Lupus Eritematosus Sistemik

Definisi

Lupus eritematosus sistemik atau SLE adalah kondisi autoimun yang dicirikan dengan terbentuknya antibodi yang menyerang sel-sel dan jaringan tubuh. Antibodi yang terbentuk paling banyak menyerang nukleus dan sitoplasma dari sel. Inflamasi yang timbul pada SLE biasanya bersifat multisistem dengan tingkat keparahan gejala yang fluktuatif.

Hal serupa: Lupus, Malar rash, Discoid rash, Butterfly rash

Gejala Klinis

Gejala umum: nyeri sendi, pembengkakan sendi

Gejala khusus:

  • Nyeri dada saat menarik napas dalam
  • Fatigue
  • Demam tanpa penyebab lain
  • Malaise
  • Nyeri sendi
  • Malar Rash
  • Rambut rontok
  • Luka (ulkus) pada mulut
  • Sensitif terhadap cahaya
  • Butterfly rash”, yaitu ruam kemerahan pada pipi dan hidung sehingga berbentuk seperti kupu-kupu. Ruam semakin parah pada saat terpapar matahari
  • Pembengkakan nodus limfatik
  • Trombositopenia

Butterfly Rash

Etiologi

Penyebab dari SLE tidak diketahui secara pasti atau idiopatik, namun diketahui berhubungan dengan faktor lingkungan, genetik, hormon, dan obat-obatan. Belum ada penelitian yang membuktikan bahwa SLE disebabkan oleh faktor genetik, namun gen-gen tertentu, seperti HLA-A1, HLA-B8, dan HLA-DR3, lebih banyak ditemukan pada penderita SLE. Beberapa penelitian juga menunjukkan bahwa SLE diderita oleh 25% kembar identik dan 5-10% kembar nonidentik.

Faktor Lupus Eritematosus Sistemik

Patogenesis dan Patofisiologi

Mekanisme terjadinya SLE adalah kelainan apoptosis pada sel sehingga menyebabkan peningkatan kematian sel dan gangguan toleransi imun. Limfosit yang tidak toleran mulai menargetkan antigen intraseluler yang seharusnya dilindungi secara normal. Pembersihan sisa sel apoptosis yang rusak menyebabkan ketahanan antigen dan produksi kompleks imun.

Sel limfosit T seharusnya berfungsi sebagai salah satu imunitas tubuh  Pada penderita SLE, sel T mengeluarkan lebih sedikit Interleukin (IL-2) dan gagal melakukan persinyalan yang sesuai sehingga terjadi pula perubahan pada subunit CD3 dan menyebabkan peningkatan masuknya kalsium. Hal ini membuat aktivitas efektor, seperti CD8, T-reg, dan B-helper menjadi tidak sesuai.

Sel-sel yang berapoptosis akan ditangkap oleh IgG dan membentuk kompleks imun (hipersensitivitas tipe III). Pada pasien SLE, kompleks imun gagal dibersihkan sehingga mengendap dan menyebabkan kerusakan jaringan/organ (umumnya pada ginjal). Selanjutnya, sistem imun pasien SLE juga mengaktifkan jaras protein komplemen yang memperburuk kerusakan jaringan. Pengendapan kompleks imun dan protein komplemen dimediasi oleh rekrutmen sel-sel proinflamatorik, reactive oxygen species, produksi sitokin proinflamasi, dan modulasi kaskade koagulasi.

Kerusakan jaringan yang dimediasi oleh autoantibodi ini juga dapat menyerang sistem neuropsikiatrik yang dikenal dengan NPLSE (neuropsychiatric SLE). Pada NPLSE, autoantibodi menyerang DNA dan reseptor glutamat pada sel neuron yang menyebabkan disfungsi atau kematian sel neuron karena berlebihnya aktivasi reseptor eksitatorik (eksitotoksik).

