Gangguan Obsesif Kompulsif
Definisi
Gangguan obsesif kompulsif merupakan gangguan dengan kelompok gejala berupa pikiran yang menganggu, ritual/tindakan yang berulang, dan preokupasi. Gangguan obsesif-kompulsif yang berulang menghabiskan banyak waktu penderita (membuat pasien merasakan penderitaan berat dan disabilitas bermakna). Pasien umumnya sadar bahwa aktivitas obsesif-kompulsif tidak beralasan sehingga termasuk egodistonik, yaitu perilaku yang tidak diinginkan.1
Obsesif adalah suatu aktivitas mental, berupa pikiran, perasaan, ide, dan dorongan, yang berulang dan mengganggu. Pikiran ini menimbulkan kecemasan. Sementara itu, kompulsif merupakan perilaku tertentu yang disadari dan dilakukan berulang-ulang. Tindakan berulang tersebut adalah respons terhadap pikiran yang berulang sekaligus upaya untuk meredakan kecemasan karena obsesif. Namun, hal ini terkadang tidak berhasil meredakan kecemasan tersebut. Apabila tindakan kompulsif tidak dilakukan, kecemasan dapat meningkat.1
Meskipun pernah dianggap sebagai gangguan yang langka, prevalensi gangguan obsesif-kompulsif mencapai 2-3%. Umumnya, gangguan ini berawal pada usia 20 tahun, sebagian besar pada saat remaja/dewasa muda (18-24 tahun). Tidak ada perbedaan yang bermakna antara laki-laki dan perempuan.1
Patut dibedakan antara OCD dengan gangguan kepribadian obsesif-kompulsif atau Obsessive-Compulsive Personality Disorder (OCPD). Penggunaan istilah OCD yang digunakan di masyarakat umum sering merujuk kepada gangguan kepribadian obsesif-kompulsif, bukan gangguan obsesif-kompulsif.
Sinonim: Obsessive-Compulsive Disorder (OCD)
Gejala Klinis
Gambaran umum obsesi dan kompulsif:1
- Ide/impuls yang menekan ke dalam kesadaran individu secara terus menerus
- Perasaan cemas/takut yang menyertai ide/impuls tersebut
- Egodistonik;
- Pasien sadar bahwa obsesi dan kompulsi adalah sesuatu yang irasional;
- Pasien mempunyai keinginan untuk melawan.1
Terdapat empat pola gejala utama yang dijumpai pada gangguan obsesif-kompulsif, antara lain:1
- Kontaminasi
Pola tersering adalah obsesi mengenai kontaminasi/tercemar diikuti dengan perilaku kompulsif berupa mencuci, membersihkan atau menghindari objek yang terkontaminasi;
- Sikap ragu-ragu patologis
Pola tersering kedua adalah obsesi berupa keragu-raguan akan sesuatu disertai perilaku kompulsi mengecek atau memeriksa secara berlebihan. Umumnya obsesi terkait situasi yang membahayakan atau melibatkan kekerasan, seperti lupa mengunci pintu rumah
- Pikiran intrusif
Pola yang cukup jarang adalah pikiran yang intrusif dan berulang seperti pikiran seksual atau agresif, tidak diikuti dengan kompulsi;
- Simetri
Perilaku obsesif yang membutuhkan simetri, yaitu ketepatan sehingga bertindak lamban. Contohnya adalah makan dengan waktu yang sangat lama, mencukur kumis dan janggut yang lama.1
Tidak semua perilaku ritual atau berulang termasuk kompulsi, seperti memeriksa sesuatu dua kali pada sebagian besar orang. Namun, penderita gangguan obsesif-kompulsif cenderung bersifat:2
- Tidak dapat mengontrol pikiran/perbuatannya
- Menghabiskan minimal satu jam setiap hari untuk berpikir/berperilaku obsesif dan/atau kompulsif
- Tidak merasa tenang atau kebahagiaan ketika menjalankan ritual tersebut, tetapi terkadang merasa lega karena terbebas dari kecemasan yang mengganggunya;
- Menderita masalah yang signifikan dalam kehidupan sehair-hari akibat pikiran/perbuatannya.2
Etiologi dan Faktor Risiko
Penyebab gangguan obsesif-kompulsif bersifat multifaktor, yakni interaksi antara faktor genetik, biologik, dan psikososial. Meskipun penyebab definitifnya tidak dapat ditentukan, faktor risikonya antara lain:2
- Faktor genetik
Studi mengenai anak kembar dan keluarga menunjukkan bahwa orang-orang yang memiliki keluarga inti dengan OCD berisiko lebih tinggi untuk turut mempunyai OCD. Risiko tersebut lebih tinggi lagi apabila OCD yang dimiliki keluarga inti tersebut sudah ditunjukkan sejak anak kecil/remaja
- Faktor biologik
Studi pencitraan otak menunjukkan bahwa terdapat perbedaan pada korteks frontal dan stuktur subkorteks pasien dengan OCD. Oleh karena itu, terdapat hubungan antara gejala OCD dengan kelainan beberapa struktur area di otak. Namun, belum dapat dijelaskan sampai saat ini
- Faktor psikososial dan lingkungan
Trauma saat kecil memiliki keterkaitan yang bermakna dengan OCD. Walaupun demikian, studi lebih lanjut dibutuhkan untuk mengetahui hubungannya. Pada beberapa kasus, anak-anak dapat menunjukkan gejala OCD setelah terkena infeksi bakteri Streptococcus sp.2
Diagnosis
Kriteria diagnosis gangguan obsesif-kompulsif menurut DSM-V adalah:3
- Adanya salah satu dari obsesif, kompulsif, atau keduanya.
