Pendekatan Anemia dan Pansitopenia: Apakah Suatu Keganasan Darah?

Dapat menjadi pertanda keganasan, bagaimana cara mengidentifikasi penyebab anemia dan pansitopenia?

Pada pasien yang datang dengan anemia berat dan ditemukan pansitopenia, bagaimanakah pendekatan klinis selanjutnya untuk membedakan antara penyebab keganasan hematologi atau penyebab lainnya? – dr. A, NTT

anemia dan pansitopenia

Anemia merupakan kondisi di mana kadar hemoglobin (Hb) di bawah batasan untuk usia dan jenis kelamin tertentu. Berdasarkan kriteria dari World Health Organization (WHO), diagnosis anemia ditegakkan apabila kadar Hb kurang dari 13 g/dl pada laki-laki, kurang dari 12 g/dl pada wanita, dan kurang dari 11 g/dl (trimester 1 & 3) atau 10,5 g/dl (trimester 2) pada ibu hamil. Anemia berat sendiri oleh WHO didefinisikan sebagai kadar Hb kurang dari 8 g/dl pada laki-laki dan wanita yang tidak hamil, atau kurang dari 7 g/dl pada ibu hamil. Sementara itu, istilah pansitopenia mengacu pada rendahnya kadar ketiga komponen darah. Dalam kondisi ini, kadar Hb, leukosit, dan trombosit mengalami penurunan. Penyebab dari pansitopenia sangat beragam sehingga diperlukan pendekatan klinis yang baik untuk dapat sampai pada diagnosis.

Secara umum, kondisi pansitopenia dapat disebabkan oleh gangguan produksi (nutrisional atau non-nutrisional), gangguan konsumsi, dan destruksi sel yang berlebihan. Penyebab pansitopenia yang sering ditemukan antara lain infeksi (misalnya virus HIV, hepatitis B, hepatitis C), kelainan darah (hipersplenisme pada talasemia), hingga keganasan hematologi. Maka dari itu, diperlukan algoritma khusus untuk menemukan etiologi pansitopenia, mulai dari yang sederhana hingga pemeriksaan tingkat molekuler.

Salah satu kunci mendiagnosis pansitopenia ialah dengan melakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik yang sistematis. Dalam anamnesis, tanyakan tentang riwayat konsumsi obat-obatan atau pajanan toksin yang dapat menyebabkan sitopenia. Contoh obat yang dapat menimbulkan efek ini adalah kloramfenikol, yang sering diberikan untuk demam tifoid. Obat ini memiliki efek supresi sumsum tulang sehingga dapat menyebabkan pansitopenia. Pada pemeriksaan fisis, dapat ditemukan konjungtiva pucat yang terkait rendahnya kadar Hb, sklera ikterik akibat proses hemolisis, petekie pada ekstremitas yang menandakan rendahnya kadar trombosit, dan sebagainya. Pembesaran limpa juga sering ditemukan pada pasien pansitopenia yang terjadi akibat adanya peningkatan destruksi sel darah.

Selain itu, diperlukan pula beberapa pemeriksaan penunjang untuk membantu penegakkan diagnosis pansitopenia. Pemeriksaan penunjang sederhana yang sangat penting dalam kasus ini adalah pemeriksaan apusan darah tepi untuk mengevaluasi sitomorfologi. Morfologi eritrosit yang mikrositik hipokrom dapat ditemukan pada anemia defisiensi besi dan talasemia. Jika ditemukan morfologi sel blas, kecurigaan kita akan mengarah pada keganasan darah. 

Pada leukemia akut, didapatkan jumlah leukosit yang meningkat disertai sel blas yang banyak. Pada leukemia kronik misalnya leukemia granulositik kronik, dapat ditemukan berbagai jenis sel darah muda. Pada myeloma multipel, dapat ditemukan plasmosit pada darah tepi, tetapi aspirasi sumsum tulang tetap diperlukan karena seringkali plasmosit tidak tampak pada darah tepi. 

Pada pemeriksaan morfologi trombosit, dapat dilakukan hitung trombosit manual dan deteksi adanya clumping yang bisa menyebabkan munculnya hasil trombosit rendah palsu. Pemeriksaan ini dapat dilakukan di daerah perifer dengan menggunakan mikroskop sederhana. Pemeriksaan laboratorium lain yang dapat dilakukan meliputi pemeriksaan retikulosit, status besi, penanda inflamasi (CRP dan LED), penanda hepatitis, HIV, dan ultrasonografi abdomen.

Jika dalam pemeriksaan sitomorfologi didapatkan adanya sel blas, segera lakukan evaluasi lanjutan ke arah keganasan hematologi. Lakukan tindakan aspirasi dan biopsi sumsum tulang untuk membantu penegakan diagnosis. Jika tidak ada fasilitas ataupun dokter spesialis untuk melakukan tindakan tersebut, sebaiknya rujuk pasien ke RS rujukan terdekat. Dari spesimen yang diambil, dilakukan pemeriksaan sitomorfologi sumsum tulang, immunophenotyping, sitogenetika, serta histopatologi sumsum tulang. Selanjutnya, bila terbukti terdapat keganasan hematologi, barulah pasien dirujuk ke konsultan hematologi onkologi medik untuk ditatalaksana lebih lanjut.

Narasumber:

Dr. dr. Tubagus Djumhana Atmakusuma, SpPD-KHOM
Jabatan: Staf Divisi Hematologi Onkologi Medik KSM Penyakit Dalam RSCM/FKUI, Ketua Umum PP PERHOMPEDIN dan PHTDI

Penulis: Nada Irza Salsabila
Editor: Kareen Tayuwijaya

anemia dan pansitopenia anemia dan pansitopenia anemia dan pansitopenia

Share your thoughts