Implantasi Koklea: Solusi Nyata bagi Tunarungu
Pesatnya perkembangan teknologi membawa harapan besar bagi penyandang tunarungu

Dewasa ini, berbagai jenis alat untuk membantu pendengaran mulai banyak dikenal oleh masyarakat Indonesia. Meskipun begitu, masih banyak masyarakat yang tidak dapat membedakan berbagai alat yang beredar. Secara umum, masyarakat lebih mengenal hearing aid (alat bantu dengar) dibandingkan implan koklea. Masyarakat juga seringkali memiliki persepsi yang salah terkait kedua alat ini. Padahal, keduanya sangat berbeda.
Hearing aid bekerja dengan cara membantu memperbesar suara yang masuk. Sedangkan implant koklea bekerja lebih jauh dari itu. Implan koklea akan menerjemahkan suara akustik yang diterima penggunanya menjadi suatu sinyal elektrik dengan melewati bagian telinga yang mengalami kerusakan. Hal ini membuat implan koklea diyakini lebih efektif untuk mengatasi gangguan dengar yang lebih berat. Walaupun begitu, implant koklea juga dapat digunakan untuk penderita gangguan dengar ringan.
Implan koklea memiliki bagian luar dan bagian dalam yang terdiri atas mikrofon, prosesor suara, penerima suara, dan elektroda. Elektroda inilah yang menjadi pengganti fungsi koklea pada telinga dalam. Karena bekerja pada telinga bagian dalam, implan koklea harus dipasang melalui prosedur operasi. Prosedur pemasangan implan koklea serupa dengan tindakan operasi pada umumnya. Pemberian anestesi dilakukan pada awal prosedur. Selanjutnya, elektroda akan diinsersi pada koklea dan penerima suara akan diletakkan di bawah kulit pada bagian belakang telinga. Prosedur ini dapat menyebabkan komplikasi berupa infeksi pada lokasi pembedahan. Akan tetapi, efek samping ini jarang terjadi jika rumah sakit memiliki protokol sterilisasi yang baik dan memenuhi standar. Meskipun begitu, upaya preventif tetap harus dilakukan oleh pasien dan pihak rumah sakit.
Implantasi koklea telah dilakukan di Indonesia pada ribuan penyandang tunarungu. Indonesia pertama kali menerapkan teknologi ini pada tahun 2009 terhadap penderita tunarungu laki-laki berusia 9 tahun. Sebagian besar penderita gangguan dengar yang melakukan implan koklea telah mengalami perbaikan pendengaran sehingga dapat mendengar dengan baik. Gendang telinga penyandangnya pun tetap utuh dan tidak terjadi efek samping yang mengganggu. Dengan demikian, implan koklea telah terbukti aman untuk digunakan bagi anak maupun dewasa.
Mengingat pentingnya perkembangan otak pada masa kanak-kanak, penggunaan alat bantu dengar harus dilakukan sesegera mungkin. Implan koklea paling optimal diberikan pada tiga tahun pertama kehidupan. Dengan intervensi yang cepat, anak umumnya dapat belajar untuk berbicara dengan normal. Alat ini juga akan membantu penyandang tunarungu untuk dapat membedakan suara, mendengarkan suara melalui telepon, mendengarkan musik, atau melakukan percakapan secara langsung.
Terlepas dari segala keuntungan penggunaan implan koklea, sebagian masyarakat masih ragu untuk melakukan implantasi. Hal ini disebabkan oleh minimnya pengetahuan mengenai alat dan kendala biaya. Di Indonesia, pemasangan implan koklea membutuhkan evaluasi khusus dari dokter spesialis THT (Telinga, Hidung, dan Tenggorokan) dan tindakan operasi yang memakan biaya 200-500 juta rupiah untuk satu unit. Namun, saat ini pemerintah telah menanggung biaya implantasi koklea dengan BPJS. Dengan adanya bantuan BPJS, diharapkan implan koklea dapat lebih banyak digunakan untuk meningkatkan kualitas hidup para penderita tunarungu. laurentia
Referensi:
- Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Implan Koklea, Harapan Baru Bagi Tunarungu. 2009 Jul 16 [cited 2021 Aug 20]. Available from: https://www.kemkes.go.id/article/print/290/implan-koklea-harapan-baru-bagi-tunarungu.html.
- National Institute in Deafness and Other Communication Disorders. Cochlear Implants. 2021 Mar 24 [cited 2021 Aug 20]. Available from: https://www.nidcd.nih.gov/health/cochlear-implants.
Penulis: Laurentia Yamin
Editor: Izzati Diyanah