Hoaks: Tahan Napas 10 Detik Untuk Deteksi COVID-19
Kembali beredar pesan tentang deteksi COVID-19 dengan cara menahan napas 10 detik. Apakah benar ?
Baru-baru ini, muncul berita bahwa menahan napas 10 detik dapat dilakukan untuk mendeteksi COVID-19. Pesan ini sebenarnya sudah pernah beredar di media sosial Whatsapp pada bulan Maret 2020. Semenjak kasus COVID-19 dinyatakan naik kembali dan sudah memasuki gelombang ketiga, kebutuhan untuk tes konfirmasi COVID-19 pun meningkat. Kondisi ini membuat pesan barantai seperti ini mulai banyak dibagikan kembali. Isi pesan tersebut menyatakan bahwa COVID-19 dapat dideteksi dengan cara menarik napas dalam-dalam dan menahannya selama 10 detik, lalu mengeluarkan napas secara perlahan. Jika berhasil mengeluarkan napas perlahan tanpa batuk, rasa tidak nyaman, lelah, dan kaku, maka dinyatakan tidak ada virus di dalam paru-paru.
Faktanya, informasi tes tahan napas untuk deteksi COVID-19 ini tidak benar. Untuk mengonfirmasi apakah seseorang terkena COVID-19 atau tidak, dibutuhkan tes cepat (rapid test) atau tes PCR dengan sampel swab bagian belakang tenggorok dan/atau air liur. Kedua tes ini berfungsi untuk mendeteksi apakah ada virus penyebab COVID atau tidak dengan cara mendeteksi antigen atau bagian DNA virus SARS-CoV-2. Selain antigen, pemeriksaan juga bisa dilakukan dengan cara mendeteksi antibodi. Akan tetapi, pemeriksaan antibodi saat ini tidak disarankan karena mayoritas masyarakat sudah menerima vaksin COVID-19 sehingga sudah memiliki antibodi terhadap virus SARS-CoV-2. Pemeriksaan antibodi ini akan memberikan hasil positif akibat vaksin atau yang biasa disebut dengan false positive. Oleh karena itu, pemeriksaan antibodi tidak akurat untuk mendeteksi infeksi akut COVID-19.
Dalam dunia medis, tes nahan napas, atau yang disebut dengan pemeriksaan spirometri, bertujuan untuk menilai fungsi paru-paru. Melalui pemeriksaan tersebut, dapat diketahui apabila seseorang memiliki gangguan pengembangan paru atau penyempitan saluran napas. Hal tersebut tidak berkaitan dengan deteksi COVID-19, sebab masalah pada paru-paru bisa timbul oleh berbagai sebab. Di samping itu, pemeriksaan spirometri tidak disarankan untuk dilakukan pada masa pandemi COVID-19 karena meningkatkan risiko penularan virus akibat produksi aerosol.
Tes lain yang bisa dilakukan saat terkonfirmasi COVID-19 adalah dengan menggunakan oksimeter. Oksimeter berfungsi untuk mendeteksi saturasi oksigen atau kadar oksigen dalam darah. Saturasi oksigen yang rendah dalam tubuh menandakan kondisi hipoksia. Hipoksia pada pasien COVID-19 bisa disertai dengan gejala sesak nafas, tetapi juga bisa tidak disertai dengan gejala sesak nafas. Hipoksia tanpa gejala sesak nafas ini disebut dengan happy hypoxia. Dengan menggunakan oksimeter, pasien COVID-19 dapat mendeteksi hipoksia secara dini.
Tes tahan napas memang terlihat mudah, sederhana, dan tidak memungut biaya apapun. Tidak heran bila banyak pengguna Whatsapp yang kurang waspada dan membagikan pesan tersebut. Pemeriksaan PCR ataupun rapid test antigen memang memakan biaya yang tidak murah. Akan tetapi, konfirmasi COVID-19 penting bukan hanya untuk diri kita sendiri, melainkan juga agar kita tidak membahayakan orang lain. Jika ada kontak erat, lakukan isolasi mandiri selama 5 hari lalu tes konfirmasi COVID-19. Jika menunjukan adanya gejala COVID-19, segera tes konfirmasi COVID-19. Tes konfirmasi yang paling disarankan adalah tes PCR dengan sensitivitas dan spesifisitas yang paling tinggi.
Penulis: Medhavini Tanuardi
Editor: Alexander
menahan napas 10 detik