Indonesia Bebas Pasung: Gerakan Mengembalikan Kemanusiaan

dr. Suryo Dharmono, Sp.KJ(K)Suryo Dharmono, Sp.KJ(K), merupakan seorang dokter spesialis kesehatan jiwa dari departemen psikiatri RS Katolik St. Carolus. Dokter kelahiran Magelang ini memulai pendidikan kedokterannya pada tahun 1988. Pada tahun 1996, ia memutuskan untuk melanjutkan pendidikan kedokteran di bidang psikiatri. Hingga saat ini, Suryo aktif mengikuti berbagai gerakan untuk memajukan psikiatri komunitas.

Awal Mula Menekuni Psikiatri

Keputusan pria kelahiran Magelang ini untuk menekuni psikiatri muncul saat dirinya masih bekerja sebagai seorang dokter umum. Setelah bertemu dengan berbagai pasien, ia mulai menyadari bahwa aspek psikososial dari pasien sering terabaikan. Banyak pasien yang telah teratasi penyakitnya secara fisik, diabaikan aspek jiwanya. Menurutnya, seorang dokter harus memberikan perhatian yang seimbang terhadap aspek fisik dan mental dari pasien. “Kita sebagai dokter untuk manusia sakit, bukan untuk penyakit,” tutur Suryo. Berbagai tantangan dalam psikiatri, seperti teori yang terus menerus berubah dan sulitnya mengedukasi masyarakat, juga memberikan dorongan terhadap Suryo untuk mendalami psikiatri.

Menurut Suryo, stigma dan pemahaman buruk dari masyarakat terhadap orang dengan gangguan jiwa merupakan kendala utama pada upaya memajukan kesehatan mental. Diabetes, stroke, dan penyakit-penyakit kronis lain sudah mendapatkan berbagai dukungan dari masyarakat dan pemerintah, serta pengertian yang cukup baik dari masyarakat awam. Hal ini sangat berbeda dengan gangguan jiwa yang terkesan tidak dapat disembuhkan bagi sebagian besar orang. Upaya edukasi untuk kesehatan jiwa masih harus ditingkatkan agar pendekatan medis terhadap gangguan jiwa dapat dilakukan dengan lebih baik.

Perjalanan Mengatasi Pasung di Komunitas

Demi membentuk persepsi yang baik terhadap kesehatan jiwa, Suryo memutuskan untuk menggeluti psikiatri komunitas. Pengalaman paling berkesan yang ia dapatkan selama menekuni psikiatri komunitas adalah ketika dirinya terlibat dalam gerakan Indonesia Bebas Pasung di Nusa Tenggara Timur. Bagi Suryo, gerakan ini menggambarkan tantangan utama dari psikiatri karena ada stigma dari masyarakat yang buruk terhadap korban pemasungan. Keluarga melakukan pemasungan karena takut terhadap penghakiman dari warga. Upaya melawan pasung merupakan upaya bertahap dalam waktu yang lama. Selama mengikuti gerakan bebas pasung, Suryo terinspirasi oleh seorang pater yang mengabdikan hidupnya untuk korban pasung dengan perlahan-lahan mengedukasi masyarakat agar menerima pengobatan dan melepaskan pasung. Agar hal ini dapat terwujudkan, dibutuhkan kesabaran dan usaha berulang-ulang dalam berkomunikasi dengan masyarakat.

Salah satu pasien yang merupakan korban pasung pernah pulih ketika menjalani pengobatan hingga dapat berinteraksi dengan Suryo layaknya manusia pada umumnya. Kondisi ini sangat berbeda ketika awal bertemu dengan korban pemasungan tersebut. Suryo tidak menyangka kondisi pasien tersebut akan membaik hingga sedemikian rupa, bahkan pasien tersebut sempat memberikan presentasi di Atmajaya mengenai kondisinya. Namun, kejadian tragis menyertai pasien tersebut saat kondisinya kambuh dan mengalami pemasungan kembali yang jauh lebih parah. Tahun lalu, Suryo mendapatkan berita duka bahwa pasien tersebut telah meninggal akibat pemasungan. Berbagai adaptasi perlu dilakukan kembali untuk meneruskan gerakan bebas pasung. Saat itu, salah satu hal yang dilakukan adalah membuat pondok pasung. Di dalam pondok ini, pasien tidak perlu dipasung di daerah kaki dan lebih bebas bergerak. Awalnya Suryo tidak yakin tindakan ini dapat memberikan perbedaan yang signifikan karena pasung tetaplah pasung. Namun, ternyata langkah sederhana ini mampu membuat pemulihan pasien berlangsung lebih baik. Ketika Suryo mengunjungi pasien di dalam pondok, ia terkejut dengan perkembangan kesehatan jiwa pasien. Perlahan-lahan pemasungan dibuat menjadi lebih manusiawi dengan harapan akhirnya pemasungan dapat dihentikan.

