Mahir Mengukur Jugular Venous Pressure (JVP)
Pengukuran tekanan vena jugularis, atau jugular venous pressure (JVP), merupakan salah satu pemeriksaan yang penting bagi pasien dengan penyakit kardiovaskular. Akan tetapi, saat ini pemeriksaan tersebut seringkali ditinggalkan. Padahal, pengukuran JVP cukup sederhana, bermanfaat, dan tidak menimbulkan rasa sakit bagi pasien. Oleh karena itu, penting bagi seorang klinisi untuk menguasai pemeriksaan ini. Apa kegunaannya dan bagaimana cara melakukannya?
Vena jugularis merupakan vena yang berada pada leher. Tekanan pada vena jugularis atau JVP mencerminkan tekanan vena pusat atau central venous pressure (CVP), yakni tekanan pada vena cava. Tekanan ini ekuivalen dengan tekanan pada atrium kanan. CVP berperan penting dalam menentukan tekanan pengisian atau preload dari jantung kanan, sehingga pengukurannya dapat digunakan untuk menilai kondisi hemodinamika jantung. Sebagai contoh, peningkatan CVP dapat menunjukkan adanya suatu kondisi yang meningkatkan tekanan atrium kanan, seperti gagal jantung kanan. Sementara itu, penurunannya dapat menunjukkan adanya hipovolemia.
CVP dapat diukur secara langsung dengan menggunakan manometer dengan kateter yang dimasukkan ke vena, sehingga bersifat invasif. Cara lain yang dapat dilakukan adalah mengestimasi nilainya dengan mengukur JVP. Dalam pengukuran ini, vena jugularis interna kanan dianggap paling baik untuk digunakan. Metode pengukuran yang paling banyak digunakan adalah metode Lewis, yang menggunakan angulus sternalis pada sternum sebagai titik acuan. Titik tersebut berada kurang lebih 5 cm di atas atrium kanan. Nilai JVP sama dengan jarak vertikal antara titik yang berada 5 cm di bawah angulus sternalis dengan puncak pulsasi vena jugularis yang terlihat pada leher. Nilai CVP sebesar 9 cm H2O dinyatakan sebagai nilai JVP 4 cm di atas angulus sternalis (4 + 5 cm H2O). Normalnya, nilai CVP berkisar antara 5-9 cm H2O, namun dapat pula serendah 2 cm H2O.

Cara melakukan pengukuran JVP adalah sebagai berikut. Pertama, atur posisi kepala tempat tidur pasien sehingga kemiringannya mencapai 30-45o. Minta pasien untuk memutar kepalanya ke sisi yang berlawanan dengan sisi vena yang akan diamati (sisi kiri). Selanjutnya, identifikasi vena jugularis eksterna dan pulsasi dari vena jugularis interna. Pulsasi vena jugularis interna kanan diidentifikasi secara khusus, dengan menginspeksi lekukan suprasternal, lokasi di antara perlekatan otot sternokleidomastoideus di sternum dan klavikula, atau di belakang otot tersebut. Pulsasi vena ini harus dibedakan dengan pulsasi dari arteri karotid. Ini dapat dilakukan dengan melihat ada atau tidaknya perubahan pulsasi pada posisi yang berbeda. Semakin tegak pasien, pulsasi vena jugularis interna akan semakin menurun, sementara arteri karotid tidak.

Selanjutnya, letakkanlah suatu penggaris secara vertikal di atas angulus sternalis. Lalu, letakkan penggaris lainnya secara horizontal dari puncak pulsasi vena jugularis interna hingga membentuk sudut 90o dengan penggaris pada angulus sternalis. Amati batas di mana bagian bawah dari penggaris horizontal bertemu dengan penggaris vertikal. Nilai JVP adalah nilai yang terlihat pada penggaris vertikal di batas tersebut ditambah dengan 5 cm. Sederhana dan bermanfaat, bukan? Selamat mempraktekkan.
Daftar Pustaka
- Bickley LS, Szilagy PG. Bates’ guide to physical examination and history taking. 11th Philadelphia: Wolters Kluwer Health | Lippincott Williams & Wilkins; 2013. p. 344,361-5.
- Klabunde RE. Central venous pressure [Internet]. [updated 2014 April 24; cited 2016 July 15]. Available from: http://www.cvphysiology.com/Blood%20Pressure/BP020.htm
- Karnath B, Thornton W, Beach R. Inspection of neck veins. Hosp Physician [Internet]. 2002 [cited 2016 July 13]:43-7. Available from: http://www.turner-white.com/pdf/hp_may02_veins.pdf
- Garg N, Garg N. Jugular venous pulse: an appraisal. J Indian Acad Clin Med. 2000 [cited 2016 July 13];1(3):260-9. Available from: http://medind.nic.in/jac/t00/i3/jact00i3p260.pdf