Influenza

Definisi dan Informasi Umum

Influenza merupakan penyakit sistem pernapasan yang disebabkan oleh virus dengan nama yang sama.1 Istilah influenza kerap digunakan terhadap berbagai penyakit sistem pernapasan akibat virus secara umum, seperti selesma atau common cold yang disebabkan oleh rhinovirus. Namun demikian, influenza memiliki perbedaan gejala dan penyebab yang membedakannya dengan penyakit-penyakit tersebut.

Epidemiologi kasus influenza umumnya diasosiasikan dengan kurva berbentuk U. Hal ini disebabkan oleh serangan yang umum terjadi pada usia belia dan lansia. Bahkan, hampir 75% dari seluruh kasus kematian akibat influenza terjadi pada populasi berusia >65 tahun.2

 

Tanda dan Gejala

Secara umum, pasien dengan influenza tanpa komplikasi dapat menunjukkan adanya rhinorrhea (beringus), nyeri tenggorok, konjungtivitis (radang pada bagian mata), dan batuk. Berbeda dengan infeksi virus lainnya di pernapasan, gejala influenza diasosiasikan dengan timbulnya gejala sistemik. Pasien dapat mengeluhkan gejala berupa demam, malaise (lesu), dan mialgia (nyeri otot).1 Demam dapat berlangsung selama 3–5 hari, sementara gejala pada sistem pernapasan dapat berlangsung 3–4 hari lebih lama.3

 

Etiologi dan Patogenesis

Flu disebabkan oleh virus influenza. Terdapat 3 jenis virus influenza. Virus influenza A merupakan penyebab yang paling berbahaya karena kemampuannya untuk melakukan antigenic drift. Virus influenza A lebih lanjut dapat diklasifikasikan berdasarkan glikoprotein yang terdapat pada permukaannya, yaitu hemagglutinin (H) dan neuraminidase (N), yang menjadi dasar penamaan seperti H1N1 atau H5N1.1,2

Infeksi virus influenza kerap diasosiasikan dengan burung dan babi (sebagai perantara).3 Hewan-hewan tersebut lalu dapat menularkan virus kepada manusia. Transmisi ini tidak jarang menimbulkan suatu wabah pandemik yang disebut sebagai flu burung (avian influenza) atau flu babi (swine flu).2

InfluenzaGambar 1. Gambaran skematik virus influenza A. Sumber:2

Influenza diawali oleh virus yang memasuki saluran napas atas. Virus lalu akan menginfeksi sel-sel silia (rambut) pada saluran napas melalui endositosis. Kemudian virus akan berfusi dengan melakukan perbanyakan diri.1

Virus influenza memiliki kemampuan yang unik, yaitu variasi antigen. Virus ini dapat mengubah glikoprotein pada permukaannya secara minor (disebut antigenic drift) atau mayor (disebut antigenic shift). Karena perubahan pada struktur antigen tersebut, virus dapat menghindari sistem imun tubuh sehingga kerap menimbulkan epidemi.2

InfluenzaGambar 2. Mekanisme antigenic shift. Sumber:4

Patofisiologi

Awal gejala pada flu timbul setelah melewati masa inkubasi (masa perkembangan virus tanpa gejala) selama 48–72 jam. Awalnnya, pasien akan mengeluhkan demam, menggigil, pusing, nyeri otot, dan lemas. Gejala-gejala ini dapat bertahan selama tiga hari. Selain itu, pasien juga dapat mengalami batuk kering, nyeri tenggorok, dan hidung tersumbat.1,2

Infeksi virus berawal di saluran pernapasan atas, tetapi virus dapat menyebar menuju saluran pernapasan bawah (paru) pada kasus serius.4 Walaupun demikian, infeksi virus flu pada paru hanya terbatas pada lapisan epitelnya saja. Gejala seperti demam dan mialgia diduga disebabkan oleh produksi sitokin yang berlebih.1

 

Diagnosis

Gejala klinis yang umumnya dikeluhkan pasien dengan influenza menyerupai gejala infeksi sistem pernapasan akibat virus lainnya. Oleh sebab itu, penegakkan diagnosis dilakukan dengan identifikasi antigen atau materi genetik virus dalam spesimen, isolasi virus, atau uji serum antibodi darah pasien. Spesimen yang digunakan dapat berupa swab nasofaring, aspirat hidung, atau lavage fluid.3

InfluenzaTabel 1. Keuntungan dan kerugian Teknik diagnosis virus. Sumber:4

Tata Laksana

Prinsip penanganan flu adalah terapi suportif. Pemberian obat antivirus untuk flu tidak selalu dilakukan karena alasan ketersediaan obat, durasi gejala yang pendek pada kasus tanpa komplikasi, dan mekanisme resistensi obat yang dimiliki oleh virus. Antivirus yang umum diberikan pada kasus infeksi virus flu berasal dari golongan inhibitor neuraminidase, seperti oseltamivir, zanamivir, dan peramivir.1


Tabel 2. Terapi antivirus untuk influenza. Sumber:5

Hal lain yang harus diperhatikan dalam penanganan flu adalah menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh, memberikan suplementasi oksigen, mengontrol demam, dan memberikan antibiotik apabila terdapat komplikasi infeksi bakteri.1

Influenza dapat ditransmisikan melalui droplet, terutama melalui batuk dan bersin. Oleh sebab itu, pencegahan penyebaran dapat dilakukan dengan menggunakan masker dan mencuci tangan dengan rutin.1

Pencegahan influenza juga dapat dilakukan dengan pemberian vaksin setiap tahun, terutama pada individu dengan risiko tinggi mengalami komplikasi seperti lansia dan individu dengan imunitas buruk. Namun, pemberian vaksin dinilai tidak terlalu efektif karena kemampuan virus dalam melakukan antigenic drift dan shift.3

Komplikasi dan Prognosis

Komplikasi influenza umumnya ditemukan pada individu berusia >65 tahun, individu dengan riwayat penyakit jantung paru, individu dengan sistem imun yang terhambat/tertekan, serta wanita yang hamil pada trimester kedua dan ketiga. Komplikasi pada flu dapat timbul pada sistem pernapasan (seperti pneumonia) dan esktrapulmoner (seperti myositis). Komplikasi terberat yang dapat disebabkan oleh flu adalah kematian.1,2

 Reviewer: Filbert Liwang, S.Ked (Maret 2020)

Referensi

  1. Wright PF. Influenza. In: Kasper DL, Fauci AS, Hauser SL, Longo DL, Jameson JL, Loscalzo J, eds. Harrison’s principles of internal medicine. 20th ed. New York: McGraw-Hill Education; 2018. p. 1382-8.
  2. Treanor JJ. Influenza viruses, including avian influenza and swine influenza. In: Bennett JE, Dolin R, Blaser MJ, eds. Mandell, Douglas, and Bennett’s principles and practice of infectious diseases. 9th ed. Philadelphia: Elsevier; 2019. p. 2143-67.
  3. Riedel S, Morse SA, Mietzner T, Miller S. Jawetz, Melnick & Adelberg’s medical microbiology. 28th ed. New York: McGraw-Hill Education; 2019. p. 581-92.
  4. Cowan MK, Smith H. Microbiology: a systems approach. 5th ed. New York: McGraw-Hill Education; 2018. p. 626-30.
  5. McNamara PS, Van Doorn HR. Respiratory viruses and atypical bacteria. In: Farrar J, White NJ, Hotez J, Junghanss T, Lalloo D, Kang G, eds. Manson’s tropical diseases. 23rd ed. Philadelphia: Elsevier; 2014. p. 215-24.

Share your thoughts