Gerakan Indonesia Bebas Pasung bukanlah gerakan yang mudah dilakukan. Pasung merupakan salah satu permasalahan di bidang psikiatri komunitas yang kurang mendapatkan perhatian dan masih dipraktikkan pada daerah-daerah terpencil. Salah satu alasan Suryo mengabdikan dirinya pada gerakan ini adalah untuk menetapkan suatu landasan bagi psikiatri komunitas untuk berkembang. Menurut Suryo, bila gerakan yang sulit ini dapat dituntaskan, maka masalah-masalah jiwa lainnya yang lebih mudah tentu dapat diatasi juga. Tantangan ini menjadi sebuah dorongan untuk terus mengabdikan dirinya dalam psikiatri komunitas.

Harapan untuk Masa Depan

Suryo berharap pendidikan untuk calon-calon dokter dapat terus dikembangkan agar ada pendekatan terpadu antara pendekatan terhadap kesehatan fisik dan kesehatan jiwa. Dengan pendekatan ini, pasien juga diharapakan dapat merasa lebih diperhatikan oleh dokter yang melayani. Ia juga berharap masyarakat dan pemerintah dapat memberikan dukungan yang lebih besar untuk mengatasi permasalahan jiwa seperti penyakit-penyakit lainnya karena upaya meningkatkan kesehatan jiwa di masyarakat bukanlah upaya yang mudah.

Pesan dari Suryo untuk para calon dokter dan rekan sejawatnya adalah untuk terus menantang diri di psikiatri karena masih banyak sekali jawaban yang harus ditemukan untuk mengatasi permasalahan jiwa. Semakin banyak ilmu yang ditemukan di bidang psikiatri akan memberikan manfaat dalam mengatasi permasalahan yang dialami oleh pasien. Ia juga berpesan agar terus memperhatikan aspek jiwa dari pasien, bahkan pada pasien dengan keluhan yang ringan.

 

Nama lengkap: dr. Suryo Dharmono, Sp.KJ(K)

TTL: Magelang/18 November 1959

 

Riwayat pendidikan:

1988: Dokter umum FK Atmajaya

1996: Psikiater FKUI

2001: EMDR Training Level 1 & 2

2001: Short course on psychogeriatric, Singapore Institution of Mental Health

2002: Fellow of International Mental Health Leadership Program University of Melbourne

2004: Short course on Treatment of PTSD, University of Pennsylvania

2005: Drug safety course, Jakarta

2011: Course on anxiety and depression, Lunbect Institute, Kopenhagen

 

Riwayat Pekerjaan:

1989-1992: Kepala Puskesmas Agats-Asmat, Merauke, Papua

1992-1993: Dokter RS Missi Rangkas Bitung

1993-1996: PPDS Psikiatri FKUI-RSCM

1996-1997: SubDit Rehabilitasi Mental, Detkeswa, Depkes RI

1997-1998: Psikiater RS Jiwa Ambon

1999-2014: Staff Departemen Psikiatri FKUI-RSCM

2002-2014: Kepala Divisi Psikiatri Komunitas, Departemen Psikiatri FKUI-RSCM

2002-2014: Anggota Tim Terpadu Geriatri RSCM

2004-2010: Koordinator Pusat Kajian Bencana, Departemen Psikiatri FKUI-RSCM

2008-2014: Kepala Klinik Pemulihan Stress Pasca Trauma, Dept Psikiatri FKUI-RSCM

2009-2012: Koordinator Pelayanan Masyarakat, Departemen Psikiatri, RSCM

2000-sekarang: Psikiater Konsultan RS St Carolus, Jakarta

2000-sekarang: Dosen Honorer FK Unika Atmajaya, Jakarta

2014-sekarang: Dosen Luar Biasa Departemen Psikiatri FKUI

Penulis: Ryan Andika
Editor: Ariestiana Ayu Ananda Latifa

Share your thoughts