Kegawatdaruratan Kehamilan: Perdarahan Antepartum

Pada tahun 2015, angka kematian ibu di Indonesia masih mencapai 305 per 100.000 kelahiran hidup. Salah satu penyebabnya adalah perdarahan antepartum. Meski trennya telah menurun, perdarahan antepartum masih menjadi salah satu penyebab kematian ibu di Indonesia. Oleh karena itu, “The 10th EMBRYO Symposium & Workshop” yang diadakan oleh PLD UI 2022/2023 mengangkat topik “Kegawatdaruratan Kehamilan: Perdarahan Antepartum” dengan pembicara Dr. dr. Med. Damar Prasmusinto, Sp.OG(K) dan dr. Cynthia Susanto, BMedSc, Sp.OG sebagai moderator pada rangkaian hari kedua simposium hari Minggu, 31 November 2021 yang diselenggarakan secara daring melalui platform Zoom.

Plasenta previa menjadi salah satu penyebab perdarahan antepartum yang paling umum ditemukan. Beberapa faktor risiko terjadinya plasenta previa antara lain multipara; usia ibu tua; riwayat operasi pada uterus seperti SC, miomektomi, dan kuretase; serta rokok. “Ibu yang perokok pasif, misalnya suami atau saudara yang tinggal serumah merokok, juga menjadi faktor risiko kuat,” ujar Damar. Penyebab tersering perdarahan antepartum lainnya, solusio plasenta, umumnya terjadi pada ibu dengan preeklampsia, korioamnionitis, ketuban pecah dini, dan juga rentan terjadi pada plasenta previa.

Plasenta previa dan solusio plasenta dapat dibedakan berdasarkan tanda dan gejalanya. Umumnya, plasenta previa disertai dengan kontraksi, sedangkan solusio plasenta tidak. Plasenta previa biasanya tidak disertai oleh nyeri perut, sedangkan solusio plasenta justru biasa disertai nyeri perut. Pemeriksaan fisik palpasi uterus pada kasus solusio plasenta biasanya teraba keras dan nyeri, sedangkan pada plasenta previa uterus teraba lunak. “Jika terjadi perdarahan antepartum, wajib melakukan pemeriksaan inspekulo untuk evaluasi,” tegas Damar. Damar menyatakan bahwa baku emas diagnosis tetap menggunakan USG untuk menentukan keadaan plasenta secara objektif.

Tata laksana perdarahan antepartum secara umum adalah memastikan hemodinamik stabil. Pasang akses intravena dan kateter Dauer untuk memasukkan cairan dan menghitung cairan yang diperlukan. Berikutnya, tangani kegawatdaruratan awal, lakukan pemeriksaan darah lengkap untuk evaluasi diagnostik lebih lanjut, dan segera rujuk jika fasilitas kurang memadai.

Plasenta previa sendiri dapat dicegah melalui beberapa hal, seperti memberi nutrisi yang baik bagi ibu selama kehamilan, meminimalisasi SC tanpa indikasi, menghindari rokok, dan melakukan tindakan obstetri dengan benar. “Jika harus melakukan tindakan obstetri seperti kuret, lakukanlah dengan benar dan secara lege artis,” tegas Damar. Sementara itu, solusio plasenta dapat dicegah dengan mengidentifikasi ibu dengan risiko tinggi (contohnya ibu dengan preeklampsia) dan mencegah faktor risiko tersebut, mendeteksi dini dengan USG, dan merencanakan kehamilan serta nutrisi yang baik.

Kelainan plasenta lain yang kini insidensinya terus meningkat adalah plasenta akreta. Plasenta akreta adalah invasi abnormal plasenta hingga myometrium. Faktor risiko plasenta akreta antara lain riwayat SC, riwayat manipulasi pada kavum uteri (contoh: manual plasenta, kuretase, dan endometritis), riwayat operasi pada uterus, dan in vitro fertilization. Penatalaksanaannya pun harus didahului dengan diagnosis kedalaman invasi yang akurat. Operasi SC dilanjutkan dengan histerektomi biasanya menjadi pilihan, sedangkan penanganan konservatif tidak dianjurkan karena berbagai risiko komplikasi.

Perdarahan antepartum masih menjadi penyebab kematian maternal utama di seluruh dunia. Oleh karena itu, penting untuk segera mendiagnosis penyebab perdarahan antepartum dan segera menatalaksananya.

Share your thoughts