Kuasai Pendekatan Klinis Hernia Inguinalis pada Dewasa
Turun berok bukan sekadar benjolan aneh di lipat paha, jangan diabaikan!
Ketika suatu organ intraperitoneum menonjol keluar baik akibat cacat kongenital maupun didapat, keadaan ini disebut sebagai hernia. Komponen hernia terdiri atas cincin, kantong, dan isi hernia. Hernia inguinalis merupakan penonjolan isi abdomen melalui bagian terlemah dari cincin inguinalis. Prevalensi keadaan ini sekitar 1,7% pada seluruh kelompok usia dan 4% pada populasi berusia di atas 45 tahun. Laki-laki lebih berisiko mengalami hernia dibandingkan perempuan karena struktur anatominya cenderung lebih rentan.
Hernia inguinalis diklasifikasikan berdasarkan letak kantong hernia dengan arteri epigastrika inferior, yaitu hernia direk dan hernia indirek. Hernia direk menonjol langsung ke depan melalui segitiga Hasselbach akibat lemahnya fascia dinding posterior kanalis inguinalis. Sementara itu, pada hernia indirek, isi abdomen keluar dari rongga peritoneum melalui kanalis inguinalis internus yang berada di lateral arteri epigastrika inferior. Jika cukup panjang, isi hernia bahkan dapat menonjol keluar kanalis inguinalis eksternus. Hernia inguinalis indirek umumnya disebabkan oleh cacat kongenital.
Diagnosis
Secara umum, hernia inguinalis dapat dibagi menjadi 4 presentasi klinis dasar: asimtomatik, simtomatik, pembengkakan inguinoscrotal, dan akut abdomen. Diagnosis hernia selalu dilakukan secara klinis berdasarkan pemeriksaan fisik saja. Pemeriksaan radiologi jarang dibutuhkan, kecuali pada pasien obesitas dengan nyeri selangkangan yang tidak dapat dijelaskan yang sulit ditegakkan diagnosisnya secara pemeriksaan fisik.
Pada hernia reponibilis (hernia dapat keluar masuk secara spontan), keluhan yang ditemukan berupa benjolan pada lipatan paha yang muncul ketika berdiri, mengedan, batuk, atau bersin. Benjolan akan menghilang saat tidur atau saat didorong masuk ke perut. Pada hernia reponibilis, keluhan nyeri jarang dijumpai. Keluhan berat seperti nyeri abdomen berat, mual, dan muntah dapat muncul ketika terjadi hernia strangulata. Hernia yang berhubungan dengan akut abdomen (jarang) biasanya sulit direduksi, nyeri pada penekanan, dan bising usus tidak terdengar.
Henia direk dan indirek dapat dibedakan dari benjolannya. Benjolan pada hernia indirek tampak lonjong, sedangkan pada hernia direk tonjolan berbentuk bulat. Palpasi dilakukan untuk mengetahui konsistensinya, kemudian benjolan dapat dicoba didorong ke arah abdomen untuk melihat apakah hernia dapat direposisi. Jika benjolan berhasil direposisi, cincin hernia dapat teraba berupa kanalis inguinalis yang melebar. Pada keluhan hernia inguinalis direk, benjolan dapat langsung terlihat saat berdiri dan masuk secara spontan saat berbaring.
Tata laksana sementara hernia inguinalis simtomatik dapat dilakukan dengan melakukan reduksi hernia. Reduksi hernia dilakukan menggunakan dua tangan. Tangan kiri memegang isi hernia, sedangkan tangan kanan mendorong isi hernia ke arah cincin hernia dengan perlahan dan pasti sampai isi hernia masuk sepenuhnya. Cincin hernia pada anak-anak lebih elastis daripada orang dewasa sehingga reposisi spontan lebih mudah dilakukan. Karena penanganan ini bersifat sementara, pasien tetap harus dirujuk ke dokter spesialis bedah untuk operasi hernia.
Pasien asimtomatik sebaiknya diobservasi berkala untuk memeriksa progresi hernia inguinalis karena risiko kegawatdaruratan yang rendah. Pada akhirnya, sebagian besar pasien asimtomatik akan bergejala, umumnya berupa rasa nyeri. Saat pasien menunjukkan progresi hernia inguinalis, rujukan perlu segera dilakukan. Jika pasien mengalami hernia strangulata atau bahkan akut abdomen, pasien harus segera dirujuk ke dokter spesialis bedah untuk segera dioperasi. Jika tidak segera ditangani, isi hernia dapat mengalami nekrosis.
Hernia inguinalis dapat muncul pada berbagai spektrum, dari asimtomatik hingga akut abdomen. Oleh sebab itu, baik bergejala maupun tidak, dokter umum harus dapat mendiagnosis dan mengenali indikasi rujuk pada kasus-kasus hernia inguinalis. reihan
Penulis: Reihan Khairunisa
Editor: Kareen Tayuwijaya