Dry ey syndrome prefferedpractice pattern [internet]. American Academy of Ophthalmology. 2018 Nov. available from: aao.org/preferred-practice-pattern/dry-eye-syndrome-ppp-2018 

 

Penulis: Raisa Amany
Editor: Kareen Tayuwijaya

Share your thoughts