Selain kerusakan di sistem neuropsikiatrik, kerusakan vaskuler pada SLE juga memiliki hubungan langsung dengan cepatnya pembentukkan aterosklerosis. Homosistein dan sitokin proinflamasi dapat merusak fungsi sel endotel dan menurunkan persediaan sel prekursor endothelial untuk memperbaiki kerusakan endotel.

Patogenesis Lupus

Diagnosis

Diagnosis SLE merupakan kombinasi penemuan klinis dan bukti laboratorium. Klinisi dapat mendiagnosis kriteria dan mengenali SLE dari pola manifestasi terhadap organ yang ditargetkan. Pertama, klinisi memeriksa titer Antinuclear Antibody (ANA) dari imunofluoresens Hep-2. Jika didapatkan hasil setidaknya satu kali 1:80, maka dapat dicurigai SLE.

Setelah memeriksa ANA, diperlukan penilaian pada kriteria yang terdiri atas 7 domain klinik dan 3 domain imunologi, atau disebut juga Opening Statements. Cara untuk mengecek Opening Statements adalah:

  1. Untuk setiap domain, kita akan menilai mulai dari 2-10 poin. Namun, kita tidak perlu memberikan nilai pada domain jika dianggap etiologi lainnya lebih mungkin daripada SLE, misalnya infeksi, keganasan, gangguan endokrin, dan lain-lain.
  2. Jika terjadi setidaknya sekali, dapat dianggap sebagai positif untuk domain tersebut. Kejadian tidak perlu terjadi secara bersamaan.
  3. Setidaknya satu dari kriteria klinis per domain harus ada. Jika ada lebih dari satu, hanya nilai tertinggi yang dihitung untuk skor total akhir.

Domain-domain tersebut yakni :

  1. Domain klinik:
    • Constitutional domain
      • Beri poin 2 jika terdapat demam >38.3OC tanpa penyebab lain
    • Cutaneous domain
      • Dapat berupa
        1. Ruam dengan perubahan dermoepidermal dan deposisi imunoglobulin pada imunofluoresens
        2. SLICC
        3. Lesi (ulkus) di rongga oral, umumnya pada palatum durum
      • Beri poin jika terdapat :
        1. Beri poin 2 jika terdapat ulkus oral
        2. Beri poin 2 jika terdapat non-scarring alopecia
        3. Beri poin 4 jika terdapat subacute cutaneous lupus atau lupus diskoid
        4. Beri poin 6 jika terdapat acute cutaneous lupus
      • Arthritis domain
        • Kemerahan dan bengkak pada sendi
        • Beri poin 6 jika terdapat synovitis pada lebih dari 2 sendi
        • Tidak diberi poin jika terdapat erosi pada hasil X-ray atau assay anti-CCP hingga lebih dari 3x batas normal.
      • Neurologic domain
        • Beri poin 2 jika terdapat delirium
        • Beri poin 3 jika terdapat psikosis
        • Beri poin 5 jika terdapat kejang, mononeuropati atau kranial neuropati
      • Serositis domain
        • Beri poin 5 jika terdapat efusi pleural atau perikardial
        • Beri poin 6 jika terdapat perikarditis akut
      • Hematologic domain
        • Beri poin 3 jika terdapat Leukopenia dengan WBC <4000/mm3
        • Beri poin 4 jika terdapat Trombositopenia dengan platelet <100.000/mm3
        • Beri poin 4 jika terdapat Hemolisis autoimun seperti retikulositosis, penurunan haptoglobin, peningkatan bilirubin indirek, peningkatan LDH dan positif pada pemeriksaan Coomb (tes antiglobulin).
      • Renal Domain
        • Beri poin 4 jika terdapat proteinuria >0,5g dari urine 24 jam
        • Beri poin 8 jika terdapat lupus nefritis kelas II atau V dari biopsi ginjal
        • Beri poin 10 jika terdapat lupus nefritis kelas III atau IV dari biopsi ginjal
  1. Domain Imunologik
    • Domain Antibodi Antifosfolipid
      • Beri poin 2 jika terdapat anticardiolipin IgG dengan >40 unit GPL, atau anti-ΒGP1 IgG >40 unit, atau lupus antikoagulan positif
    • Domain protein komplemen
      • Beri poin 3 jika terdapat penurunan C3 atau penurunan C4
      • Beri poin 4 jika terdapat penurunan C3 dan penurunan C4
    • Domain highly specific antibody
      • Beri poin 6 jika terdapat anti-dsDNA Ab atau anti-smith Ab

