Hiperemesis Gravidarum

Definisi

Hiperemesis gravidarum (HG) adalah kondisi kompleks dengan etiologi multifaktorial yang ditandai dengan mual dan muntah berat yang sulit disembuhkan.1 Hiperemesis gravidarum mengacu pada muntah yang parah selama kehamilan yang menyebabkan penurunan berat badan dan penurunan volume, yang menyebabkan ketonuria dan/atau ketonemia.Kondisi ini dapat menyebabkan penurunan volume, elektrolit dan ketidakseimbangan asam basa, kekurangan nutrisi, bahkan kematian.3

Gejala Klinis

Gejala dari HG yang paling sering adalah mual di pagi hari. mual dan muntah pada kehamilan atau nausea and vomiting of pregnancy (NVP) memang umum terjadi. akan tetapi, NVP biasanya dimulai dalam 4 minggu setelah periode menstruasi terakhir pada kebanyakan pasien lalu mencapai puncaknya antara usia kehamilan 10-16 minggu dan biasanya hilang setelah 20 minggu. Berbeda halnya dengan HG di mana mual dan muntah terus dialami atau bahkan baru terjadi setelah 22 minggu kehamilan. Selain mual dan muntah yang parah, 60% wanita dengan HG mengalami kelebihan air liur. Pasien juga mungkin mengeluhkan gejala gastroesofagus, seperti ketidaknyamanan retrosternal dan mulas.4

Pada pemeriksaan fisik, wanita dengan HG mungkin menunjukkan bukti dehidrasi dan ortostasis. Sebagai perbandingan, kebanyakan wanita dengan NVP memiliki tanda-tanda vital normal dan pemeriksaan fisik normal. Walaupun demikiran, pemeriksaan abdomen harus dilakukan dengan teliti untuk menyingkirkan peritonitis dan penyebab mual dan muntah intra-abdominal lainnya. Wanita dengan dugaan HG harus dievaluasi untuk pengecilan dan kelemahan otot, neuropati perifer akibat defisiensi vitamin B6 dan B12, dan perubahan status mental. Baru-baru ini istilah “gestorium sensorium yang berubah” telah diciptakan untuk menggambarkan kerusakan kognitif yang dapat dilihat pada wanita dengan HG karena mual, dehidrasi, malnutrisi/kelaparan, dan kelainan elektrolit serta kurang tidur.4

Faktor Risiko

HG kemungkinan besar merupakan kondisi multifaktorial dan telah dikaitkan dengan banyak faktor risiko. Wanita dengan HG cenderung lebih muda, primipara, orang kulit berwarna, dan cenderung tidak minum alkohol. Sedangkan indeks massa tubuh, merokok, dan status sosial ekonomi tampaknya tidak berbeda secara signifikan antara wanita dengan HG dan mereka yang tidak. Pada sebuah penelitian, ditemukan juga bahwa wanita-wanita yang mendapat skor lebih tinggi pada skala somatisasi (Symptom Checklist-90-Revision) atau memiliki tingkat “tekanan psikologis” yang lebih tinggi memiliki faktor risiko yang lebih untuk mengalami HG. Etnis Asia juga telah dilaporkan sebagai faktor risiko.

Satu studi observasi menunjukkan bahwa wanita dengan HG lebih mungkin memiliki tingkat yang lebih tinggi dari protein plasma terkait kehamilan (PAPP-A) dan human chorionic gonadotropin (hCG) bebas pada trimester pertama dibandingkan dengan kontrol. Konsentrasi serum hCG pada ibu mencapai puncaknya selama trimester pertama, ketika gejala HG seringkali paling buruk. Selain itu, gejala HG seringkali lebih parah pada kehamilan multipel dan kehamilan mola, yang merupakan kondisi yang terkait dengan kadar hCG yang terlalu tinggi. Namun, ada laporan yang bertentangan, dan oleh karena itu hubungan kausal antara HG dan hCG belum bisa ditetapkan. Infeksi Helicobacter pylorimungkin berperan dalam perkembangan HG pada beberapa wanita. Faktor lain yang terlibat dalam etiologi HG termasuk estrogen, stres, depresi, dan kecemasan

Etiologi & Patofisiologi5

Dasar fisiologis hiperemesis gravidarum masih kontroversial. Hiperemesis gravidarum tampaknya terjadi sebagai interaksi kompleks dari faktor biologis, psikologis, dan sosial budaya. Beberapa teori yang diajukan dibahas di bawah ini:

