Kegiatan Pengabdian Masyarakat Suku Baduy Departemen Dermatologi dan Venereologi FKUI
Provinsi Banten mencatat keluarga berisiko terkena stunting paling tinggi di Kabupaten Lebak, yaitu sebesar 27,3%, yang di dalamnya termasuk Kampung Baduy. Fenomena yang menarik dalam budaya Baduy adalah terbatasnya akses terhadap pendidikan formal, budaya menikah muda, dan pemanfaatan tumbuhan sekitar sebagai alternatif obat atau bahan untuk menjaga kebersihan diri. Fenomena di atas menjadi tantangan dalam peningkatan kesadaran mengenai kesehatan dan upaya mencari pertolongan kesehatan (healthcare seeking behavior) pada komunitas penduduk asli, dalam hal ini pada kampung Baduy Luar.
Berbagai laporan tentang stunting pada anak di desa Baduy mengemukakan hubungan yang erat dengan kondisi kesehatan gizi saat anak dalam kandungan hingga berusia di bawah lima tahun. Kerentanan anak penyandang stunting untuk mengalami infeksi lebih besar dibandingkan dengan anak yang tumbuh sehat sesuai dengan usianya. amun belum ada laporan kejadian gangguan pada kulit, kuku dan rambut akibat stunting. Mengingat fungsi kulit dan kuku merupakan sebagai organ proteksi, perlu diperiksa Dengan demikian, kesehatan anak di Baduy menjadi prioritas yang perlu menjadi perhatian bersama seluruh pihak.
Fakta tersebut mendorong Departemen Dermatologi dan Venereologi FKUI-RSCM (DV FKUI-RSCM) untuk melaksanakan program pemeriksaan kesehatan kulit, kuku dan rambut pada anak di Kampung Baduy Luar dan edukasi cara menjaga kesehatan kulit, kuku, dan rambut pada anak dan keluarganya. Kegiatan ini diselenggarakan oleh 14 anggota tim pengabdian masyarakat dari Departemen DV FKUI-RSCM yang terdiri dari dokter spesialis Dermatologi Venereologi dan Estetika (DVE), peserta program pendidikan dokter spesialis DVE, dan dokter umum, bertempat di Kampung Kadu Ketug, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak, Banten.
Sebelum pelaksanaan kegiatan, tim dari Departemen Dermatologi dan Venereologi FKUI-RSCM telah melakukan sosialisasi dan mengajukan perizinan kepada Bapak Jaro Saija selaku Kepala Adat setempat mengenai program yang akan dilakukan.
Bersama dengan tim dari Departemen Ilmu Gizi Klinik (IGK), kegiatan dilakukan pada dua pos untuk menjangkau warga Kampung Kadu Ketug 1,2 dan 3. Tim dibagi menjadi 2 kelompok, masing-masing terdiri dari dokter spesialis Dermatologi Venereologi dan Estetika (DVE), dokter spesialis Gizi Klinik, peserta Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) DVE, mahasiswa S2 Biomedik Gizi, dan dokter umum.
Sekitar 100 partisipan kegiatan ikut menjalani pemeriksaan kesehatan yang terintegrasi dalam kegiatan ini. Setiap partisipan menjalani pemeriksaan antropometri berupa pengukuran tinggi badan, berat badan, dan lingkar lengan atas, untuk dinilai status gizinya apakah termasuk stunting atau tidak. Kemudian dilakukan pemeriksaan oleh dokter spesialis dermatologi venereologi dan estetika untuk diidentifikasi adanya kelainan kulit, kuku, dan rambut. Anak dan anggota keluarga yang ditemui dalam kunjungan rumah tersebut akan diberikan edukasi mengenai perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), yang berfokus pada cara menjaga kesehatan kulit, kuku dan rambut dengan penyesuaian bahasa dan ilustrasi dengan budaya setempat. Meskipun sempat terkendala dalam literasi dan penggunaan bahasa, hal tersebut tidak mengurangi antusiasme masyarakat setempat dalam menyambut kegiatan ini, terutama warga di Kampung Kadu Ketug.
“Kegiatan pengabdian masyarakat ini diharapkan dapat berlangsung secara bersinambungan, yang secara bertahap menyasar pada populasi stunting di wilayah tersebut. Dengan peningkatan pengetahuan mengenai kesehatan kulit, kuku, dan rambut, diharapkan masyarakat setempat dapat menjaga perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) dalam mencegah gangguan kesehatan, khususnya pada anak dengan stunting, ” menurut Dr. dr. Sri Linuwih S.W. Menaldi, Sp.D.V.E, Subsp.D.T., selaku Ketua Tim Pengabdi dalam program pengabdian masyarakat ini.