JUMP 2021: Silodosin, Cepat dan Tepat atasi BPH

Jakarta Urology Medical Updates 2021 (JUMP 2021) kembali hadir pada hari Minggu, 13 Juni 2021. Pada hari keempat ini, para peserta JUMP disuguhkan dengan bahasan Functional Urology, khususnya terkait dengan pendekatan praktis dalam manajemen sindrom saluran kemih bawah atau lower urinary tract symptoms (LUTS). Untuk membahas topik tersebut, JUMP 2021 mendatangkan dua orang narasumber, yaitu dr. Agus Rizal A.H. Hamid, SpU(K), PhD dan dr. Harrina E. Rahardjo, SpU, PhD.

Setelah dibuka oleh moderator, rangkaian acara JUMP 2021 hari keempat diawali dengan kuliah seputar tatalaksana LUTS serta pembesaran prostat jinak. Kuliah tersebut dibawakan oleh Rizal dengan tajuk “Best Practice in The Medical Treatment of LUTS/BPH: Benefit of Uroselective Alpha Blocker”.

Prevalensi LUTS memang terus meningkat seiring dengan pertambahan usia. Hal ini berkaitan dengan peningkatan kejadian benign prostate hyperplasia (BPH). Keluhan yang paling sering dialami pada kasus LUTS adalah nokturia. Akibat nokturia, pasien tidak dapat beristirahat secara cukup di malam hari. Akhirnya, kualitas hidup pasien pun terganggu. Oleh karena itu, penting untuk melakukan penatalaksanaan terhadap LUTS dengan baik.

Jika merujuk pada guideline terbaru dari European Association of Urology serta Ikatan Ahli Urologi Indonesia, tatalaksana medikamentosa masih menjadi pondasi utama dari manajemen LUTS dan BPH. Obat yang menjadi lini pertama dalam tatalaksana BPH adalah penyekat reseptor alfa-1. Obat jenis ini banyak menjadi pilihan karena kerjanya yang cepat serta efikasinya yang cukup baik.

Penyekat alfa-1 bekerja dengan cara menghalangi pengikatan noradrenalin pada reseptor alfa-1A yang ada di prostat. Hal ini akan menyebabkan relaksasi otot polos di prostat sehingga prostat tidak lagi menekan saluran kemih. Rizal menerangkan bahwa selain di prostat, terdapat pula subgrup reseptor alfa-1 lainnya di pembuluh darah, yaitu reseptor alfa-1B. Obat-obatan penyekat reseptor alfa-1 memiliki selektivitas yang berbeda terhadap tiap subgrup reseptor alfa-1. Obat terbaru yang memiliki selektivitas cukup tinggi terhadap reseptor alfa-1A adalah silodosin.

Rizal kemudian memaparkan data-data yang menunjukkan efektivitas silodosin dalam mengurangi keluhan nokturia serta meningkatkan kualitas hidup. Selain itu, Rizal juga menyampaikan bahwa silodosin dapat ditoleransi dengan baik oleh pasien yang mengonsumsinya. Oleh karena itu, silodosin merupakan salah satu pilihan yang baik untuk penatalaksanaan BPH.

Rangkaian acara JUMP 2021 hari keempat kemudian diteruskan dengan kuliah dari Harrina yang berjudul “Individualizing Medical Treatment of Overactive Bladder – A Case-based Approach”. Setelah dua kuliah tersebut selesai, peserta diajak untuk mengikuti sesi interaktif dengan beberapa kasus terkait kuliah yang telah dibawakan oleh Rizal dan Harrina. Kedua narasumber juga memberikan klarifikasi dalam sesi tersebut. Sesi interaktif ini juga merupakan sesi terakhir dari topik Functional Urology di hari keempat.

Meskipun begitu, hari keempat di JUMP 2021 belum berakhir. Acara dilanjutkan di malam hari dengan agenda Pertemuan Ilmiah Tahunan Perkumpulan Kontinensia Indonesia (PERKINA). Pertemuan ini menghadirkan narasumber-narasumber dari berbagai negara. Sesi dibuka dengan webinar mengenai pembedahan pada kasus inkontinensia yang dibawakan oleh Dr. Jimmy Nomura, MD, PhD dari Jepang. Webinar kedua dibawakan oleh Prof. Marcio Averbeck, MD, PhD dari Brasil. Dalam webinarnya, Marcio membahas mengenai injeksi botoks pada kasus overaktivitas detrusor.

Sementara itu, webinar ketiga dan keempat membahas mengenai overactive bladder. Pada webinar ketiga, Dr. dr. Purwita Wijaya Laksmi, SpPD-KGer, PhD membahas mengenai peran mirabegron dalam tatalaksana OAB pada lansia. Terakhir, peserta diajak untuk mengenal lebih dalam mengenai stimulasi nervus tibialis secara perkutan untuk pengobatan OAB dalam webinar yang dibawakan oleh dr. Steven Setiono, SpKFR. Meskipun diadakan secara daring, JUMP 2021 tetap membawakan banyak ilmu yang dapat diaplikasikan pada kasus-kasus urologi di praktik sehari-hari.

Penulis: Taris Zahratul Afifah
Editor: Albertus Raditya Danendra

Share your thoughts