1.Perubahan hormonal

Wanita dengan hiperemesis gravidarum sering memiliki kadar hCG tinggi yang menyebabkan hipertiroidisme sementara. hCG secara fisiologis dapat merangsang reseptor hormon perangsang tiroid (TSH) kelenjar tiroid. Tingkat hCG memuncak pada trimester pertama. Beberapa wanita dengan hiperemesis gravidarum tampaknya mengalami hipertiroidisme klinis. Namun, dalam porsi yang lebih besar (50-70%), TSH tertekan sementara dan indeks tiroksin bebas (T4) meningkat (40-73%) tanpa tanda klinis hipertiroidisme, antibodi tiroid yang bersirkulasi, atau pembesaran tiroid. Pada hipertiroidisme transien hiperemesis gravidarum, fungsi tiroid menjadi normal pada pertengahan trimester kedua tanpa pengobatan antitiroid. Hipertiroidisme dan antibodi tiroid yang jelas secara klinis biasanya tidak ada

Sebuah laporan tentang keluarga unik dengan hipertiroidisme kehamilan berulang yang terkait dengan hiperemesis gravidarum menunjukkan mutasi pada domain ekstraseluler reseptor TSH yang membuatnya responsif terhadap kadar hCG normal. Dengan demikian, kasus hiperemesis gravidarum dengan hCG normal mungkin disebabkan oleh isotipe hCG yang bervariasi.

Korelasi positif antara tingkat peningkatan hCG serum dan kadar T4 bebas telah ditemukan, dan tingkat keparahan mual tampaknya terkait dengan tingkat stimulasi tiroid. hCG mungkin tidak terlibat secara independen dalam etiologi hiperemesis gravidarum tetapi mungkin terlibat secara tidak langsung oleh kemampuannya untuk merangsang tiroid. Untuk pasien ini, kadar hCG dikaitkan dengan peningkatan kadar imunoglobulin M, komplemen, dan limfosit. Dengan demikian, proses kekebalan mungkin bertanggung jawab atas peningkatan sirkulasi hCG atau isoform hCG dengan aktivitas tiroid yang lebih tinggi. Kritik terhadap teori ini mencatat bahwa (1) mual dan muntah bukanlah gejala hipertiroidisme yang biasa, (2) tanda hipertiroidisme biokimia tidak universal dalam kasus hiperemesis gravidarum, dan (3) beberapa penelitian telah gagal untuk menghubungkan keparahan gejala dengan kelainan biokimia.

Beberapa penelitian mengaitkan kadar estradiol yang tinggi dengan tingkat keparahan mual dan muntah pada pasien yang sedang hamil, sementara penelitian lain tidak menemukan korelasi antara kadar estrogen dan tingkat keparahan mual dan muntah pada wanita hamil. Intoleransi sebelumnya terhadap kontrasepsi oral dikaitkan dengan mual dan muntah selama kehamilan. Progesteron juga mencapai puncaknya pada trimester pertama dan menurunkan aktivitas otot polos; Namun, penelitian gagal untuk menunjukkan hubungan antara kadar progesteron dan gejala mual dan muntah pada wanita hamil. Lagiou et al mempelajari secara prospektif 209 wanita dengan mual dan muntah yang menunjukkan bahwa kadar estradiol berkorelasi positif sementara kadar prolaktin berbanding terbalik dengan mual dan muntah pada kehamilan dan tidak ada korelasi dengan estriol, progesteron, atau globulin pengikat hormon seks.

2. Disfungsi gastrointestinal

Sistem saraf yang menggerakkan peristalsis organ pencernaan menyebabkan kontraksi peristaltik ritmik perut. Aktivitas mioelektrik yang tidak normal dapat menyebabkan berbagai disritmia lambung, termasuk takigastria dan bradigastria. Disritmia lambung telah dikaitkan dengan mual di pagi hari. Kehadiran disritmia dikaitkan dengan mual sementara aktivitas mioelektrik normal hadir tanpa adanya mual. Mekanisme yang menyebabkan disritmia lambung meliputi peningkatan kadar estrogen atau progesteron, gangguan tiroid, kelainan tonus vagal dan simpatis, dan sekresi vasopresin sebagai respons terhadap gangguan volume intravaskular. Banyak dari faktor-faktor ini muncul pada awal kehamilan. Faktor patofisiologis ini diduga lebih parah atau mengenai saluran cerna yang lebih sensitif terhadap perubahan saraf / humoral pada mereka yang mengalami hiperemesis gravidarum.

