Mengulas Waktu Pemberian Terapi Kombinasi pada Pasien BPH

Hiperplasia prostat jinak

Hiperplasia prostat jinak, atau yang dikenal dengan benign prostate hyperplasia (BPH), merupakan sebuah kondisi progresif yang dapat memburuk apabila tidak ditangani dengan optimal. JUMP 2021 hadir untuk membahas penyakit ini dalam sesi uro-onkologi. Topik ini diangkat pada hari Minggu (6/6) dengan “Latest Evidence of BPH Medical Treatment”. Pemaparan materi dibawakan oleh dr. Agus Rizal A.H. Hamid, Sp.U(K), PhD dan dr. Nur Rasyid, Sp.U(K), PhD dari Departemen Urologi FKUI-RSCM dengan sesi diskusi yang dimoderatori oleh Prof. Dr. dr. Rainy Umbas, Sp.U(K).

Agus mengangkat sebuah permasalahan yang ditemukan dalam pengobatan BPH dalam sebuah presentasi bertajuk “Early vs. Delay: Which is the Best Treatment Approach for BPH Patients at Risk of Progression?” Agus memulai pemaparannya dengan menjelaskan beberapa perburukan BPH yang dapat terjadi, seperti perburukan gejala, retensi urin akut, insufisiensi ginjal, disfungsi kandung kemih, infeksi saluran kemih berulang, inkontinensi urin, dan operasi. Kemudian, Agus secara khusus membahas mengenai bladder outlet obstruction sebagai komplikasi BPH. BOO dapat merangsang proses remodeling kandung kemih yang menyebabkan perlunya intervensi tata laksana lebih dini.

Selanjutnya, Agus menjelaskan data-data mengenai efek waktu pemberian kombinasi 5-ARI dan alpha blocker pada pasien BPH. Penggunaan terapi kombinasi dutasteride dan tamsulosin secara dini menghasilkan proporsi pasien dengan perbaikan klinis signifikan yang lebih besar dan diukur melalui peningkatan IPSS >25% dari baseline. Selain itu, Agus juga menyatakan bahwa inisiasi dini pemberian kombinasi ini dapat menurunkan risiko kejadian retensi urin akut secara signifikan. “Semakin lama delay pemberian terapi kombinasi dutasteride dan tamsulosin, semain tinggi insidensi komplikasi dan biaya pengobatan terkait BPH,” jelas Agus.

Kemudian, Nur turut membahas efek pemberian kombinasi pengobatan 5-ARI dan alpha-blocker pada fungsi seksual pasien pada sebuah sesi kuliah komprehensif. Selanjutnya, diskusi mengenai pertanyaan yang diajukan oleh peserta untuk kedua narasumber di kolom komentar dimoderatori oleh Prof. dr. Rainy Umbas, Sp.U(K), PhD.

Selain sesi yang membahas tata laksana BPH, fokus pembahasan topik urologi juga terbagi dalam tiga sesi lainnya.  Dengan judul besar “Role of Abiraterone Acetate in Metastatic Prostatic Cancer”, Prof. dr. Rainy Umbas, Sp.U(K), PhD menjelaskan mengenai penggunaan abiraterone asetat sebagai solusi untuk kanker prostat yang telah bermetastasis. Sesi ini juga diramaikan oleh Prof. dr. Chaidir Arif Mochtar, Sp.U(K), PhD yang memaparkan tata laksana sistemik yang berlaku saat ini untuk mengobati kanker prostat yang telah bermetastasis. Diskusi seputar tata laksana kanker prostat dengan kedua narasumber dipandu oleh dr. Agus Rizal A.H. Hamid, Sp.U(K), PhD.

Tak kalah menggugah ketertarikan audiens, sesi endourologi selanjutnya mengulas mengenai teknik-teknik endourologi untuk mengatasi BPH. Pada sesi ini, Prof. Sung Yong Cho, MD, PhD dari Seoul National University Hospital (SNUH), Korea Selatan, menjelaskan mengenai keuntungan dan kerugian bipolar enucleation pada prostat dan menyuguhkan operasi semi-live bipolar enucleation transuretra prostat. Selain itu, Prof. Seung June, MD, PhD dari SNUH turut menjelaskan keuntungan dan kerugian laser enucleation prostat dan memaparkan teknik laser enucleation prostat secara semi-live. Selanjutnya, Prof. George Lee Eng Geap, MD membahas keuntungan menggunakan PDESI sekali sehari pada pasien disfungsi ereksi setelah menjalani prostatektomi. Sesi ini ditutup dengan diskusi yang dipandu oleh dr. Agus Rizal A.H. Hamid, Sp.U(K), PhD.

Selain bahasan-bahasan menarik mengenai endourologi, operasi onkourologi turut ditunjukkan pada hari tersebut. Sebagai pembuka sesi, Prof. Hyeoung Dong Yuk, MD menjelaskan seputar strategi tata laksana endoskopi dan pengawasan periendoskopik untuk UTUC dan menampilkan operasi UTUC secara semi-live. Kemudian, dr. Agus Rizal A.H. Hamid, Sp.U(K), PhD memaparkan perlunya standardisasi seputar sistektomi radikal dan pertunjukan sistektomi radikal semi-live. Sebagai mata acara pamungkas pada hari tersebut, diskusi sesi ini dipandu oleh Prof. dr. Chaidir Arif Mochtar, Sp.U(K), PhD.

Penulis: Gabrielle Adani
Editor: Albertus Raditya Danendra

BPH Jump 2021
BPH Jump 2021
BPH Jump 2021
BPH Jump 2021
BPH Jump 2021
BPH Jump 2021

Share your thoughts