Endometriosis
Definisi dan Informasi Umum
Endometriosis adalah kondisi ditemukannya lapisan endometrium (dinding dalam rahim) pada lokasi lain selain korpus uteri (rongga rahim).1 Endometriosis merupakan salah satu kondisi yang perlu diperhatikan pada wanita karena dapat menimbulkan ketidaksuburan dan bahkan kematian.1,2
Kondisi ini umumnya ditemukan pada wanita dengan sistem reproduksi yang masih aktif, dengan puncak kasus pada rentang usia 30–40 tahun. Sekitar 6–10% wanita di dunia telah mengalami endometriosis.2 Faktor risiko endometriosis antara lain mengalami menstruasi pada usia belia (<10 tahun), siklus menstruasi <28 hari, laju menstruasi ≥ 5–6 hari, terdapat kelainan saluran reproduksi (anomali Müllerian), belum pernah melahirkan (nulipara), dan ras putih.3
Tanda dan Gejala
Wanita dengan endometriosis umumnya akan mengeluhkan dismenore (nyeri ketika haid) dan dispareunia (nyeri ketika berhubungan seksual). Selain itu, endometriosis juga dapat menyebabkan nyeri panggul yang kronik karena perdarahan yang terjadi. Nyeri ketika melakukan buang air besar terjadi apabila terdapat keterlibatan dinding rektum, sedangkan nyeri ketika berkemih terjadi apabila terdapat keterlibatan kantung kemih. Pasien dengan endometriosis juga kerap mengalami gangguan siklus menstruasi dan infertilitas.2,4
Etiologi dan Patogenesis
Penyebab endometriosis masih belum diketahui dengan jelas.1,2 Hipotesis mengenai proses terjadinya endometriosis terdiri dari dua kelompok utama, yakni berasal dari lapisan endometrium rahim itu sendiri atau berasal dari sel di luar rahim.2 Berikut adalah sejumlah teori yang mencoba menjelaskan mengenai patogenesis dari endometriosis:
- Teori regurgitasi mengusulkan bahwa endometriosis terjadi akibat aliran menstruasi secara retrograde (berbalik) yang mencapai oviduk.
- Teori metastasis jinak mengusulkan bahwa jaringan endometrium uterus dapat menyebar ke berbagai lokasi melalui aliran darah atau limfatik
- Teori metaplasia mengusulkan bahwa sisa-sisa jaringan mesonefrik yang tidak berkembang dapat mengalami diferensiasi sehingga menyebabkan adanya jaringan endometrium yang salah tempat
- Teori extrauterine stem cell mengusulkan bahwa sel-sel progenitor dari sumsum tulang dapat berkembang menjadi jaringan endometrium
Gambar 1. Patogenesis endometriosis. Sumber:2
Patofisiologi
Jaringan abnormal pada endometriosis dapat berupa kelenjar endometrium dan stroma. Endometriosis umumnya terjadi pada ovarium, ligamen uterus, septrum rectovaginal, kantung Douglas (cul de sac), dan peritoneum pelvis.2,4 Walaupun jarang, endometriosis juga dapat terjadi pada usus besar, usus kecil, serviks, dan vagina. Apabila endometriosis terjadi pada lapisan miometrium korpus uteri, kondisi ini disebut dengan adenomiosis.1,2
Gambar 2. Lokasi rentan terjadinya endometriosis. Sumber:4
Seiring dengan berjalannya siklus menstruasi, jaringan endometriosis juga dapat meluruh dan menyebabkan perdarahan pada lokasi tersebut sehingga menimbulkan nyeri.2,4 Perdarahan pada ovarium akibat endometriosis dapat memicu terbentuknya kista berisi darah berukuran 3–5 cm. Kista ini umumnya disebut dengan “chocolate cysts” karena berisi cairan berwarna coklat yang berasal dari perdarahan lalu.1,2
Walaupun endometriosis kerap menimbulkan infertilitas pada wanita, hubungan antara kedua kondisi ini masih perlu diteliti lebih lanjut. Mekanisme yang diperkirakan mendasari hubungan tersebut adalah gangguan pelepasan sel telur atau pergerakan ovum pada oviduk karena radang dan aktivitas sitokin.4
Diagnosis