Tingkat hormon kenyang usus plasma peptida YY (PYY) dan polipeptida pankreas (PP) mungkin berperan dalam hiperemesis gravidarum dan perubahan berat badan terkait kehamilan. Dalam studi kasus-kontrol prospektif dari 60 wanita (30 wanita dengan hiperemesis gravidarum, 30 wanita kontrol), Köşüş dkk menemukan bahwa wanita yang terkena dampak secara signifikan meningkatkan PYY plasma dan tingkat PP relatif terhadap kelompok kontrol, dan bahwa tingkat PP adalah faktor diagnostik dan prognostik terpenting dari hiperemesis gravidarum.

3. Disfungsi hati

Studi fungsi hati yang abnormal dicatat pada sekitar 3% kehamilan, dan penyakit terkait kehamilan adalah penyebab paling sering dari disfungsi hati selama kehamilan. Tampaknya ada kejadian penyakit hati yang spesifik pada trimester selama kehamilan.

Penyakit hati, biasanya berupa peninggian transaminase serum ringan, terjadi pada hampir 50% pasien dengan hiperemesis gravidarum. Penurunan oksidasi asam lemak mitokondria (FAO) telah diduga berperan dalam patogenesis penyakit hati ibu yang terkait dengan hiperemesis gravidarum. Telah disarankan bahwa wanita heterozigot untuk defek FAO mengembangkan hiperemesis gravidarum yang terkait dengan penyakit hati saat membawa janin dengan defek FAO karena akumulasi asam lemak di plasenta dan generasi berikutnya dari spesies oksigen reaktif. Atau, ada kemungkinan bahwa kelaparan yang mengarah ke lipolisis perifer dan peningkatan beban asam lemak dalam sirkulasi ibu-janin, dikombinasikan dengan penurunan kapasitas mitokondria untuk mengoksidasi asam lemak pada ibu heterozigot untuk defek FAO, juga dapat menyebabkan hiperemesis gravidarum dan cedera hati sementara  janin yang dikandung tidak terpengaruh.

4. Gangguan metabolisme

Gangguan metabolisme mungkin berperan dalam patogenesis hiperemesis gravidarum. Ergin et al mencatat bahwa wanita yang terkena memiliki kekurangan tiol asli dan total, dan kekurangan ini berkorelasi dengan tingkat keparahan penyakit. Mereka mencatat bahwa keseimbangan homeostasis tiol-disulfida serum dinamis bergeser ke sisi oksidatif.

5. Perubahan lipid

Jarnfelt-Samsioe et al menemukan kadar trigliserida, kolesterol total, dan fosfolipid yang lebih tinggi pada wanita dengan hiperemesis gravidarum dibandingkan dengan kontrol yang cocok, tidak muntah, hamil dan tidak hamil. Hal ini mungkin terkait dengan kelainan fungsi hati pada ibu hamil. Namun, Ustun et al menemukan penurunan kadar kolesterol total, kolesterol LDL, apoA dan apoB pada wanita dengan hiperemesis gravidarum dibandingkan dengan kontrol.

6. Infeksi

Helicobacter pylori adalah bakteri yang ditemukan di perut yang dapat memperburuk mual dan muntah selama kehamilan. Studi telah menemukan bukti yang bertentangan tentang peran H pylori dalam hiperemesis gravidarum. Studi terbaru di Amerika Serikat belum menunjukkan hubungan dengan hiperemesis gravidarum. Namun, mual dan muntah yang menetap setelah trimester kedua mungkin disebabkan oleh tukak lambung aktif yang disebabkan oleh infeksi H. pylori.

7. Vestibular dan olfaksi

Hiperakuitas sistem penciuman dapat menjadi faktor penyebab mual dan muntah selama kehamilan. Banyak ibu hamil melaporkan bau masakan, terutama daging, sebagai pemicu mual. Kesamaan yang mencolok antara hiperemesis gravidarum dan mabuk perjalanan menunjukkan bahwa gangguan vestibular subklinis dapat menyebabkan beberapa kasus hiperemesis gravidarum.

