Maksimalkan Fungsi Pendengaran, Yuk Jaga Telinga Kita!
Gangguan fungsi pendengaran mengintai, sudahkah kita sadar dengan kebisingan di sekitar kita?
Dalam rangka memperingati Hari Pendengaran Sedunia yang jatuh pada tanggal 3 Maret 2023, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengadakan seminar virtual bertajuk “Apa Telinga Kita dalam Bahaya?”. Acara yang dibuka langsung oleh Menteri Kesehatan, Budi Gunadi Sadikin ini bertujuan untuk meningkatkan kepedulian masyarakat tentang pentingnya kesehatan telinga dan mencegah gangguan pendengaran serta memperkuat integrasi antara berbagai pemangku kepentingan dalam melaksanakan pencegahan dan pengendalian penyakit. Untuk mendukung peringatan ini, pemerintah akan melakukan gerakan dan kampanye deteksi dini gangguan pendengaran yang akan dilaksanakan pada Bulan Maret hingga April di beberapa fasilitas pelayanan kesehatan. Tak hanya itu, pemerintah juga mengimbau kepada masyarakat untuk menciptakan lingkungan yang inklusif bagi teman-teman penyandang disabilitas.
Sebagai salah satu rangkaian kegiatan dalam acara Hari Pendengaran Sedunia, seminar berjudul “Bising di Sekitar Kita” yang dibawakan langsung oleh Dr. dr. Tri Juda Airlangga Sp.THT-BKL, Subsp.Kom(K), membahas topik tentang pengaruh kebisingan terhadap timbulnya gangguan pendengaran. Bising sendiri didefinisikan sebagai suara yang tidak diinginkan dan dianggap sebagai stressor yang dapat berdampak pada kesehatan jika terpapar pada taraf tertentu. Pada tahun 2020, World Health Organization (WHO) mengungkapkan bahwa terdapat 466 juta orang di seluruh dunia yang mengalami gangguan pendengaran dan diprediksi akan naik menjadi dua kali lipat pada tahun 2050. Beberapa kasus pada remaja dan dewasa muda diantaranya seringkali disebabkan oleh headphone dan bising rekreasional lainnya. “Jadi, karena sekarang banyak kita lihat di jalan ada anak menuju sekolah dan di dalam kendaraan umum dia mendengarkan earphone dengan volume suara yang hampir maksimal, nah itu bisa menyebabkan gangguan pendengaran,” ujar beliau.
Terdapat beberapa faktor yang dapat memengaruhi gangguan pendengaran seperti usia, jenis kelamin, intensitas, frekuensi, dan durasi paparan. Adapun paparan bising yang dapat mencetuskan gangguan pendengaran adalah suara dengan intensitas diatas 85 dB, seperti alat pabrik dan konstruksi bangunan, kendaraan, konser musik, hingga headphone. “Gejala gangguan pendengaran akibat bising secara umum tidak nyeri, bersifat progresif, permanen, tetapi untungnya bisa dicegah,” terang beliau. Tak hanya berpengaruh pada kondisi pendengaran, manifestasi fisik akibat kebisingan juga diketahui dapat menghambat perkembangan kognitif anak, peningkatan nadi dan tekanan darah, serta perubahan sistem imun. “Gangguan pendengaran juga dapat memberikan efek psikologis seperti stres yang meningkat, efek sosial, gangguan tidur, dan masalah ekonomi,” tambah Tri.
Narasumber juga membagikan tips tentang bagaimana cara mencegah gangguan pendengaran, yaitu dengan mengetahui jenis suara apa saja yang berpotensi merusak telinga, menjauh atau menggunakan pelindung telinga jika berada pada tempat yang bising, segera ke dokter THT jika dirasa mengalami penurunan kemampuan mendengar, serta cek pendengaran rutin. Masyarakat juga diingatkan untuk selalu awas terhadap efek samping pengobatan yang tidak sesuai dengan rekomendasi dokter, misalnya obat-obatan yang bersifat ototoksik dan penggunaan antibiotik yang berlebihan dalam jangka waktu lama. syidan