Jantung Kembali Berdetak, Penanganan Belum Selesai!

manajemen pasca rsoc

Apa yang perlu dilakukan setelah sirkulasi kembali?

Tahun lalu, American Heart Association (AHA) memperbarui pedoman resusitasi jantung paru (RJP) dan kegawatdaruratan kardiovaskular. Henti jantung adalah penyebab mortalitas dan morbiditas yang besar. Menurut Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PERKI), 10 dari 100.000 orang sehat yang berusia di atas 35 tahun akan menderita henti jantung.

Sesuai dengan definisi AHA, henti jantung adalah berhentinya fungsi jantung secara mendadak. Diperlukan pembedaan antara henti jantung dan serangan jantung (infark miokardium). Infark miokardium adalah terjadinya kerusakan akut miokardium yang menandakan iskemia miokardium akut. Infark miokardium dapat menyebabkan henti jantung, tetapi tidak semua kasus henti jantung disebabkan oleh infark miokardium.

Manifestasi jelas dari henti jantung adalah berhentinya sirkulasi yang disebabkan berhentinya aktivitas jantung. Tata laksana standar untuk pasien yang mengalami henti jantung mengikuti algoritma henti jantung AHA dengan hasil akhir ideal return of spontaneous circulation (ROSC). Hal yang perlu diingat adalah resusitasi tidak berhenti saat ROSC dan perlu dilanjutkan ke penanganan pasca-ROSC.

 

Manajemen Pasca-ROSC

Setelah ROSC tercapai, penanganan masuk ke fase stabilisasi awal untuk kontrol pernapasan dan hemodinamik. Hal yang pertama diperhatikan adalah pengelolaan saluran napas. Dengan endotracheal tube (ETT) yang sudah terpasang, titrasi FiO2 untuk saturasi oksigen 92–98% dimulai dengan 10 napas per menit dan target PaCO2  35–45 mm Hg. Jika saturasi oksigen tidak terukur dengan pulse oximeter atau dengan analisis gas darah arteri, pasien dapat diberikan oksigen 100% hingga saturasi oksigen dapat diperiksa.

Parameter berikut yang perlu dipantau adalah tekanan darah. Tekanan darah sistolik pasien dijaga >90 mmHg atau mean arterial pressure (MAP) >65 mmHg. Jika salah satu dari parameter tersebut tidak tercapai, berikan cairan kristaloid, vasopresor, atau inotropik secara tersendiri atau kombinasi. Pemberian tersebut akan diteruskan untuk menjaga tekanan darah pasien yang sesuai.

Setelah penanganan pernapasan dan hemodinamik, EKG 12-lead harus segera disediakan untuk manajemen berkelanjutan. Jika pasien belum dipasangkan EKG, segera pasangkan dan baca hasilnya. Tujuannya adalah memastikan ada atau tidaknya elevasi segmen ST atau masalah konduksi jantung lainnya. Jika ditemukan STEMI, syok kardiogenik tidak stabil, atau pasien memerlukan bantuan sirkulasi mekanik, pertimbangkan intervensi segera.

Dengan atau tanpa ketiga hal tersebut, periksa kemampuan pasien untuk mematuhi perintah. Apabila pasien sadar, lakukan manajemen perawatan kritis, yaitu pengukuran suhu inti; penjagaan normoksia, normokapnia, dan euglikemia; pengukuran elektroensefalogram (EEG) jika tersedia, dan; teruskan ventilasi perlindungan paru. Jika pasien tidak mampu mengikuti perintah, segera lakukan CT scan otak dan perketat pemantauan EEG untuk menilai kondisi neurologis. Selain  itu, pertahankan suhu pasien sekitar 32- 36°C dan juga lakukan manajemen perawatan kritis seperti pada pasien sadar.

Seiring dilakukannya manajemen perawatan kritis, terus evaluasi dan tangani beberapa etiologi reversibel dengan cepat, yaitu 5H dan 5T (hipovolemia, hipoksia, asidosis, hipokalemia/hiperkalemia, hipotermia, tension pneumothorax, tamponade jantung, toksin, trombosis pulmoner, dan trombosis koroner). Selain itu, jangan lupa untuk melibatkan konsultan ahli untuk manajemen berkelanjutan.

Jika pasien ditemukan mengalami kejang konvulsif, segera tangani kejang dan pasien lihat hasil EEG untuk diagnosis kejang. Kejang nonkonvulsif atau curiga kejang berdasarkan indikasi EEG boleh diberikan tata laksana, tetapi profilaksis kejang tidak disarankan pada pasien dewasa.

Kunci dari penanganan pasien ROSC adalah pengembalian secara bertahap menuju kondisi normal, tata laksana komorbiditas, dan pencarian etiologi dari henti jantung. Dengan demikian, pasien akan terlindugi dari kerusakan multiorgan, terutama neurologis, yang sering muncul seiring dengan henti jantung. ansell

 

Daftar Pustaka

  1. About Cardiac Arrest [Internet]. www.heart.org. [cited 2021 May 26]. Available from: https://www.heart.org/en/health-topics/cardiac-arrest/about-cardiac-arrest
  2. Thygesen K, Alpert JS, Jaffe AS, Chaitman BR, Bax JJ, Morrow DA, et al. Fourth Universal Definition of Myocardial Infarction (2018). Circulation. 2018 Nov 13;138(20):e618–51.
  3. Panchal AR, Bartos JA, Cabañas JG, Donnino MW, Drennan IR, Hirsch KG, et al. Part 3: Adult Basic and Advanced Life Support: 2020 American Heart Association Guidelines for Cardiopulmonary Resuscitation and Emergency Cardiovascular Care. Circulation. 2020 Oct 20;142(16_suppl_2):S366–468.
  4. Merchant RM, Topjian AA, Panchal AR, Cheng A, Aziz K, Berg KM, et al. Part 1: Executive Summary: 2020 American Heart Association Guidelines for Cardiopulmonary Resuscitation and Emergency Cardiovascular Care. Circulation. 2020 Oct 20;142(16_suppl_2):S337–57.

Penulis: Benedictus Ansell Susanto
Editor: Kareen Tayuwijaya

Share your thoughts