Kalahkan virus Covid-19 dengan Remdesivir
Awalnya diragukan, kini remdesivir jadi salah satu andalan
Remdesivir adalah salah satu obat antivirus yang kerap diperbincangkan mengenai kemampuannya dalam pengobatan Covid-19. Di tahun 2020, WHO mengeluarkan remdesivir dari rekomendasi pengobatan Covid-19 karena tidak ada cukup bukti yang mendukung penggunaannya. Setelah adanya publikasi data baru dari uji klinis, remdesivir kembali disarankan oleh WHO untuk diberikan pada pasien COVID-19 ringan atau sedang yang berisiko tinggi dirawat di rumah sakit pada 22 April 2022 [1]. Di Indonesia, sebagaimana yang tercantum dalam Pedoman Tatalaksana Covid-19 Edisi 4, remdesivir dijadikan obat pilihan dalam terapi farmakologi bagi pasien konfirmasi Covid-19 dengan gejala sedang hingga berat-kritis [2].
Mulanya, remdesivir dipelajari sebagai obat pada infeksi virus Ebola dan Marburg sebelum digunakan untuk SARS-CoV-2. Remdesivir adalah obat nukleosida dengan mekanisme kerja yang melibatkan pemutusan rantai di mana obat ini dimasukkan ke nukleosida adenosin endogen oleh polimerase SARS-CoV-2 selama replikasi genom RNA. Remdesivir adalah prekursor yang secara aktif diubah menjadi GS-441524 di dalam tubuh dan merupakan analog adenosin yang mengganggu fungsi enzim RNA polimerase yang bergantung pada RNA dan mencegah virus dari sampel dan dimodifikasi secara genetik oleh enzim exoribonuclease (ExoN) sehingga mengurangi produksi dan replikasi virus [3,4]. Remdesivir memiliki bioavailabilitas 100% karena diadministrasikan melalui suntikan intravena. Pemberian remdevisir melalui oral tidak disarankan karena efek lintas pertama yang luas dan tingkat subterapeutik yang diakibatkannya. Selain itu, Remdesivir juga dapat terakumulasi dalam jaringan otot, membuat pemberian intramuskular kurang menguntungkan untuk mencapai tingkat terapeutik. [5]
Di samping fungsi obat ini yang dapat dijadikan sebagai pengobatan Covid-19, terdapat efek samping yang dilaporkan terkait dengan penggunaannya. Efek samping yang paling umum dalam studi remdesivir untuk COVID-19 adalah kegagalan pernapasan dan disfungsi organ, seperti albumin rendah, kalium rendah, jumlah sel darah merah rendah, jumlah trombosit rendah, dan perubahan warna kulit menjadi kuning. Selain itu, gangguan sistem pencernaan, peningkatan kadar transaminase dalam darah, serta adanya reaksi pada lokasi injeks juga dilaporkan sebagai efek samping. Terkait dengan efek samping sebagai efek reaksi injeksinya, selama atau sekitar waktu injeksi remdesivir, telah diamati bahwa tanda dan gejala reaksi terkait injeksi, seperti tekanan darah rendah, mual, muntah, berkeringat dan kedinginan. Peningkatan kadar enzim hati telah diamati pada orang yang menerima remdesivir yang mungkin merupakan tanda peradangan atau kerusakan sel hati [4].
Berdasarkan Pedoman Tatalaksana Covid-19 Edisi 4, remdevisir dapat diberikan kepada orang-orang yang terindikasi konfirmasi Covid-19 dengan gejala klinis sedang dengan komorbid, Covid-19 konfirmasi klinis berat, Covid konfirmasi dengan komorbiditas/imunokompromi, MISC dengan RT PCR positif, pasien Covid-19 rawat inap usia 12 tahun dengan berat badan 40 kg, atau pasien rawat inap tersangka Covid-19/terkonfirmasi Covid-19 berdasarkan hasil lab dengan berat badan 3,5 kg dengan persetujuan penggunaan dalam kondisi darurat [2]. Berdasarkan panduan dari dokumentasi yang diterbitkan oleh European Medicines Agency dan EUA yang dikeluarkan FDA AS, remdesivir dikontraindikasikan dalam situasi klinis, antara lain pasien dengan kadar alanine aminotransferase (ALT) >5 kali batas atas disfungsi hati normal atau berat, pasien dewasa dan anak (>28 hari) dengan gangguan ginjal berat digambarkan sebagai eGFR <30 ml/menit, serta neonatus (setidaknya tujuh hari sampai 28 hari) dengan kreatinin serum 1 mg/dL. Remdevisir dapat diberikan kepada orang dengan kontraindikasi selama potensi manfaat penggunaan remdesivir melebihi potensi risiko [6].
Kesimpulannya, remdesivir adalah obat antivirus untuk penanganan Covid-19, khususnya pasien konfirmasi dengan gejala klinis sedang hingga berat yang dirawat di rumah sakit. Izin dari penggunaan obat ini telah didapat dari Badan POM untuk kondisi darurat di Indonesia. Namun, perlu diperhatikan lagi bahwa remdesivir lebih diutamakan penggunaannya untuk pasien berusia di atas 12 tahun dan berat badan minimal 40 kg yang memiliki derajat berat dan dirawat di rumah sakit.
Referensi
- World Health Organization. WHO recommends against the use of remdesivir in Covid-19 patients [Internet]. Geneva: World Health Organization; 2020 Nov 20 [cited 2022 Jun 21]. Available from: https://www.who.int/news-room/feature-stories/detail/who-recommends-against-the-use-of-remdesivir-in-covid-19-patients
- Burhan E, Susanto AD, Nasution SA, Ginanjar E, Pitoyo CW, Susilo A, et al. Pedoman Tatalaksana Covid-19. 4th ed. Jakarta: Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI), Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PERKI), Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI), Perhimpunan Dokter Anestesiologi dan Terapi Intensif Indonesia (PERDATIN), Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI); 2022 Jan. Available from: https://covid19.go.id/storage/app/media/Protokol/2022/Februari/Buku%20Tatalaksana%20COVID-19%205%20OP%20Edisi%204%20Jan%202022.pdf
- World Health Organization. Therapeutic and Covid-19: living guideline. Geneva: World Health Organization; 2022 Apr 22. Available from: https://files.magicapp.org/guideline/29b7d717-7bfd-415e-b642-cc70bf70ec1e/published_guideline_6141-10_0.pdf
- Mohammad Zadeh N, Mashinchi Asl NS, Forouharnejad K, Ghadimi K, Parsa S, Mohammadi S, Omidi A. Mechanism and adverse effects of COVID-19 drugs: a basic review. Int J Physiol Pathophysiol Pharmacol. 2021 Aug 15;13(4):102-109. available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC8446775/
- Deb S, Reeves AA, Hopefl R, Bejusca R. ADME and pharmacokinetic Properties of remdesivir: its drug interaction potential. Pharmaceuticals (Basel). 2021 Jul 8;14(7):655. doi: 10.3390/ph14070655. PMID: 34358081; PMCID: PMC8308800.
- Aleem A, Kothadia JP. Remdesivir [Internet]. Treasure Island: StatPearls Publishing; 2022 Jan [updated 2022 May 11; cited 2022 Jun 21]. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK563261/
Penulis: Savira
Editor: Laurentia