8. Genetik

Dalam studi yang meneliti hubungan keluarga dari hiperemesis gravidarum, penelitian menunjukkan kemungkinan aspek genetik untuk hiperemesis. Sebuah penelitian dilakukan dengan mengamati 544.087 kehamilan dari catatan kelahiran wajib Norwegia dari tahun 1967-2005. Studi ini menunjukkan bahwa anak perempuan yang lahir dari kehamilan dengan komplikasi hiperemesis memiliki risiko 3% mengalami hiperemesis pada kehamilannya sendiri. Wanita yang lahir setelah kehamilan tidak terpengaruh memiliki risiko 1,1%. [28] Dalam survei yang dilakukan pada ibu yang mengalami kehamilan dengan komplikasi hiperemesis, tingkat hiperemesis yang lebih tinggi dilaporkan terjadi di antara kerabat mereka. Ini khususnya terjadi pada saudara perempuan mereka.

Secara keseluruhan, data menunjukkan bahwa kecenderungan genetik mungkin berperan dalam perkembangan hiperemesis gravidarum.

9. Penelitian biokimia

Hiperemesis gravidarum dikaitkan dengan aktivasi berlebihan saraf simpatis dan peningkatan produksi tumor necrosis factor (TNF) -alpha. [30] Peningkatan kadar adenosin juga telah dicatat; karena adenosin adalah penekan yang mapan dari aktivasi saraf simpatis yang berlebihan dan produksi sitokin, peningkatan adenosin plasma pada hiperemesis gravidarum dapat bersifat modulatori. [31] Sitokin turunan trofoblas telah dilaporkan menyebabkan sekresi hCG.

Imunoglobulin C3 dan C4 serta jumlah limfosit secara signifikan lebih tinggi pada wanita dengan hiperemesis gravidarum. Keseimbangan T-helper 1 / T-helper 2 menurun pada wanita dengan hiperemesis gravidarum, yang mengakibatkan peningkatan imunitas humoral. Peningkatan DNA janin ditemukan dalam plasma ibu dengan hiperemesis gravidarum, dan peningkatan DNA diduga berasal dari trofoblas yang telah dihancurkan oleh sistem imun ibu yang hiperaktif. Dengan demikian, hiperemesis gravidarum dapat dimediasi oleh penyimpangan imunologis pada kehamilan.

Dalam studi yang lebih baru, Biberoglu dkk menyarankan bahwa perubahan peroksidasi lipid dan aktivasi sel T mungkin menjadi penyebab atau reaksi kompensasi terhadap hiperemesis gravidarum. [36] Investigasi mencatat peningkatan yang signifikan dari serum  malondialdehid (MDA) dan  glutation peroksidase (GPx) pada 40 wanita hamil dengan hiperemesis gravidarum dibandingkan dengan 40 wanita hamil sehat yang tidak terpengaruh.

10.Masalah psikologis

Perubahan fisiologis yang terkait dengan kehamilan berinteraksi dengan keadaan psikologis dan nilai budaya setiap wanita. Respon psikologis dapat berinteraksi dengan dan memperburuk fisiologi mual dan muntah selama kehamilan. Meskipun demikian, hiperemesis gravidarum biasanya merupakan penyebab, bukan akibat, stres psikologis. Dalam kasus yang sangat tidak biasa, kasus hiperemesis gravidarum dapat mewakili penyakit kejiwaan, termasuk gangguan konversi atau somatisasi atau depresi beratv.

Diagnosis2

Tidak ada definisi tunggal yang diterima untuk HG. Diagnosis klinis hanya merujuk pada kasus mual dan muntah yang ekstrem selama kehamilan. Kriteria untuk diagnosis termasuk muntah yang menyebabkan dehidrasi yang signifikan (sebagaimana dibuktikan dengan ketonuria atau kelainan elektrolit) dan penurunan berat badan (setidaknya 5% dari berat badan sebelum kehamilan pasien) tanpa penyebab patologis lain yang mendasari muntah. Nyeri abdomen yang signifikan, nyeri panggul, atau perdarahan vagina harus segera diperiksakan untuk meninjau kemungkinan diagnosis lain.4

