Mengenal Perjalanan Penyakit Hati pada Infeksi Hepatitis B

Virus hepatitis B (HBV) merupakan virus DNA yang masuk ke dalam famili hepadnaviridae. Pada infeksi HBV akut, masa inkubasi terjadi selama 15-180 hari. Viremia berlangsung selama beberapa minggu sampai beberapa bulan setelah infeksi akut. HBV dapat ditemukan di darah, semen, sekret servikovaginal, saliva, dan cairan tubuh lain. Cara transmisi dapat melalui darah, transmisi seksual, penetrasi jaringan perkutan atau permukosa, dan transmisi maternal-neonatal.

Hepatitis B kronik adalah adanya persistensi HBV lebih dari enam bulan. Di Asia, sebagian besar penderita hepatitis B kronik mendapat infeksi virus HBV pada masa perinatal. Kebanyakan di antaranya tidak mengalami keluhan ataupun gejala sampai akhirnya terjadi penyakit hati kronik.

HBV masuk secara parenteral dan kemudian masuk ke dalam hati untuk melakukan replikasi virus. Selanjutnya, sel-sel hati akan memproduksi dan mensekresi pertikel virus. Masuknya virus ini merangsang respons imun nonspesifik. Eliminasi HBV lebih lanjut membutuhkan respons imun spesifik, yaitu dengan aktivasi sel limfosit T dan sel limfosit B. Proses eliminasi virus yang efisien dapat mengakhiri infeksi virus HBV pada tubuh, sedangkan gangguan proses eliminasi dapat menyebabkan infeksi HBV yang menetap. Proses eliminasi yang tidak efisien dapat disebabkan oleh dua faktor, yaitu faktor virus dan faktor hospes. Faktor yang berasal dari virus, antara lain imunotoleransi terhadap produk HBV, hambatan terhadap CTL yang berfungsi melakukan lisis sel yang terinfeksi, terjadinya mutan HBV yang tidak memproduksi HbeAg, integrasi genom HBV dalam genom sel hati. Faktor hospes, antara lain karena genetik, kurangnya produksi IFN, adanya antibodi terhadap antigen nukleokapsid, kelainan fungsi limfosit respons antiidiotipe, dan faktor jenis kelamin.

 penyakit-hepatitis-B

Perjalanan penyakit hati

Sebagian besar individu yang mengalami infeksi HBV sejak lahir akan tetap HbsAg positif sepanjang hidupnya dan menderita hepatitis B kronik. Persistensi HBV dapat menimbulkan kelainan berbeda pada masing-masing individu, tergantung pada jumlah virus yang menyerang dan respons imun tubuh. Interaksi HBV dan respons imun tubuh sangat mementukan tingkat keparahan penyakit. Semakin besar respons tubuh yang timbul untuk melawan virus, maka semakin besar kerusakan jaringan hati. Sebaliknya, bila tubuh toleran terhadap virus tersebut, maka tidak terjadi kerusakan jaringan hati.

Terdapat tiga fase penting dalam perjalanan penyakit hepatitis B kronik, yaitu fase imunotoleransi, fase imunoaktif atau fase immune clearance, dan fase nonreplikatif atau fase residual. Pada masa anak-anak atau dewasa muda, sistem imun tubuh toleran terhadap virus sehingga konsentrasi HBV dalam darah bisa sangat tinggi, tetapi tidak menyebabkan peradangan hati yang berarti. Keadaan ini disebut fase imunotoleransi dengan HBV dalam fase replikatif. Replikasi yang berkepanjangan pada fase ini dapat menyebabkan nekroinflamasi yang tampak dari kenaikan konsentrasi ALT. Pasien juga mulai kehilangan toleransi imun terhadap HBV. Fase tersebut disebut dengan fase imunoaktif atau immune clearance. Mekanisme ini terjadi karena tubuh berusaha menghancurkan virus dan menimbulkan pecahnya hepatosit yang terinfeksi. HBV dapat dihilangkan tanpa kerusakan hati yang berarti. Fase nonreplikatif atau fase residual ditandai dengan titer HBsAg rendah, HbeAg negatif, anti-Hbe positif secara spontan, dan konsentrasi ALT normal. Pasien dapat mengalami reaktivasi dan kekambuhan. Namun pada sebagian besar kasus, saat fase residual pasien sudah mengalami sirosis hati.

Parameter yang biasa digunakan untuk mengukur replikasi HBV adalah HbeAg, anti-Hbe, dan konsentrasi DNA HBV. Sebagian besar kasus infeksi HBV tidak menimbulkan gejala dan pemeriksaan fungsi hati masih normal. Namun pada sebagian kasus pasien datang sudah mengalamai hepatomegali atau splenomegali. Manifestasi klinis hepatitis B kronik dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu hepatitis B kronik aktif dan carrier HBV aktif. Hepatitis B kronik aktif ditandai dengan HBsAG positif, kenaikan ALT, dan pada biopsi didapatkan gambaran peradangan yang aktif. Menurut status HbeAg, pasien dapat dikelompokkan menjadi hepatitis B kronik HBeAg positif dan hepatitis B kronik HBeAg negatif. Pada carrier HBV inaktif pasien tidak mengalami keluhan, ALT normal, dan kelainan jaringan yang terjadi minimal.

Share your thoughts