Gangguan Panik

Definisi

Gangguan panik merupakan gangguan cemas berat yang terjadi tiba-tiba disertai dengan perasaan ada ancaman yang akan datang. Dapat disebut gangguan panik apabila serangan panik sudah terjadi berulang secara spontan dan tidak terduga. Serangan turut disertai dengan gejala otonom, terutama pada sistem pernapasan dan sirkulasi. Kondisi ini berlangsung secara tiba-tiba serta dapat meningkat cepat. Serangan umumnya terjadi selama 20-30 menit, jarang melebihi satu jam.1,2

Gangguan ini merupakan jenis gangguan cemas yang lebih sering dijumpai. Prevalensi gangguan panik berkisar antara 1-4% seumur hidup. Perempuan memiliki risiko dua hingga tiga kali lebih tinggi untuk terkena dibanding laki-laki. Umumnya dijumpai pada populasi dewasa muda, rerata umur sekitar 25 tahun.2

Gejala Klinis

Gejala utama:

  • Serangan panik disertai dengan gejala otonom—terlebih pada sistem jantung, pembuluh darah, dan pernapasan
  • gejala mirip gangguan jantung: nyeri dada, jantung berdebar, keringat dingin, dan rasa tercekik
  • gejala pada sistem pernapasan: napas cepat dan pendek, suffocating false alarm seperti sindrom hiperventilasi dan peningkatan variasi pernafasan
  • anticipatory anxiety: merasa sangat khawatir dan cemas bahwa ia akan mengalaminya lagi
  • gejala mental: rasa takut yang intens dan hebat disertai ancaman bencana/kematian, merasa bingung, sulit konsentrasi
  • ruminasi (memuntahkan makanan yang telah ditelan), kesulitan bicara (gagap, gangguan memori)
  • dapat disertai gangguan jiwa lain seperti depresi, depersonalisasi, derealisasi, dan agorafobia1

Serangan panik yang dialami oleh pasien dapat menyebabkan adanya masalah rumah tangga, masalah finansial, hilangnya pekerjaan, beserta dengan penggunaan alkohol dan zat lain. Fokus pasien merupakan adanya rasa takut mati yang meliputi karena masalah pernapasan dan jantung—seringkali merasa seperti menjadi gila.1

Etiologi & Patogenesis

Layaknya gangguan jiwa lain, penyebab gangguan panik tidak pasti dan tersusun atas faktor biologik, faktor genetik, dan faktor psikososial.

Faktor Biologik

Beberapa studi menunjukkan hubungan antara gangguan panik dengan abnormalitas struktur dan fungsi otak. Pada gangguan panik, fungsi beberapa zat neurotransmitter (serotonin, Gamma Amino Butiric Acid (GABA), dan norepinefrin) terganggu.1

Patofisiologi yang mungkin adalah terdapat disregulasi pada sistem saraf perifer dan sistem saraf pusat. Peningkatan tonus simpatetik dalam sistem otonom ditemukan dalam beberapa kasus. Status neuroendokrin juga menunjukkan abnormalitas meskipun tidak semua kasus memiliki hasil yang sama. Keberadaan zat pemicu panik serta perubahan pada hasil yang terlihat di MRI juga berkaitan dengan gangguan panik.1

Serangan panik juga dapat disebabkan oleh fear network (jaringan rasa takut) yang terlalu sensitif—amigdala, korteks prefrontal (PFC), dan hipokampus—sehingga menimbulkan panik. Seseorang yang memiliki gangguan panik mengalami rasa takut terhadap kemungkinan serangan panik berikutnya dalam model ini.1

Faktor genetik

Keturunan pertama pasien gangguan panik dengan agorafobia berisiko 4-8 kali untuk mengalami serangan panik.1

Faktor psikososial

Menurut teori psikodinamik, ada hubungan antara pola cemas dengan sosialisasi saat kecil, hubungan dengan orang tua yang tidak suportif, serta rasa terperangkap. Rasa marah, fantasi-fantasi terkait yang tidak disadari, serta agresivitas yang sulit dikendalikan ditemukan pada sebagian besar pasien.1

Menurut teori kelekatan, pasien mempunyai gaya kelekatan—berbentuk preokupasi pada kelekatannya tersebut—yang problematik. Mereka sering kali memiliki persepsi bahwa kelekatan dan perpisahan adalah hal yang mutually exclusive karena adanya sensitivitas yang tinggi saat kehilangan kebebasan maupun kehilangan rasa aman dan perlindungan. Dalam sehari-hari, pasien cenderung menghindari perpisahan dan kelekatan yang dalam.