Evaluasi diagnosis harus mencakup urinalisis untuk memeriksa ketonuria dan berat jenis, serta hitung darah lengkap (CBC) dan evaluasi elektrolit. Peningkatan hemoglobin atau hematokrit mungkin terjadi karena disebabkan oleh hemokonsentrasi dalam pengaturan dehidrasi. Dehidrasi yang signifikan dapat menyebabkan cedera ginjal akut yang dibuktikan dengan peningkatan kreatinin serum, nitrogen urea darah, dan penurunan filtrasi glomerulus. Kalium, kalsium, magnesium, natrium, dan bikarbonat dapat dipengaruhi oleh muntah yang berkepanjangan dan berkurangnya asupan cairan oral. Tes tiroid, lipase, dan tes fungsi hati juga dapat diselesaikan untuk mengevaluasi diagnosis alternatif.4

Pemeriksaan radiografi juga dapat digunakan tetapi lebih tepat untuk menyingkirkan diagnosis alternatif. USG kebidanan dapat dipertimbangkan untuk menyingkirkan kehamilan multipel, kehamilan ektopik, dan penyakit trofoblas gestasional tergantung pada riwayat pasien dan evaluasi obstetris sebelumnya. Magnetic Resonance Imaging (MRI) dapat digunakan untuk menilai diagnosis alternatif, seperti usus buntu.4

Diagnosis Diferensial

Diagnosis hiperemesis gravidarum bersifat klinis dan sebagian besar merupakan diagnosis eksklusi. Daftar diagnosis banding yang potensial untuk pasien dengan gejala serupa dapat mencakup: 4

  1. Kelainan gastrointestinal
    1. Gastroenteritis
    2. Kolesistitis
    3. Gastroesophageal reflux disease
    4. Pankreatitis
    5. Apendisitis
    6. Ulkus peptikum/tukak lambung
    7. Hepatitis
    8. Gastroparesis
    9. Obstruksi pencernaan
  2. Kelainan endokrin dan metabolik
    1. Hipertiroidisme
    2. Hiperparatiroidisme
    3. Hiperkalsemia
    4. Diabetes ketoasidosis
  3. Kelainan genitourinaria dan ginjal
    1. Nefolithiasis
    2. Pyelonefritis
  4. Uremia
    1. Torsio ovarium
  5. Kelainan Neurological
    1. Migrain
    2. Pseudotumor serebri
    3. Tumor pada sistem saraf pusat
    4. Penyakit vestibular
  6. Kelainan Psychiatric
    1. Kelainan penggunaan zat: intoksikasi penarikan alkohol, penarikan opioid, sedative/hypnotic/anxiolytic withdrawal, stimulant intoxication
    2. Cannabinoid hyperemesis syndrome
    3. Eating disorders: anorexia nervosa, bulimia
    4. Sindrom diskontinuasi antidepresan
  7. Lainnya
    1. Obat-obatan—antiaritmia, antihipertensi, narkotika, antikonvulsan, antibiotik, suplementasi besi
    2. Cyclic vomiting syndrome4

Tata Laksana

Tujuan dari terapi dalam HG adalah untuk memperbaiki gejala pada ibu dan juga meminimalisasi risiko pada ibu dan fetus. Sistem penilaian yang tervalidasi digunakan dalam studi-studi tata laksana untuk membantu mengukur keparahan gejala dan perbaikan setelah intervensi. The Pregnancy Unique Quantification of Emesis (PUQE)-24 memperkirakan gejala mual dan muntah selama 24 jam. Kuesioner Hyperemesis Impact of Symptoms didesain untuk memperkirakan dampak dari HG dengan melihat gejala fisik maupun psikososial.

Tata laksana dari HG dapat dibagi menjadi 3 kategori:

1.Tata laksana lini pertama

1.Jahe

Studi in vitro pada jahe menunjukkan metabolit aktif pada jahe memiliki efek antagonis pada reseptor serotonergic 5-hidroksitriptamin Tipe 3 (5-HT3) dan kolinergik. Jahe juga membantu menstimulasi motilitas saluran gastrointestinal dan meningkatkan sekresi garam empedu dan asam lambung. Jahe juga memiliki efek yang optimal untuk gejala mual dan muntah ringan hingga sedang.

