Faringitis
Definisi dan Informasi Umum
Faringitis adalah suatu kondisi yang terdiri dari sekumpulan gejala, yaitu nyeri tenggorokan, demam, dan radang faring.1 Inflamasi/radang pada faring umumnya juga disertai dengan kemerahan dan pembengkakan. Sebagian besar kasus faringitis disebabkan oleh infeksi virus sehingga umumnya bersifat self-limiting (sembuh sendiri).1
Tanda dan Gejala
Sesuai dengan namanya, faringitis berarti pembengkakan pada tenggorokan (faring).2 Secara umum, pasien dengan faringitis akan mengeluhkan nyeri menelan, demam, dan radang amandel.1,2 Namun, derajat keparahan gejala pada faringitis dapat berbeda, bergantung dengan penyebabnya. Walaupun demikian, penyebab faringitis tidak dapat ditentukan dengan akurat hanya berdasarkan tanda dan gejala saja.1
Gambar 1. Manifestasi klinis faringitis. Sumber:2
Etiologi dan Patogenesis
Virus merupakan penyebab pada 25-45% kasus faringitis yang umumnya disertai pula dengan gejala infeksi saluran pernapasan atas.1 Beberapa jenis virus yang dapat menyebabkan faringitis antara lain adenovirus, rhinovirus, enterovirus, virus influenza, dan virus parainfluenza. Sekitar 12-27% kasus faringitis akibat virus disebabkan oleh adenovirus dan rhinovirus.1
Streptococcus pyogenes, salah satu bakteri yang tergolong dalam kelompok group A Streptococcus (GAS), merupakan bakteri penyebab faringitis tersering, yaitu sebesar 10-15% pada kasus faringitis dewasa dan 15-30% kasus faringitis anak.1 Faringitis yang disebabkan oleh bakteri akan memiliki dampak yang lebih serius dibandingkan faringitis yang disebabkan oleh virus.2
Tabel 1. Berbagai etiologi faringitis. Sumber:1
Patofisiologi
Berbagai studi telah mencoba mempelajari mekanisme penyebab tanda dan gejala pada faringitis, tetapi sampai saat ini belum ada yang dapat menjelaskan dengan pasti. Beberapa studi melaporkan bahwa infeksi rhinovirus menginduksi produksi bradikinin sehingga menyebabkan nyeri tenggorokan pada orofaring dan mukosa hidung.1
Pada kasus faringitis akibat bakteri GAS, faktor virulensi S. pyogenes berperan penting dalam menyebabkan gejala. S. pyogenes dapat menghindari fagositosis (contohnya oleh kapsul, protein M, dan C5a peptidase), menempel dan menginvasi sel tubuh (contohnya oleh asam lipoteikoat), dan menghasilkan toksin (berupa streptococcal pyrogenic exotoxins, streptolisin S, dan streptolisin O).1
Diagnosis
Faringitis merupakan penyakit yang dapat didiagnosis secara klinis tanpa memerlukan pemeriksan penunjang, kecuali memenuhi indikasi tertentu. Pemeriksan penunjang diperlukan untuk menentukan penyebab.1 Tujuannya adalah untuk membedakan faringitis akibat GAS dengan faringitis sebab lain, karena infeksi GAS dapat menyebabkan komplikasi yang parah.2,3 Beberapa rapid diagnostic test (RDT) dapat digunakan untuk mendeteksi infeksi GAS melalui sampel swab nasofaring. Selain itu, diagnosis untuk infeksi S. pyogenes juga dapat dilakukan dengan uji mikrobiologi, seperti koloni yang sensitif terhadap uji antibiotik basitrasin.
Pemeriksaan fisik dapat membantu dokter untuk mengarahkan kecurigaan terhadap sebab tertentu. Faringitis akibat rhinovirus atau coronavirus umumnya tidak terlalu parah, tidak disertai eksudat, dan jarang disertai demam.3 Namun, faringitis akibat influenza dapat disertai demam, nyeri otot, pusing, dan batuk. Sementara itu, faringitis akibat bakteri umumnya disertai nyeri tenggorokan, demam menggigil, dan nyeri perut.3
Tata Laksana
Faringitis akibat infeksi virus bersifat self-limiting sehingga tidak diperlukan terapi tertentu dalam penanganannya. Umumnya, dokter hanya akan memberikan obat yang bersifat simtomatik untuk meredakan gejala.2
Tujuan terapi pada faringitis akibat GAS adalah untuk mempercepat penyembuhan, menurunkan risiko penularan, dan menurunkan terjadinya komplikasi.1 Obat yang umumnya diberikan pada faringitis akibat GAS adalah antibiotik penisilin atau amoksisilin selama 10 hari.1 Pemberian antibiotik golongan makrolida, seperti eritromisin, atau sefalosporin diindikasikan apabila pasien memiliki alergi terhadap penisilin.
Gambar 2. Alur diagnosis dan tata laksana faringitis. Sumber:3
Komplikasi dan Prognosis
Infeksi bakteri GAS pada penyakit faringitis dapat berpotensi memicu komplikasi berupa abses peritonsil, abses ruang parafaring, limfadenitis, sinusitis, radang telinga tengah, radang mastoid, dan infeksi yang bersifat invasif, seperti necrotizing fasciitis dan toxic shock syndrome.1 Selain itu, infeksi GAS juga dapat berujung pada terjadinya demam rematik.1,3 Namun, komplikasi ini hanya terjadi pada 1,3% kasus.4
Prognosis faringitis umumnya sangat baik. Gejala-gejala yang timbul dapat sembuh sekitar 2-7 hari dengan menggunakan terapi simtomatik.5 Sekitar 67% pasien sembuh dalam kurun waktu tiga hari.5
Referensi
- Flores AR, Caserta MT. Pharyngitis. In: Bennett JE, Dolin R, Blaser MJ, eds. Mandell, Douglas, and Bennett’s principles and practice of infectious diseases. 9th ed. Philadelphia: Elsevier; 2019. p. 824-30.
- Cowan MK, Smith H. Microbiology: a systems approach. 5th ed. New York: McGraw-Hill Education; 2018. p. 619-22.
- Rubin MA, Ford LC, Gonzales R. Sore throat, earache, and upper respiratory symptoms. In: Kasper DL, Fauci AS, Hauser SL, Longo DL, Jameson JL, Loscalzo J, eds. Harrison’s principles of internal medicine. 20th ed. New York: McGraw-Hill Education; 2018. p. 214-6.
- Little P, Stuart B, Hobbs FD, Butler CC, Hay AD, Campbell J, et al. Predictors of suppurative complications for acute sore throat in primary care: prospective clinical cohort study. BMJ. 2013 Nov 25;347:f6867. doi: 10.1136/bmj.f6867.
- Thompson M, Vodicka TA, Blair PS, Buckley DI, Heneghan C, Hay AD, et al. Duration of symptoms of respiratory tract infections in children: systematic review. BMJ. 2013 Dec 11;347:f7027. doi: 10.1136/bmj.f7027.