Kilas Balik: Fakta di Tengah Panasnya Semangat Kaum Remaja
Remaja sebagai peralihan dari masa anak-anak menuju dewasa sarat dengan beragam masalah, tak terkecuali dalam hal kesehatan. Tidak hanya fisik, tetapi juga mental. Tak hanya menganggu tumbuh kembang remaja, berbagai persoalan tersebut terkadang jelas-jelas menurunkan kualitas hidup, bahkan menghilangkan nyawa.
Kemajuan dalam berbagai aspek kehidupan seharusnya menjadikan kesejahteraan masyarakat, termasuk di dalamnya remaja yang setidaknya merupakan 20% dari total populasi, bertambah. Kemudahan dalam menemukan informasi setidaknya membantu remaja dalam menjaga diri sendiri. Sejalan dengan hal itu, semakin mudah pula bagi orang tua untuk memantau proses kematangan anaknya menuju kedewasaan melalui beraneka alat mutakhir.
Ironisnya, menurut data World Health Organization (WHO), sekitar 1,3 juta remaja (usia 10-19 tahun) dari seluruh dunia meninggal di tahun 2012. Artinya, sekitar 111 dari 100.000 remaja meninggal hanya dalam satu tahun tersebut. Asia Selatan dan Timur adalah wilayah kedua dengan angka kematian tertinggi setelah Afrika.
UNICEF mendata penyebab kematian tersebut berdasarkan usia dan jenis kelamin. Pada remaja laki-laki usia 10-14 tahun, penyakit menular dan buruknya nutrisi menjadi penyebab utamanya, sedangkan kecelakaan menjadi penyebab tersering pada kelompok usia 15-19 tahun. Di lain pihak, angka kematian pada remaja perempuan pada usia 10-19 tahun terutama disebabkan oleh penyakit menular, masalah nutrisi, dan masalah maternal (kesulitan di sekitar masa kehamilan serta kelahiran).
Sangat disayangkan bahwa sebagian penyebab tersebut seharusnya dapat dicegah. Kesadaran dan pemilihan strategi yang tepat dalam memenuhi pasokan pangan, misalnya, dapat memperbaiki gizi buruk pada remaja. Peningkatan pengetahuan dan kepedulian akan keselamatan dapat menurunkan risiko terjadinya kecelakaan di jalan raya atau menghindarkan para perempuan dari komplikasi pascabersalin di usia sangat muda.
Permasalahan akibat pernikahan dini menjadi penyebab kedua terbanyak kematian remaja perempuan. Sebanyak enam persen perempuan usia 15-19 tahun di Asia Timur dan Pasifik tercatat pernah menikah. Secara spesifik, Survei Sosial Ekonomi Nasional tahun 2008-2012 mencatat sebesar 25% perempuan usia 20-24 tahun pernah menikah sebelum 18 tahun.
Berbagai faktor, seperti kebudayaan masyarakat, kondisi ekonomi, dan persepsi keluarga mungkin berkontribusi terhadap terjadinya pernikahan dini. Pada sebagian keluarga, anak bisa jadi menjalani kondisi ini lantaran keputusan orang tua. Namun, mungkin juga suatu pasangan muda dengan sadar memilih sendiri untuk menikah muda setelah menjalin hubungan yang dianggap telah serius selama beberapa waktu.
Kendati masing-masing mungkin mengekspresikan pendapat berbeda terhadap uraian di atas, semua pihak pasti setuju bahwa persentase kematian remaja harus diturunkan ke angka nol dan dunia harus menjadi tempat yang lebih baik untuk mereka siap memegang peran sebagai anggota masyarakat.
Menyambut Hari Remaja Asia tanggal 1 Agustus ini, siapapun Anda, marilah temukan upaya apa yang dapat kita berikan demi mewujudkan kesejahteraan dan perlindungan remaja.
Referensi:
Dhamayanti M. Overview adolescent health problems and services [Internet]. 2013 Sep 10 [cited 2017 Jul 2]. Available from: http://www.idai.or.id/artikel/seputar-kesehatan-anak/overview-adolescent-health-problems-and-services
WHO. What we can learn from mortality data? [Internet]. [cited 2017 Jul 2]. Available from: http://apps.who.int/adolescent/second-decade/section3/page2/mortality.html
UNICEF. Patterns of mortality change as children enter adolescence [Internet]. [updated 2016 Jun, cited 2017 Jul 2]. Available from: https://data.unicef.org/topic/adolescents/adolescent-mortality/#
UNICEF. Child marriage is a violation of human rights, but is all too common [Internet]. [updated 2017 Feb, cited 2017 Jul 2]. Available from: https://data.unicef.org/topic/child-protection/child-marriage/#
BPS. Kemajuan yang tertunda: analisis data perkawinan usia anak di Indonesia. Jakarta: Badan Pusat Statistik; 2015, p. 25.