2. Akupuntur dan Akupresur

Akupresur adalah bentuk dari ilmu kedokteran yang mengaplikasikan tekanan pada area tubuh yang spesifik untuk mengaktivasi saraf mielin pada otot. Kemudian saraf ini akan mengantarkan stimulasi kepada sistem saraf pusat, termasuk kordasfinalis dan otak. Stimulasi pada nervus medianus pada perikardium 6 (P6 atau neiguan) dengan menempatkan tekanan pada aspek ventral dari pergelangan tangan dapat meringankan gejala NVP.

Akupuntur memiliki efek samping yang kecil sehingga sering digunakan untuk derajat ringan hingga sedang NVP.

2. Tata laksana lini kedua

  1. Vitamin B6

Vitamin B6 (pyridoxine) dan vitamin B6 dengan doxylamine diberikan dengan dosis 10-25 mg per 8 jam untuk mengurangi gejala NVP. Kombinasi formulasi dari vitamin B6 dari doxylamine disebut Diclegis . Diclegis direkomendasikan untuk menjadi pilihan pertama dalam tata laksana NVP karena memiliki tingkat keamanan dan efikasi yang tinggi.

2.  Antihistamin

Antihistamin dapat diberikan untuk mengurangi mual dan muntah yag disebabkan oleh sistem vestibular dan menurunkan stimulasi pada pusat muntah. Inhibisi dari reseptor muskarinik juga bisa memproduksi efek antiemetik.

3.    Antagonis Dopamin

Antagonist dopamine perifer maupun sentral biasanya digunakan untuk menjadi penanganan dari mual dan muntah. Beberapa contoh obatnya adalah metoklopramide, derivatif fenotiazin, dan prokloroperazin. Metoklopramide dapat memperbaiki mual dan muntah dengan menjadi antagonis dari reseptor D2 pada zona rangsang kemoreseptor di sistem saraf pusat. Pada dosis yang tinggi, metoklopramide juga dapat menjadi antagonis dari 5-HT3. Derivatif prometazin bekerja sebagai antagonis D2 dan memiliki aktivitas antihistamin dengan memblokir reseptor H1.

3. Tata Laksana Lini Ketiga

  1. Corticosteroids

Corticosteroids biasanya diberikan bersamaan dengan antagonis 5-HT3 untuk menangani mual dan muntah pada pasien kemoterapi. Wanita dengan HD yang dirawat di ICU menunjukkan adanya perbaikan mual dan muntah dengan pemberian kortikosteroid dalam 3 hari.

2.   Transdermal Clonidine

Obat ini memberikan perbaikan, baik pada skor PUQE maupun pada skor VAS. Efek samping dari obat ini adalah menurunkan tekanan darah, tetapi tidak ada kejadian merugikan bagi fetus maupun defek kelahiran.

3.   Gabapentin

Gabapentin memiliki efek samping dizziness dan mengantuk, serta ditemukan juga ditemukan adanya defek kongenital pada beberapa kasus.

Selain itu, nutrisi juga memiliki peran penting. Nutrisi yang tidak terpenuhi dapat memicu terjadinya HG, termasuk dehidrasi, gangguan keseimbangan elektrolit, ketonuria, defisiensi nutrien, dan penurunan berat badan. Pemberian nutrisi pada janin hanya bergantung pada status nutrisi ibu. Malnutrisi ibu memiliki hubungan dengan peningkatan risiko perburukan hasil akhir janin, termasuk BBLR dan hambatan pertumbuhan intrauterina. Oleh karena itu, terapi nutrisi merupakan komponen penting dari rencana perawatan untuk pasien HG.

Kebutuhan nutrisi kalori tambahan dibutuhkan selama kehamilan untuk mendukung pertumbuhan janin, plasenta, dan cairan ketuban. Risiko kekurangan nutrisi yang paling tinggi selama kehamilan adalah mikronutrien. Rekomendasi asupan mikronutrien dapat dilihat pada tabel 1 di bawah ini. Untuk wanita dengan HG yang memerlukan rehidrasi IV, multivitamin dan asam folat harus ikut diberikan.