Jika hasil poin total akhir mencapai 10 dari kriteria domain tersebut, pasien dapat dikatakan positif menderita SLE.

Tata Laksana

Pengobatan yang dapat dilakukan untuk SLE ditujukan untuk menyingkirkan gejala/manifestasi klinis yang muncul. Hal-hal yang dapat dilakukan adalah:

  1. Menghindari paparan cahaya, seperti matahari, api, dan sejenisnya karena dapat memperburuk ruam dan gejala lainnya
  2. Mengurangi kerusakan dan masalah pada organ yang terkena
  3. Imunosupresi, agar sistem imun tidak menyerang organ dan jaringan dalam tubuh

SLE disebabkan oleh kelainan pada persinyalan limfosit T sehingga terdapat terapi yang untuk memperbaiki persinyalan dari limfosit T. Selain itu, kebanyakan obat dari SLE merupakan imunosupresan yang menghambat aktivitas dari sistem imun, seperti hidroksiklorokuin dan kortikosteroid (prednisone). Rituximab juga dapat digunakan dalam beberapa kasus, tergantung beratnya gejala. Pada tahun 2011, FDA telah menyetujui belibumab sebagai obat SLE pertama yang dapat menyembuhkan, tidak hanya mencegah timbulnya gejala.

Komplikasi

SLE umumnya menyerang jari, tangan, pergelangan tangan, dan lutut sehingga kebanyakan masalah terjadi di daerah persendian. Namun, saat SLE ini sudah menyerang organ lain. Dapat juga terjadi berbagai komplikasi, seperti :

  • Dislipidemia, aterosklerosis, dan penyakit jantung koroner
  • Hipertensi
  • Diabetes mellitus
  • Masalah terkait tulang, (osteoporosis, avascular bone necrosis)
  • Keganasan
  • Nyeri kepala, baal, kesemutan, kejang, masalah penglihatan, perubahan kepribadian
  • Nyeri abdominal, mual, muntah
  • Inflamasi otot jantung, masalah pada katup jantung
  • Kesulitan bernafas, adanya cairan pada rongga pleura
  • Raynaud phenomenon, penyempitan arteri yang menyebabkan penurunan aliran darah, biasanya pada jari, telinga, dan ujung hidung
  • Pembengkakan pada kaki (edema) karena kerusakan ginjal

Referensi

  1. Tedeschi SK, Johnson SR, Boumpas D, et al. Developing and Refining New Candidate Criteria for Systemic Lupus Erythematosus Classification: An International Collaboration. Arthritis Care Res (Hoboken). 2018;70(4):571–581. 2018 Feb 22 [cited 2020 Feb 01]. doi:10.1002/acr.23317
  2. Bartels CM, et al. Systemic lupus erythematosus (SLE). Medscape. 2019 Oct 29 [cited 2020 Feb 01]. Available from : https://emedicine.medscape.com/article/332244-overview#a1
  3. CDC. Systemic Lupus Erythematous. US Department of health & human services : CDC. 2018 Oct 17 [cited 2020 Feb 01]. Available from : https://www.cdc.gov/lupus/facts/detailed.html
  4. Starkebaum GA, Zieve D. Systemic Lupus Erythematous. US National library of medicine : NIH. 2018 Jan 29 [cited 2020 Feb 01]. Available from : https://medlineplus.gov/ency/article/000435.htm

Share your thoughts