Diagnosis

Menurut Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ) 3, gangguan panik  didiagnosis secara klinis, yaitu timbulnya beberapa serangan berat kecemasan otonomik (umumnya 3 kali) yang terjadi dalam satu bulan, meliputi:

  • Dalam keadaan yang tidak bahaya jika dinilai secara objektif;
  • Tidak dibatasi oleh situasi yang telah diketahui ataupun yang diduga sebelumnya;
  • Ada keadaan relatif bebas gejala kecemasan di jarak antara serangan panik (meskipun anticipatory anxiety umum terjadi).3

Diagnosis Banding

Serangan panik adalah bagian dari gangguan fobik atau dapat juga merupakan serangan panik sekunder dari keadaan depresi, terutama pada pasien laki-laki. Gangguan panik bukan diagnosis utama jika kriteria depresi terpenuhi.1

Tata Laksana

Penanganan  gangguan panik dilakukan dengan farmakoterapi dan psikoterapi:

Farmakoterapi

  1. Serotonin selective reuptake inhibitor (SSRI)

Obat dipilih salah satu di antara sertralin, fluoksetin, fluvoksamin, escitalopram, dll. Obat diberikan 3-6 bulan sesuai kondisi pasien, tunggu agar stabil dalam darah agar tidak kambuh.1

  1. Alprazolam

Permulaan kerja obat cepat, dikonsumsi umumnya 4-6 minggu dan dosisnya diturunkan secara perlahan sampai dihentikan. Pengobatan dilanjutkan dengan obat SSRI saja.1

Psikoterapi

  1. Terapi relaksasi

Terapi ini diberikan pada semua orang dengan gangguan panik kecuali tidak mendapatkan persetujuan. Bermanfaat untuk meredakan serangan dengan cepat dan membuat individu tenang—hasilnya semakin baik jika berlatih setiap hari.1

Prinsip terapi adalah melatih pernapasan dengan menarik napas dalam dengan lambat dan membuangnya dengan lambat, merelaksasi seluruh otot tubuh, serta mensugesti pikiran yang membangun. Dokter umumnya membimbing dalam 20-30 menit atau lebih dan meminta pasien melakukan sendiri di rumah setiap hari.1

  1. Terapi kognitif perilaku

Terapi ini diberikan dengan bertujuan mengajak pasien melakukan restrukturisasi kognitif—mengubah struktur dan bentuk pikiran dari irasional menjadi rasional. Terapi berjalan selama 30-45 menit, ditambah dengan tugas yang harus dilakukan pasien di rumah, seperti menceritakan resposns terhadap berbagai hal yang dialami. Terapi membutuhkan 10-15 kali pertemuan dan dapat disesuaikan dengan kondisi pasien.1

  1. Psikoterapi dinamik

Terapi ini bertujuan agar pasien dapat lebih memahami diri dan kepribadiannya—tidak hanya berfokus pada gejala yang dialaminya. Pada terapi ini, pasien relatif lebih banyak berbicara dibanding dokter yang berfungsi sebagai pendengar. Terapi dapat berjalan selama berbulan-bulan sampai bertahun-tahun. Jenis terapi ini membutuhkan kesabaran serta kerja sama dokter-pasien.1

Prevensi

Pencegahan terdiri dari pencegahan primer dan sekunder, yaitu:

  1. Pencegahan primer untuk orang yang belum pernah mengalami gangguan panik sebelumnya adalah senantiasa waspada jika terdapat anggota keluarga yang mengalami. Apabila ada riwayat separation anxiety (cemas apabila berpisah), terdapat kemungkinan terjadi gangguan panik saat dewasa.1
  2. Pencegahan sekunder untuk orang yang pernah mengalami serangan panik, paling tidak sekali, adalah pergi ke dokter, latihan relaksasi, dan melakukan konsultasi dengan dokter sampai dinyatakan sembuh.1

Referensi

  1. Kusumadewi I, Elvira S. Gangguan paik. In: Elvira SD, Hadisukanto G, editors. Buku ajar psikiatri. 3rd Jakarta: Badan Penerbit FKUI; 2018. p.289-94.
  2. Sadock B, Sadock V, Ruiz P. Kaplan & Sadock’s synopsis of psychiatry: behavioral sciences/clinical psychiatry. 11th Philadelphia: Wolters Kluwer; 2015.
  3. Departemen Kesehatan RI Direktorat Jenderal Pelayanan Medik. Pedoman penggolongan dan diagnosis gangguan jiwa di Indonesia III. 1st ed. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia; 1993.

Share your thoughts