Diare akibat Alergi Susu Sapi, Normalkah?

Diare akibat Alergi Susu Sapi, Normalkah?

Pertanyaan :

Bagaimana kita mengidentifikasi alergi susu sapi pada anak bayi di bawah 1 tahun? Biasanya, bayi (terutama bayi yang menerima ASI eksklusif) memiliki pola buang air besar (BAB) tidak teratur. BAB pada bayi dapat dianggap normal mulai dari lima kali sehari sampai empas belas hari sekali. Oleh karena itu, agak sulit bagi saya dan teman-teman dalam mengidentifikasi kasus alergi susu sapi ini sebagai gejala alergi pada pencernaan dan membedakannya dengan BAB normal bayi. Kemudian, bagaimanakah tata laksana yang dapat kami terapkan sebagai dokter umum pada fasilitas kesehatan tingkat pertama?

– Dr. T

 

Jawaban:

Alergi susu sapi (ASS) adalah suatu reaksi yang tidak diinginkan dan diperantarai secara imunologis terhadap protein susu sapi. Kejadian alergi susu sapi terdapat sekitar 5 – 7,5% pada bayi di bawah usia 1 tahun yang mendapat susu sapi. Kejadian ASS akan berkurang seiring bertambahnya usia pada anak dan balita. Di Indonesia, prevalensi terjadinya alergi susu sapi (ASS) adalah sekitar 0.5% pada bayi yang mendapat ASI.

Alergi susu sapi terbagi menjadi dua, yaitu IgE mediated atau yang dimediasi oleh IgE dan non-IgE mediated atau yang tidak dimediasi oleh IgE. Pada ASS yang dimediasi IgE, gejala pada bayi dapat timbul dalam 30 menit hingga 1 jam setelah terpapar protein susu sapi. Gejala klinis yang sering timbul adalah keluhan di kulit (urtikaria), saluran napas (hipersekresi), dan saluran cerna (diare atau konstipasi). 

Di lain sisi, jenis ASS yang tidak dimediasi oleh IgE memiliki awitan yang lebih lama dan gejala yang lebih berat. Gejala anak yang mengalami alergi susu sapi terjadi lebih dari 1 jam setelah anak terpapar protein susu sapi. Beberapa gejala klinis yang tampak pada bayi dengan alergi susu sapi jenis ini adalah gastroenteropati alergi eosinofilik, nyeri kolik, enterokolitis, proktokolitis, anemia, dan gagal tumbuh.

Secara umum, perubahan pola defekasi yang paling sering ialah perubahan frekuensi defekasi dan konsistensi tinja. Frekuensi defekasi lebih dari 3 kali sehari dan konsistensi yang cair disebut diare. Diare sering dikaitkan dengan kejadian ASS setelah anak terpapar protein yang berasal dari susu sapi. Pada bayi yang mendapat ASI dan memiliki frekuensi BAB mencapai 5-8 kali sehari, kondisi ini tergolong fisiologis dan normal sehingga tidak diperlukan penanganan khusus. 

Berbeda halnya jika bayi mengalami gejala yang berat, seperti anemia dan syok. Kebanyakan bayi dengan ASS yang tidak dimediasi oleh IgE memiliki gejala yang berat sehingga perlu dilakukan evaluasi lebih lanjut. Dalam hal ini, dokter umum dapat melakukan rujukan kepada dokter spesialis anak untuk ditelaah lebih lanjut dan pemberian terapi yang tepat.

Kondisi ASS yang dapat ditangani pada fasilitas pelayanan primer terbatas pada edukasi kepada kedua orang tua bayi. Pada dasarnya, tips dan cara terbaik untuk menangani bayi yang mengalami alergi susu sapi adalah dengan menghindari alergen berupa protein susu sapi. Dokter umum dapat membantu menjelaskan mengenai nutrisi yang harus dikonsumsi oleh ibu dan bayi. Bayi yang memiliki alergi susu sapi sebaiknya tidak diberikan makanan dan minuman apapun yang mengandung protein susu sapi. 

Pada bayi dengan ASI eksklusif yang mengalami ASS, dokter dapat mengedukasi ibu untuk menghindari makanan yang mengandung protein susu sapi dan produk turunannya. Jika bayi mengonsumsi susu formula, kandungan susu dapat diganti dengan kandungan hipoalergenik. Kandungan hipoalergenik dapat ditemukan pada susu terhidrolisat ekstensif dan susu formula asam amino. Apabila susu formula terhidrolisat ekstensif tidak tersedia atau terdapat kendala biaya, maka ganti susu dengan susu formula kedelai. 

Penting bagi dokter untuk mengingatkan kepada kedua orang tua bayi bahwa tetap ada kemungkinan untuk terjadinya reaksi silang alergi terhadap protein kedelai pada bayi. Selain itu, pemberian makanan pada periode MPASI pada bayi juga perlu diperhatikan untuk menghindari adanya protein susu sapi dalam makanan.

dr. Sandi Nugraha, Sp.A

 

 

Nama : dr. Sandi Nugraha, Sp.A

No. Telp : (0271) 494289

Email : sssandinugraha@gmail.com

Alamat : RSIA Dian Pertiwi, Jl. Raya Solo-Tawangmangu, Pandes, Papahan, Kec. Karanganyar, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah 57722

 

 

 

Penulis: Laurentia Yamin
Editor: Kareen Tayuwijaya

Share your thoughts