Tabel 1. Kebutuhan mikronutrien pada masa kehamilan4

Muntah yang terus menerus berujung ada penurunan selera makan dan asupan kalori yang tidak tercukupi. Akibatnya, wanita dengan HG sulit memenuhi standar kenaikan berat badan selama kehamilan. Karena perubahan berat badan maternal sangat memngaruhi kesehatan bayi, maka perubahan berat badan harus selalu dimonitor. Kadar natrium darah dan osmolalitas plasma harus ditinjau juga saat pemeriksaan fisik. Kenaikan berat badan yang ideal dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel 2. Tabel rekomendasi penambahan berat badan saat kehamilan sesuai BMI4

Rekomendasi diet untuk wanita HG mirip dengan penanganan mual dan muntah pada umumnya, yaitu dengan mengonsumsi makanan dengan porsi kecil, tetapi sering. Makanan yang direkomendasikan adalah tinggi protein, tawar, dan tidak berbau. Makanan dalam porsi sering, tetapi kecil, bisa membantu mencegah hipoglikemi dan distensi berlebih pada lambung.

Pasien dengan HG ynag tidak bisa memakan makanan secara oral dan menglami dehidrasi perlu untuk ditata laksana dengan cairan IV. Tata laksana ini tidak hanya membantu memperbaiki status cairan, tetapi juga gejala mual dan muntahnya. Defisiensi tiamin menjadi salah satu akibat muntah yang berlebihan, asupan makanan yang buruk, dan peningkatan kebutuhan glukosa. Defisiensi tiamin dapat terjadi dalam 2-3 minggu setelah muntah terus-menerus. Apabila defisiensi tiamin tidak segera diperbaiki dengan pemberian cairan berbasis dextrosa, maka pasien akan dapat mengalami ensefalopati Wernicke. IV thiamin 100-500 mg / hari, pengisian kalium, magnesium, dan fosfor yang dipandu oleh pemantauan laboratorium standar juga harus diberikan perhatian saat merehidrasi pasien dengan HG.

Dukungan nutrisi harus dimulai pada wanita dengan HG yang terus menurunkan berat badan dan tidak responsif terhadap perawatan farmakologis dan nonfarmakologis.  Keputusan untuk memulai nutrisi enteral (EN) atau nutrisi parenteral (PN) harus bersifat individual dan mempertimbangkan kebutuhan usia gestasi dan komorbiditas. Alur penanganan nutrisi pada pasien HG dapat dilihat pada gambar 1.

Gambar 1. Algoritma rute nutrisi suportif untuk pasien HG4

Komplikasi2

Hiperemesis gravidarum dapat menyebabkan komplikasi pada dua individu, baik maternal maupun fetal

1.     Komplikasi Ibu

Pada kasus hiperemesis yang parah, komplikasi termasuk defisiensi vitamin, dehidrasi, dan malnutrisi jika tidak ditangani dengan tepat. Ensefalopati Wernicke, yang disebabkan oleh kekurangan vitamin B1, dapat menyebabkan kematian dan cacat permanen jika tidak diobati. Selain itu, ada laporan kasus cedera sekunder akibat muntah yang kuat dan sering, termasuk ruptur esofagus dan pneumotoraks. Kelainan elektrolit seperti hipokalemia juga dapat menyebabkan morbiditas dan mortalitas yang signifikan. Selain itu, pasien dengan hiperemesis mungkin memiliki tingkat depresi dan kecemasan yang lebih tinggi selama kehamilan.

2.     Komplikasi Janin

Studi melaporkan informasi yang bertentangan mengenai kejadian berat lahir rendah dan bayi prematur dalam pengaturan mual dan muntah pada kehamilan. Namun, penelitian belum menunjukkan hubungan antara hiperemesis dan kematian perinatal atau neonatal. Frekuensi kelainan kongenital tampaknya tidak meningkat pada pasien dengan hiperemesis

Referensi

  1. McCarthy FP, Lutomski JE, Greene RA. Hyperemesis gravidarum: current perspectives. Int J Womens Health. 2014;6:719-725. Published 2014 Aug 5. doi:10.2147/IJWH.S37685
  2. Jennings LK, Krywko DM. Hyperemesis Gravidarum. [Updated 2020 Sep 4]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2020 Jan-. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK532917/
  3. Austin K, Wilson K, Saha S. Hyperemesis Gravidarum. Nutrition in Clinical Practic 2019 Apr;34(2):226-41.doi:10.1002/ncp.10205 (pdf)
  4. Abramowitz A, Miller ES, Wisner KL. Treatment options for hyperemesis gravidarum. Arch Womens Ment Health. 2017;20(3):363-372. doi:10.1007/s00737-016-0707-4
  5. https://emedicine.medscape.com/article/254751-overview#a1

Share your thoughts