Obsesif memiliki definisi berupa:
- Pikiran, dorongan, atau bayangan yang menganggu dan tidak diinginkan—pernah dialami beberapa waktu selama gangguan dan menyebabkan kecemasan dan distress;
- Individu mencoba untuk mengabaikan/menekan pikiran yang timbul atau mencoba melegakan kecemasan yang dirasakan dengan perilaku/pikiran lainnya (seperti perilaku kompulsif)
Kompulsif memiliki definisi berupa:
- Individu memiliki dorongan untuk melakukan perilaku berulang (seperti mencuci tangan, mengecek) ataupun aktivitas mental (berdoa, mengulang kata, atau menghitung tanpa suara) sebagai respons dari obsesinya/aturan yang dilakukan secara kaku
- Perilaku/aktivitas mental bertujuan meringankan kecemasan/penderitaan yang dirasakan karena obsesinya, meskipun terkesan tidak realistis atau berlebihan.
- Obsesif dan kompulsif memakan waktu lebih dari 1 jam/hari atau menyebabkan penderitaan secara klinis, menurunkan fungsi sosial/pekerjaan, atau fungsi lainnya;
- Gejala obsesif-kompulsif tidak diakibatkan oleh penggunaan zat/kondisi medik umum;
- Gangguan bukan bagian dari gejala gangguan mental lainnya, seperti cemas akibat gangguaan cemas, atau preokupasi penampilan akibat body dysmorphic disorder.3
Diagnosis Banding
Beberapa diagnosis banding yang patut dipertimbangkan adalah gangguan cemas lain, gangguan depresi, gangguan makan, dan tic.3
Tata Laksana
Penanganan gangguan panik dilakukan dengan farmakoterapi dan psikoterapi:1
Farmakoterapi
Pemilihan obat didasarkan pada pertimbangan klinis dan merupakan keputusan dari psikiater. Obat-obatan ini dapat menyebabkan efek samping yang perlu dikontrol oleh dokter spesialis atau dokter umum.
- Clomipramine
- Serotonin selective reuptake inhibitor (SSRI)
SSRI yang dapat dipilih adalah fluoksetin atau sertralin.1
Psikoterapi
Banyak pasien gangguan obsesif-kompulsif yang tergolong resisten terhadap upaya pengobatan, baik farmakoterapi maupun psikoterapi. Meskipun gangguan obsesif-kompulsif didasari oleh faktor biologik, gejala obsesif-kompulsif mungkin mengandung makna psikologis yang kuat sehingga pasien menolak pengobatan. Oleh karena itu, penelusuran psikodinamik tentang resistensi yang ditunjukkan pasien dapat meningkatkan kepatuhan pengobatan.1
Beberapa psikoterapi yang dapat dijadkan pilihan adalah psikoterapi suportif, terapi perilaku terapi kognitif perilaku, adan psikoterapi dinamik.1
Prognosis dan Komplikasi
Sekitar 20-30% pasien menunjukkan perbaikan gejala yang bermakna, sedangkan 40-50% menunjukkan perbaikan yang sedang. Sementara itu, 20-40% memilliki gejala yang menetap atau bahkan memburuk.1
Sepertiga gangguan obsesif-kompulsif disertai oleh gangguan depresi. Semua pasien gangguan obsesif-kompulsif mempunyai risiko bunuh diri.1
Prognosis buruk diindikasikan dengan adanya kompulsi yang diikuti, dimulai masa kanak-kanak, kompulsi yang tergolong bizarre, memerlukan perawatan rumah sakit, kepercayaan mengarah ke waham, gangguan kepribadian schizotipal, dan/atau ada komorbiditas dengan depresi mayor.
Prognosis baik diindikasikan dengan adaptasi sosial dan pekerjaan yang baik, adanya peristiwa pencetus, dan gejala yang episodik.1
Referensi
- Winarsih NS. Gangguan obsesif-kompulsif. In: Elvira SD, Hadisukanto G, editors. Buku ajar psikiatri. 3rd Jakarta: Badan Penerbit FKUI; 2018. p.303-7.
- Obsessive-compulsive disorder [Internet]. US: National Institute of Mental Health; 2019 Oct [cited 2020 March]. Available from: nimh.nih.gov/heatlh/topics/obsessive-compulsive-disorder-ocd/
- American Psychiatric Association: Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders. 5th Washington: American Psychiatric Association; 2013.