Kecanggihan Terbaru di dalam Dunia Endourologi

JUMP 2021 kembali membawa perkembangan ilmiah terbaru dari alat-alat endourologi terdepan

Perkembangan teknologi kedokteran merupakan sebuah proses yang tidak pernah berhenti. Ketekunan ini menghasilkan perkembangan yang tidak sedikit dalam kemampuan alat-alat yang dapat digunakan para praktisi endourologi. Perkembangan ini datang terdukung oleh dukungan ilmiah yang tidak ringan. Selayaknya sebuah alat medis, teknologi-teknologi baru harus terawasi fungsionalitas dan penerapan klinis yang intensif dengan penilaian performanya di dalam manusia ataupun model. Hari ke-6 Jakarta Urology Medical Update (JUMP) 2021 pada Minggu, 20 Juni 2021 membawa sesi Endourology yang membahas kemajuan tersebut. Hasil dari kajian intensif alat-alat baru dalam endourologi terpapar ke semua partisipan topik “Advances in Endourology Equipments” dengan moderasi Dr. dr. Irfan Wahyudi, Sp.U(K). Sesi ini disponsori oleh PT. Tawada Healthcare.

Subtopik pertama “Laparoscopic Equipment” terisi oleh narasumber dari Departemen Urologi RSCM, yaitu Prof. dr. Chaidir A. Mochtar, Sp.U(K), PhD. Setelah memberi sejarah singkat perkembangan dari perangkat laparoskopi, Chaidir melanjutkan kepada materi utama, yaitu perbandingan dari berbagai energy devices dengan sebuah perangkat baru. Secara garis besar, energy devices terdiri atas ultrasonic shears dan vessel sealing system. Bintang dari presentasi ini adalah sebuah alat yang menggabungkan fungsi dari kedua jenis perangkat tersebut. Aparatus multi-fungsi ini adalah Thunderbeat.

Tiga studi model hewan babi menilai performa Thunderbeat dibandingkan alat-alat energy devices lainnya. Thunderbeat memiliki nilai keserbagunaan (versatility) yang lebih tinggi dibandingkan semua alat pembandingnya dengan waktu pembedahan (dissection time) yang lebih singkat. Tekanan letupan (bursting pressure) dan penyebaran termalnya (thermal spread) sebanding dan dapat diterima. Penyegelan histologis (histologic sealing) oleh Thunderbeat juga terbaik dibandingkan alat-alat pembandingnya. Akan tetapi, waktu penyegelan (sealing time) dan suhu kerja Thunderbeat lebih tinggi daripada satu pembanding, sehingga lebih invasif terhadap integritas jaringan. Hasil tersebut juga tercerminkan pada performa Thunderbeat dalam konteks praktik keseharian. Prosedur pembedahan menggunakan Thunderbeat lebih cepat dengan kehilangan darah intraoperatif yang lebih sedikit, walaupun lebih rentan terhadap cedera termal. Chaidir mengakhiri presentasinya dengan pesan supaya “memperhatikan teknik pekerjaannya agar tidak terjadi injury ataupun kerusakan termal pada jaringan-jaringan yang seharusnya tidak terjadi” kepada para praktisi yang menggunakan Thunderbeat.

Dr. dr. Nur Rasyid, Sp.U(K) melanjutkan topik ini dengan presentasinya tentang kemajuan peralatan kemajuan endourologi pada bidang “Stone Management.” Perkembangan pesat pada bidang endourologi meningkatkan kemampuan terapi batu saluran kemih dan kenyamanan pasien dengan memberikan prosedur yang minimal invasif. Teknologi extracorporeal shock wave lithotripsy (ESWL) yang sebelumnya sangat populer sudah mulai tergeser endourologi. Pengembangan single-use flexible ureteroscopes (f-URS) mendorong penerapan pembedahan intrarenal retrograd (RIRS) yang sebelumnya terbatas kendala biaya. Teknologi f-URS dapat memecahkan batu dengan kekerasan yang jauh lebih tinggi dibandingkan kemampuan ESWL dengan menggunakan berbagai macam alat. Dengan sudut penekukan sampai 275°, f-URS dapat mengakses hampir semua lokasi batu.

Baku emas penghancuran batu, yaitu litotripsi laser Ho:YAG, telah mendapat beberapa kemajuan. Panjang pulsenya dapat diatur sehingga menjadi lebih panjang, sehingga elektropulsinya lebih rendah. Selain itu, perkembangan laser tulium dari laser kontinu menjadi laser pulse dari dua dioda meningkatkan dayanya dan frekuensinya serta menurunkan retropulsinya dibandingkan laser Ho:YAG. Laser tulium juga tidak memperlukan sistem pendinginan dengan air, sehingga memungkinkan desain yang lebih kecil. Sumber listrik untuknya dapat menggunakan sumber listrik biasa.

Teknologi litotripsi laser, walaupun canggih, tidak luput dari kekurangan. Prosedur dan alatnya sangat mahal dan tidak terindikasi untuk semua kasus. Pada kasus yang tidak menggunakan laser, litotripsi balistik atau ultrasonik digunakan dengan kelebihan masing-masing kekuatan dan retropulsi sedikit. Akan tetapi, sebuah alat yang baru dapat digunakan di Indonesia, yaitu ShockPulse menawarkan sebuah alternatif lebih baik.  Selain gelombang ultrasonik, ShockPulse juga akan mengantar tenaga mekanik dengan frekuensi yang tinggi untuk menghindari kerusakan pada jaringan sekitar. Nur mendukung ShockPulse sebagai pilihan yang terbaik karena memadukan kemampuan penyedotan alat ultrasonik yang menghasilkan view yang jelas bagi operator dan lebih aman bagi pasien dengan kekuatan alat balistik.

RIRS bukan satu-satunya teknologi yang berkembang untuk menggantikan ESWL. Nefrolitotomi perkutan (PCNL) telah berkembang sehingga tidak memperlukan peninggalan nefrostomi setelah PCNL. ShockPulse juga dapat digunakan pada PCNL jika nefroskop yang digunakan termasuk kategori mini PCNL. Nur menekankan kepentingan aliran air yang baik pada nefroskop dan merekomendasikan penggunaan Amplatz sheath. Fokus dari bagian diskusi ini adalah High-Flow NephroscopesTM dari Olympus. Selain aliran air yang lebih tinggi dibandingkan nefroskop lain, High-Flow NephroscopesTM juga menggunakan sudut 30° yang menghasilkan visualisasi lebih baik. Posisi simetris dari sumber cahaya dan kamera nefroskop ini mempermudah pergerakan lateral pada prosedur PCNL.

Diskusi narasumber dengan peserta menggunakan pertanyaan dari peserta menutup sesi Endoneurology JUMP 2021 pada hari ke-6. Chaidir menjelaskan lebih lanjut tentang cara meminimalkan kerusakan jaringan sekitar saat menggunakan Thunderbeat dan keamanan alat tersebut untuk vessel sealing pada pembuluh darah yang spesifik. Pertanyaan yang terarah kepada Nur menanyakan tentang berbagai saran untuk menghindari pungsi yang menembus ginjal sepenuhnya dan kewaspadaan saat penggunaan ShockPulse.

Penulis: Benedictus Ansell Susanto
Editor: Albertus Raditya Danendra

Share your thoughts