Herpes Zoster
Daftar Isi
Definisi
Herpes zoster (HZ) merupakan penyakit infeksi yang disebabkan reaktivasi virus cacar air – Varicella zoster virus (VZV) pada kulit dan mukosa setelah infeksi primer.1
Sinonim: HZ
Gejala Klinis
Gejala klinis herpes zoster adalah sebagai berikut. 1
- Lesi baru timbul selama 1-4 hari, terkadang mencapai +/- 1 minggu
- Gejala prodromal (awal) berupa nyeri dan parestesi di kulit sebelum akhirnya terjadi erupsi kulit dengan rasa gatal, panas, pedih, nyeri tekan, hingga rasa seperti ditusuk-tusuk. Gejala dapat disertai dengan malaise (lemas), gejala flu yang akan menghilang setelah erupsi kulit.
- Kelainan kulit diawali dengan lesi makulopapular eritematosa (bercak kemerahan) kemudian menjadi vesikel berkelompok dengan eritematosa (lenting kemerahan) dan edema (bengkak). Vesikel berisi cairan jernih namun dapat menjadi pustul dan krusta (bintil-bintil nanah) dalam 7-10 hari
- Lokasi unilateral (satu sisi) dan berada di sekitar daerah persarafan tertentu
Gambar 1. Kiri: lesi awal, tampak lenting dengan bercak kemerahan. Kanan: Lesi lanjutan yang sudah terinfeksi, membentuk bintil-bintil nanah.
Etiologi
Varicella zoster virus (VZV). Virus ini menular melalui kontak langsung atau inhalasi. 2
Patogenesis & Patofisiologi
Herpes zoster terjadi didahului dengan Varisela (Cacar Air). Selama pasien mengalami Varisela, VZV berpindah dari lesi di kulit dan permukaan mukosa menuju dekat ujung saraf sensorik lalu naik dan inaktif di dalam saraf. VZV akan membentuk infeksi laten (tidak aktif) yang akan bertahan seumur hidup di ganglia sensorik. Herpes Zoster paling sering terjadi pada dermatom dimana terjadi lenting terbanyak saat pasien mengalami cacar air.
Sebenarnya, reaktivasi virus bersifat sporadis dan jarang. Mekanisme reaktivasi virus belum jelas namun dikaitkan dengan penurunan kekebalan tubuh: stres emosional, penggunaan obat-obatan, penyakit kronik, dan keganasan. Ketika sistem imun turun pada tingkat kritis, virus akan reaktivasi. Virus bereplikasi dan menyebar di dalam ganglion sehingga terjadi nekrosis neuron dan inflamasi. Proses ini sering disertai dengan neuralgia yang parah. VZV kemudian menyebar menyusuri saraf sensorik dan dilepaskan dari ujung saraf sensorik ke kulit sehingga menghasilkan karakteristik sekelompok vesikel.2
Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik dengan gambaran lesi kulit yang khas (vesikel berkelompok, nyeri, lokasi dermatomal mengikuti persarafan). Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan adalah :
- Tzanck test fada fase erupsi vesikel (kemunculan lenting terbanyak). Diambil cairan dari lenting, untuk mendapatkan gambaran sel datia berinti banyak.1,3
Tata Laksana1
Antivirus
- Asiklovir oral 5×800 mg/hari selama 7-10 hari
Dosis asiklovir anak <12 tahun 30 mg/kgBB/hari selama 7 hari, anak >12 tahun 60 mg/kgBB/hari selama 7 hari
- Valasiklovir 3×1000 mg/hari selama 7 hari
- Famsiklovir 3×250 mg/hari selama 7 hari
Simptomatik
- Nyeri ringan : parasetamol 3×500 mg/hari atau NSAID
- Nyeri sedang-berat : kombinasi dengan tramadol atau opioid ringan
Topikal
- Bedak salisil 2% untuk mencegah vesikel pecah atau bedak kocok kelamin untuk nyeri dan gatal
- Kompres terbuka dengan larutan antiseptik dan krim antiseptik/antibiotik bila vesikel pecah
- Jika timbul luka diberikan krim/salep antibiotik
Vaksinasi
Menggunakan virus VSV hidup yang dilemahkan dosis tunggal, direkomendasikan untuk usia di atas 50 tahun baik yang sudah memiliki riwayat varisela atau belum. Vaksin tidak boleh diberikan pada pasien imunokompromais.
Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi adalah neuralgia pascaherpetik yaitu rasa nyeri yang timbul pada daerah bekas penyembuhan lebih dari 1 bulan setelah infeksi terjadi. Komplikasi ini biasanya terjadi pada pasien berusia di atas 40 tahun. 1,3
Komplikasi lain dapat dilihat pada tabel berikut.2
Kulit | Organ | Neurologis |
Infeksi bakteri
Jaringan parut Zoster gangrenosum Diseminasi kulit |
Pneumonitis
Esophagitis Pericarditis Arthritis |
Meningoencephalitis
Kelemahan saraf kranial Kehilangan rangsang sensorik Tuli Komplikasi pada mata |
Lihat juga seputar penyakit infeksi di sini.
Referensi
- Herpes zoster. In : Panduan praktik klinis bagi dokter spesialis kulit dan kelamin di Indonesia. PERDOSKI; 2017. p. 61-2.
- Oxman MN, Schmader KE. Varicella and herpes zoster. In : Fitzpatricks dermatology in general medicine. 8th ed. Mc-Graw Hill;2012. p.2383-8.
- Menaldi SL, Bramono K, Indriatmi W. Ilmu penyakit kulit dan kelamin. 7th ed. Jakarta: Badan penerbit FKUI;2014.