Mengorek Telinga Secara Rutin: Benarkah Aman?

Korek telinga atau cotton buds merupakan alat berbentuk lidi dengan pilinan kapas pada kedua ujungnya. Sudah tidak asing lagi bahwa alat praktis pembersih telinga ini telah populer di seluruh dunia. Metode ini juga telah digunakan oleh semua kalangan,baik lintas usia, maupun jenis kelamin. Sering digunakan setelah mandi, membuat kesan pembersihan tubuh secara menyeluruh, termasuk telinga.

Selain praktis, ternyata ketika mengorek telinga menimbulkan rasa nyaman. Mengapa hal ini dapat terjadi?

Secara anatomi, lapisan liang telinga terbagi menjadi 2, yaitu 1/3 bagian luar dan 2/3 bagian dalam. Pada lapisan 2/3 bagian dalam, kulit yang melapisi sangat tipis (0.2 mm) dan menempel erat pada tulang.1 Saraf yang menginervasi pada kulit tersebut yang disebut dengan saraf vagus (N.X). Akibatnya, ketika seseorang mengorek telinga, maka kemungkinan besar akan menyentuh saraf tersebut sehingga seseorang dapat batuk. Selain itu, rangsangan saraf tersebut juga menyebabkan rasa nyaman.2 Hal tersebut menyebabkan semakin intens untuk melakukan gerakan yang merangsang saraf tersebut.

Lalu, apakah berbahaya mengorek telinga?

Stigma yang melekat bahwa alat ini dapat membersihkan telinga harus dihilangkan. Pasalnya, ketika memasukkan cotton buds ke dalam telinga, kotoran yang dapat dikeluarkan mungkin hanya bagian luar saja, tetapi kotoran berada di dalam malah dapat semakin terdorong hingga ke ujungnya, yaitu gendang telinga.

Selain itu, bahaya yang dapat ditimbulkan ketika mengorek telinga secara pribadi adalah luka di dalam telinga. Gejala yang timbul biasanya nyeri telinga, tekanan, atau penurunan ketajaman pendengaran. Jika terlampau keras hingga melubangi gendang telinga, maka dapat menyebabkan kelumpuhan wajah (wajah yang mencong, tinggi kedua kelopak mata tidak sama) dan vertigo atau pusing berputar. Data di Amerika menunjukkan 7.000 orang dilarikan ke rumah sakit akibat luka alhasil penggunaan korek telinga.3

Anggapan bahwa kotoran telinga adalah warna kekuningan pada kapas setelah mengorek telinga adalah kurang tepat. Itu merupakan getah bening yang sejatinya berfungsi menangkap kotoran. Ketika getah tersebut diambil, maka kotoran semakin mudah menempel pada gendang telinga sehingga menyebabkan gangguan telinga. Getah bening secara normal diproduksi oleh telinga. Ketika telah tercampur dengan kotoran yang ditangkapnya, maka warnanya akan berubah menjadi kemerahan.

Jadi, bagaimana cara membersihkan telinga yang tepat?

Membersihkan telinga sekaligus melakukan pemeriksaan telinga kepada dokter spesialis THT adalah langkah yang tepat. Idealnya setiap 6 bulan sekali harus melakukan pemeriksaan. Selain itu, American Hearing Research Foundation merekomendasikan meneteskan olive oil atau baby oil ke dalam telinga setiap beberapa minggu untuk mengurangi kotoran telinga yang menggumpal.4

Jadi, apakah mengorek telinga menjadi telinga lebih bersih dan sehat? Coba dipikirkan lagi.

Referensi:

  1. Studenthealth 
  2. McCorry KL. Physiology of the autonomic nervous system. Am J Pharm Educ. 2007 Aug 15; 71(4): 78.
  3. Realclearscience 
  4. American-hearing 

 

Share your thoughts

Yuk berlangganan SKMA!

Anda akan memperoleh berita dan artikel terkini mengenai isu, perkembangan, dan tips-tips seputar kedokteran dan kesehatan.

Klik link berikut untuk berlangganan SKMA digital!

http://linktr.ee/medaesculapius

Bantu Beranisehat menjadi lebih baik lagi:

http://tiny.cc/EvalBeranisehat23