Endometriosis merupakan salah satu kondisi yang sulit untuk didiagnosis karena gejalanya mirip dengan penyakit pada panggul lainnya.5 Diagnosis untuk endometriosis umumnya didahului oleh anamnesis dan pemeriksaan fisik, yakni terdapat dismenore dan nyeri pada daerah panggul.2
Pemeriksaan fisik baik secara visual maupun inspekulo umumnya tidak dapat menunjukkan tanda-tanda endometriosis. Pemeriksaan bimanual dapat membantu dimana terjadi abnormalitas uterus atau saat perabaan, uterus menjadi nyeri. Pemeriksaan laboratorium digunakan untuk mengeksklusi kemungkinan penyebab nyeri panggul lain seperti infeksi, ataupun komplikasi terkait kehamilan.6
Pemeriksaan radiologi menggunakan modalitas ultrasonografi dan magnetic resonance imaging (MRI) dapat dilakukan untuk membantu menegakkan diagnosis endometriosis.5 Ultrasonografi merupakan uji yang rutin dilakukan untuk menilai skala endometriosis pada pasien.3 Pemeriksaan laparoskopi dan histopatologi diperlukan untuk mendapatkan diagnosis definitif endometriosis.4,5
Tata Laksana
Prinsip penanganan pasien dengan endometriosis adalah mencegah atau mengurangi progresi dan penyebaran penyakit, mengurangi rasa nyeri, dan mengembalikan fertilitas pasien.4
Secara umum, penanganan terhadap endometriosis dapat dikategorikan menjadi tiga, yaitu pereda nyeri, supresi endometrium, dan pembedahan. Obat pereda nyeri yang umum digunankan adalah obat antiinflamasi non-steroid (OAINS). Supresi endometrium dapat dilakukan dengan menciptakan kondisi amenore fisiologis melalui penggunaan obat kontrasepsi.3,5
Pembedahan merupakan terapi definitif bagi pasien dengan endometriosis yang buruk atau pasien yang tidak berhasil sembuh dengan terapi sebelumnya. Pembedahan yang umumnya dilakukan adalah laparoscopic removal terhadap jaringan endometriosis menggunakan teknik konvensional atau laser.4,5
Komplikasi dan Prognosis
Endometriosis memiliki prognosis yang beragam. Meskipun endometriosis dapat bersifat kronik dan progresif, kondisi ini dapat saja hilang dengan sendirinya tanpa perlu terapi.7
Komplikasi utama dari endometriosis adalah infertilitas.6 Endometriosis diasosiasikan dengan peningkatan risiko terjadinya keguguran, kehamilan ektopik, plasenta previa, perdarahan selama persalinan, dan kelahiran prematur. Selain itu, endometriosis yang tidak ditangani dengan baik akan berakibat pada keganasan.2,3
Referensi
- Wells M. Female genital tract. In: Cross SS, editor. Underwood’s pathology a clinical approach. 6th ed. London: Churchill Livingstone; 2013. p. 458–9.
- Ellenson LH, Pirog EC. The female genital tract. In: Kumar V, Abbas AK, Aster JC, eds. Robbins and Cotran pathologic basis of disease. 9th ed. Philadelphia: Elsevier; 2015. p. 1010–2.
- Vercellini P, Vigano P, Somigliana E, Fedele L. Endometriosis: pathogenesis and treatment. Nat Rev Endocrinol. 2014 May;10(5):261-75.
- Phillippi JC, Latendresse GA, McCance KL. Alterations of the female reproductive system. In: McCance KL, Huether SE, eds. Pathophysiology: the biologic basis for disease in adults and children. 7th ed. St. Louis: Mosby; 2014. p. 823–5.
- Grossman L. Disorder of the female reproductive system. In: Grossman S, Porth CM, eds. Porth’s pathophysiology. 9th ed. Philadelphia: Wolters Kluwer Health; 2014. 1389-91.
- Hoffman BL, Schorge JO, Schaffer JI, Halvorson LM, Bradshaw KD, Cunningham FG. Williams gynecology. 2nd New York: McGraw-Hill Medical; 2012.
- Schrager S, Falleroni J, Edgoose J. Evaluation and treatment of endometriosis. Am Fam Physician. 2013 Jan 15;87(2):107-13.